Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Reinkarnasi PKI dan Raibnya Patung 3 Jenderal di Kostrad
Oleh : Opini
Sabtu | 02-10-2021 | 14:04 WIB
A-RIDWAN-SAIDI.jpg Honda-Batam
Budayawan Ridwan Saidi. (Foto: Ist)

Oleh: Ridwan Saidi

MINGGU lalu timbul heboh di masyarakat karena hilangnya tiga patung di Markas Kostrad. Patung Jenderal Suharto, Jenderal AH Nasution, dan Jenderal Sarwo Edy raib dari tempat itu. Padahal, ketiga tokoh yang dipatungkan itu berada di garda depan ketika melakukan pengganyangan G30S/PKI.

Pihak yang mengusulkan pemindahan patung-patung itu mengatakan patung adalah berhala, mesti dipindahkan.

Melihat itu, ingatan berputar pada catatan sejarah yang terjadi pada tahun 1453 kala Constantinopel (Istambul Jatuh) jatuh. Turki Ottoman bangkit. Mereka kemudian menguasai sangat luas wilayah, yakni di Asia Barat, termasuk kawasan yang punya masa lalu gemilang dengan kerajaan-kerajaan besar seperti Babylon.

Tetapi, Ottoman Turki ketika itu tak pernah pindahkan patung-patung Babylon yang ada di Irak, Suriah, Lebanon. Penguasa Irak pun tidak pernah memindahkan patung ulama sufi jenaka Abu Nawas yang berada di tepi Sungai Eufrat.

Alhasil, pemindahan patung tiga jenderal, apa pun motifnya dan alasannya, pasti menimbulkan masalah sensitif.

Memang, akhir-akhir ini alarm dan "garpu tala" sensitivitas mayoritas bangsa Indonesia bergoyang terus. Bahkan banyak menimbulkan catatan kaki yang unik.

Ini karena embusan suaranya bernada pembelaan kepada PKI bahwa partai komunis itu tak terlibat pengkhianatan Gestapu PKI. Bahkan ada juga yang mempersoalkan pemutaran filmnya. Jadi, ini sebenarnya indikasi adanya reinkarnasi

Tadi malam saya bersama masyarakat keluarahan di Sawangan nonton bareng film G30S/PKI. Saya mengantarkan pemutaran film karya Arifien C Noer itu dengan ceramah. Hadirin seratusan duduk dengan semangat keingintahuan.

Suara-suara pembelaan terhadap PKI didorong motif genealogis dan/atau ideologis. Tapi ingat, saya baca di koran terompet PKI Harian Rakjat pada edisi 2 Oktober 1965 yang jelas menjadi fakta yang mematikan. Koran itu menyiarkan dengan lengkap susunan Dewan Revolusi yang dibentuk PKI untuk ambil alih kekuasaan negara.

Betapa pun Suharto, AH Nasution, dan Sarwo Edi punya segala kelemahan dan kelebihan, sosok mereka adalah pahlawan yang selamatkan Indonesia dari teror komunis. Justru PKI dan komunis teroris sejati!*

Penulis adalah Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi

Sumber: Republika
Editor: Dardani