Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penyekepan WNI di Kamboja, Ironi di Hari Anti Perdagangan Manusia
Oleh : Paskalis Rianghepat
Sabtu | 30-07-2022 | 17:24 WIB
Romo-paschall1.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ketua Komisi Keadilan Perdamaian Pastoral Migran dan Perantau (KKPPMP) Kepri, Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus. (Istimewa).

BATAMTODAY.COM, Batam - Rohaniwan Katholik yang juga aktivis kemanusiaan di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), RD Chrisanctus Paschalis Saturnus Esong, kembali buka suara terkait Penyekapan terhadap 60 Warga Negara Indonesia (WNI) di Kamboja.

"Kasus penyekapan terhadap para WNI di Kamboja sangat ironis. Sebab, kasus seperti ini pernah menimpah warga Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu," kata Romo Paschall saat di konfirmasi BATAMTODAY.COM melalui sambungan selularnya, Sabtu (30/7/2022).

Penyekapan terhadap 60 WNI di Kamboja, kata dia, seharusnya tidak boleh terjadi. Pasalnya, kejadian yang menyita perhatian publik di tanah air ini bertepatan dengan Hari Anti Perdagangan Manusia se-Dunia yang diperingati pada hari ini, Sabtu (30/7/2022).

Dengan peristiwa ini, kata Romo, para pemangku kepentingan harus bekerja cepat untuk memastikan kondisi keselamatan para WNI, sehingga tidak menimbulkan jatuhnya korban.

"Saya baru dapat kabar kalau aparat kepolisian kita tengah berkoordinasi dengan pihak KBRI dan pihak terkait lainnya di Kamboja untuk memantau progres penanganan kasus itu. Mudah-mudahan kasus ini cepat dituntaskan," tegas Romo Paschall.

Kasus penyekapan ini, papar dia, terjadi lantaran ruwetnya birokrasi di Negara Indonesia. Romo meenyebutkan, Puluhan warga Indonesia yang disekap merupakan korban penipuan dengan modus penempatan kerja.

"Alih-alih menempatkan para calon pekerja sesuai kontrak, puluhan WNI itu malah dipaksa kerja untuk melakukan penipuan atau scamming untuk perusahaan investasi bodong di Kamboja," ujar Ketua Komisi Keadilan Perdamaian Pastoral Migran dan Perantau (KKPPMP) Kepri, Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus.

Lebih lanjut, aktivis HAM di Batam ini menuturkan kasus penipuan di perusahaan investasi palsu kian marak terjadi menyusul semakin banyak tawaran pekerjaan di Kamboja yang berseliweran di media sosial.

"Para pelaku ini merekrut para WNI untuk bekerja di Kamboja melalui media sosial (Medsos). Apalagi mereka mengiming-imingi para korban dengan gaji yang tinggi," tambah Romo.

Kepada pemerintah, ia meminta untuk lebih serius lagi memberikan pemahaman atau edukasi tentang migrasi sesuai aturan.

Dia juga menyinggung peran pemerintah yang dibilangnya mengalami sebuah kemunduran dalam penanganan masalah migran.

"Setelah selesai menginvestigasi dan penanganan hukum terkait masalah ini, pemerintah harus lebih serius lagi memberikan edukasi-edukasi tentang migrasi yang aman karena hal itu sangat penting. Ini sebuah kemunduran yang dilakukan pemerintah," pungkasnya.

Sebelumnya, penyekapan sejumlah orang dari beberapa daerah di Indonesia bahkan disekap di Kamboja terungkap setelah WNI ini mengirim pesan ke media sosial milik Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Mabes Polri yang berkoordinasi dengan atase pertahanan KBRI mendapatkan informasi korban yang disekap mencapai 60 orang.

Editor: Yudha