Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

11 Tahun Resto Fine Dining Jepang-Italia Misticanza Memanjakan Pecinta Kuliner
Oleh : Saibansah
Sabtu | 12-03-2022 | 19:55 WIB
A-AKBAR-MISA-YAZAWA.png Honda-Batam
Owner Resto Fine Dining Jepang-Italia Misticanza, Akbar dan GM Misticanza, Miza Yazawa dengan salah satu menu unggulannya. (Foto: Ist)

HARI ini, 12 Maret 2022, 11 tahun lalu, Resto Fine Dining Jepang-Italia Misticanza, hadir di loby Sahid Residence, Jakarta. Belum ada tenan satu pun di loby maupun basement. Bagaimana Misticanza bertahan di tengah berbagai keadaan? Berikut penuturan owner Resto Fine Dining Jepang-Italia Misticanza, Akbar kepada wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani.

Tidak ada yang mudah dalam memulai bisnis apa pun, termasuk bisnis restoran. Apalagi, kuliner dengan segmen pasar yang terbatas dan premium. Pastilah susah. Tapi, justru di situlah tantangannya.

Bahkan, saat Resto Fine Dining Jepang-Italia Misticanza dibangun, akses dari Mid Plaza ke kompleks Sahid masih terhalang tembok. Jadi jika bergerak dari Sudirman ke Misticanza, harus putar melalui Casablanca. Ribet. Kondisi akses jalan ini juga menjadi hambatan yang tidak mudah.

"Selama proses persiapan fit out dan kitchen, sebenarnya ada rasa ragu untuk berspekulasi, apalagi belum jelas siapa target marketnya," ungkap Akbar kepada BATAMTODAY.COM, di hari ulang tahun Misticanza, Sabtu, 12 Maret 2022.

Yang juga ikut memukul mental Akbar sebagai pengusaha adalah, saat itu sudah ada dua resto sejenis dengan Misticanza, mix Japan-Italy, yang buka di Senayan City dan Grand Indonesia. Keduanya sama-sama sedang mengalami krisis, karena sepi pengunjung.

Penyebabnya, bisa jadi karena menu-menunya yang masih asing. Padahal di Jepang menu mix Japan-Italy itu sudah cukup populer, seperti piza atau steak dengan rasa Jepang.

"Akan tetapi dengan beberapa kemudahan dan support dari managemen gedung, maka selesai juga semua proses semua proses finishing Resto Fine Dining Jepang-Italia Misticanza. Alhamdulillah, tepat pada waktu grass period berakhir," kenang pengusaha kuliner yang hoby wisata itu.

Dan ternyata, benarlah kata orang dan buku. Apa itu? Memang benar, tiga bulan setelah restoran opening, itu adalah hari-hari yang berat dan berat banget.

"Akan tetapi di bulan ke empat, mulailah berdatangan tamu-tamu yang kebanyakan ekspatriat orang Jepang. Karena ternyata mereka bukanlah orang yang fanatik terhadap menu makanan tertentu. Tidak selalu pula harus makan ikan atau daging yang mentah, mereka juga suka aneka pasta, pizza, serta salad," tutur Akbar yang hoby musik sejak masih SMA itu.

Beruntungnya, pada saat Misticanza mulai ramai, dua restoran sejenis yg disebutkan tadi, malah tutup, dan Miaticanza pun jadi pilihan mereka yang sudah cocok dengan menu-menu kombinasi Asia-Eropa kami.

Sementara itu, General Manager Misticanza, Miza Yazawa menuturkan, saat ini di Jepang sudah banyak juga restoran Italia. Jadi, makan-makanan tersebut sudah tidak asing lagi bagi lidah kami. Yaitu, makanan mix Japan-Italy.

"Percampuran menu tersebut tidak terlalu ekstrim, hanya beberapa bumbu saja dipadupadankan," ujar Miza Yazawa.

Miza Yazawa mencontohkan, untuk jenis salad seperti bagna caude, berupa berbagai macam sayuran, bisa direbus maupun dibakar. Lalu ada saus khusus untuk menikmati sayuran tersebut.

Di Italia sayuran tersebut dimakan dengan saus yang terbuat dari minyak zaitun dan bawang putih. Lalu di restoran ini, dimodifikasi kembali dengan menambahkan miso atau tauco, maka jadilah saus yang sesuai dengan selera orang Jepang.

Ada juga yang disebut dengan 'tartara di tono', berupa ikan tuna mentah yang dimakan dengan saus khusus yang salah satu bahannya menggunakan wasabi.

Ada pula arancini atau kroket nasi. Butiran nasinya bulat pendek mirip dengan butiran nasi risotto (nasi khas Italia). Sedikit agak kehitaman karena telah dicampur dengan tinta cumi-cumi dan diberi daun bawang. Lalu dibalurkan tepung panir dan digoreng hingga kecokelatan.

Tanpa terasa kontrak per 3 tahun berlalu dengan cepat, dan Misticanza dapat bertahan sampai perpanjangan ke empat.

Tapi, tidak ada bisnis yang tak mendaki. Saat bisnis Misticanza mulai bagus, badai pandemi corona mendera. Para customer ekspatriat Jepang yang merupakan 80 persen pelanggan loyal Misticanza, balik ke Jepang,

"Inilah hari terberat kami, sejak mulainya era Covid-19, para customer ekspatriat Jepang yang merupakan 80 persen pelanggan loyal kami, kembali ke Jepang. Lalu, Jakarta masuk PPKM 4 yang melarang dine in, order take away pun seringkali berhari-hari nihil order," tutur Akbar mengungkapkan beratnya beban bisnis Misticanza di tengah pandemi.

Tapi, ibarat pepatah Melayu, sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Naik-turun, terjal-landai perjalanan bisnis Misticanza pun terus dijalani. Akbar bersama dengan General Manager Misticanza, Miza Yazawa terus berpikir memutar otak mencari solusi untuk bertahan.

Sebagai General Manager Misticanza, Miza Yazawa pun terus melakukan promosi menu-menu baru ke 10.000 data base klien Jepangnya. Juga kepada para ekstratirat Jepang yang sudah kembali ke Indonesia.

"Alhamdulilah, setelah dua tahun hari-hari covid berlalu, kami tetap bertahan," sambung Akbar.

Semoga, semoga menjelang bulan Ramadhan ini, suasana membaik dan terus kondusif. Sehingga ekonomi kembali pulih dan masyarakat bisa beraktivitas seperti sebelumnya.

Semoga!

Editor: Dardani