Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

MPR Usulkan Penyelenggaraan G20 Diundur Tahun Depan
Oleh : Irawan
Minggu | 03-04-2022 | 13:33 WIB
martin_h_b.jpg Honda-Batam
Wakil Ketua Komisi Kajian MPR Martin Hutabarat (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Kajian MPR Martin Hutabarat mengusulkan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 diundur tahun depan. Martin bicara ketidaklengkapan negara yang hadir jika G20 tetap diselenggarakan.

Hal itu berkaitan dengan kehadiran Rusia. Beberapa negara seperti Amerika hingga Kanada menolak Presiden Rusia Putin diikutsertakan.

"Kemarin PM Kanada sudah meminta Indonesia tidak mengundang Putin ke KTT G20 di Bali. Keinginan Kanada ini sama dengan Amerika dan Australia, yang sudah lebih dulu meminta agar Presiden Rusia Putin tidak diikutkan dalam KTT G20 di Bali," kata Martin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (2/4/2022).

Martin bicara usulan itu bisa saja tidak disetujui oleh beberapa negara lain, seperti Cina dan India, sehingga ada kemungkinan besar Amerika dan sekutunya tidak hadir dalam G20.

"Sudah pasti usul itu tidak akan diterima oleh beberapa negara anggota G20 lain, seperti Cina, India, termasuk Indonesia. Begitu juga kalau Presiden Ukraina Volodimyr Zelensky ikut diundang ke Bali, seperti perminta Presiden Biden, pasti juga tidak akan disetujui oleh Rusia. Sebab, Presiden Ukraina itulah yang akan jadi bintang dan pusat pemberitaan selama KTT berlangsung, dan Rusia akan jadi pesakitan," kata Martin.

"Namun, apabila kedua permintaan Presiden Biden ini ditolak oleh Indonesia, hampir dipastikan Amerika dan sekutunya tidak akan menghadiri KTT G20 di Bali. Kalaupun terpaksa hadir, mereka bisa-bisa akan mengirim menteri atau duta besarnya saja dan bukan presiden atau perdana menterinya," lanjut Martin.

Martin menilai, jika G20 hanya dihadiri oleh beberapa negara, tidak bisa disebut konferensi tingkat tinggi. Hal itu, menurutnya, hanya akan mempermalukan Indonesia sebagai tuan rumah.

"Itu sama saja dengan mempermalukan 3-4 pemimpin negara yang hadir, termasuk Indonesia sebagai tuan rumah. Sebab, acara itu tidak akan layak lagi disebut sebagai konferensi tingkat tinggi. Kenyataan ini akan menjadi buah simalakama bagi Indonesia, yang sudah bersusah payah untuk menyukseskan penyelenggaraan acara tersebut," ucapnya.

Martin mengatakan G20 dinyatakan berhasil jika perang Rusia dengan Ukraina dihentikan. Sementara itu, sampai saat ini belum ada tanda-tanda Rusia menarik pasukannya dari Ukraina.

"Suksesnya acara KTT G20 di Bali pada Oktober 2022 sangat ditentukan berhasilnya perang di Ukraina dihentikan. Namun, apabila dalam waktu 2-3 bulan ini tidak ada tanda-tanda Rusia akan menarik pasukannya dari Ukraina dan Ukraina tetap teguh tidak mau menerima tekanan dan syarat-syarat yang dipaksakan Rusia," ujarnya.

"Maka dapat dipastikan Amerika dan negara-negara sekutunya tidak akan menghadiri KTT G20 di Bali. Dalam ketidakpastian politik seperti itu, di mana kita sudah habis-habisan mempersiapkannya, tapi tidak banyak pemimpin negara yang hadir," lanjut Martin.

Untuk itu, Martin mengusulkan penyelenggaraan G20 ditunda tahun depan. Menurutnya, penundaan itu lebih baik dibanding tetap diselenggarakan namun hanya sedikit negara yang hadir.

"Kita menyarankan agar Indonesia dengan hati-hati mempersiapkan opsi kedua sambil tetap menjaga independensi, yaitu mengusulkan kepada negara-negara anggota G20 agar KTT G20 Oktober 2022 ini diundur ke tahun depan. Ini jauh lebih realistis dilakukan daripada memaksakan pelaksanaan KTT tapi diboikot oleh mayoritas anggotanya. Ini akan mempermalukan Indonesia juga sebagai tuan rumah," tuturnya.

Editor: Surya