Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sri Mulyani Sebut Masyarakat Semakin Sulit untuk Beli Rumah
Oleh : Redaksi
Rabu | 06-07-2022 | 19:52 WIB
sri-mulyani454.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Menteri Keuangan, Sri Mulyani.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masyarakat akan semakin kesulitan untuk membeli rumah. Hal itu dipicu lonjakan inflasi yang semakin tinggi di masa yang akan datang.

Sri Mulyani menjelaskan kenaikan inflasi biasanya akan membuat Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan. Ketika itu terjadi, maka suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) otomatis ikut naik.

"Dengan inflasi tinggi maka masyarakat akan semakin sulit untuk bisa membeli (rumah)," ungkap Sri Mulyani dalam acara Securitization Summit 2022, Rabu (6/7/2022).

Ketika suku bunga KPR semakin tinggi, maka total biaya yang harus dibayar masyarakat untuk membeli rumah semakin mahal. Hal itu akan membuat masyarakat semakin betah tinggal di rumah orang tua.

"Keinginan mereka dibandingkan harga rumah lebih tinggi, sehingga mereka akhirnya enak dengan tinggal di rumah mertua atau menyewa," ujar Sri Mulyani.

Sementara, bendahara negara mengatakan angka kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan (backlog) rumah di Indonesia semakin tinggi. Jumlahnya mencapai 12,75 juta.

"Itu artinya yang antre membutuhkan rumah, apalagi Indonesia demografinya masih relatif muda, artinya generasi muda ini akan berumah tangga dan membutuhkan rumah," jelas Sri Mulyani.

Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) memproyeksi inflasi RI tembus 3,6 persen pada tahun ini akibat lonjakan harga pangan dan energi.

Proyeksi ini tertuang dalam laporan Bank Dunia bertajuk Indonesia Economic Prospects (IEP).

Bank Dunia bahkan memperkirakan inflasi di Indonesia tetap tinggi sampai 2025 mendatang. Namun, lembaga internasional itu tak menyebut angka pasti inflasi RI dalam tiga tahun ke depan.

Lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo memproyeksi inflasi RI tembus 4,2 persen pada 2022. Meski begitu, ia menilai angka itu masih terkendali dibandingkan negara lain.

Padahal, beberapa negara telah menaikkan anggaran subsidi untuk menekan lonjakan harga. Dengan harapan, inflasi di negara tersebut bisa lebih stabil.

"Kami sampaikan bahwa BI terus mencermati risiko tekanan inflasi ke depan, ekspektasi inflasi dan dampak ke inflasi inti dan akan menempuh normalisasi kebijakan moneter lanjutan sesuai data dan kondisi berkembang," pungkas Perry.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha