Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

BI Perkuat Basis Investor Domestik
Oleh : Sumantri/Aan
Rabu | 09-02-2011 | 14:52 WIB
Honda-Batam

Elang - Pimpinan Bank Indonesia Batam, Elang Tri Pramono saat diwawancara wartawan usai agenda pertemuan tahunan perbankan 2011 di Batam.

Batam, batamtoday - Bank Indonesia (BI) memprioritaskan penguatan basis investor domestik agar dinamika pasar nasional tidak lagi dipengaruhi perubahan preferensi investor global yang menimbulkan kekhawatiran terhadap risiko capital reserval.

Prioritas tersebut dikemukakan Elang Tri Praptomo, Pimpinan Bank Indonesia Batam saat pertemuan tahunan perbankan yang berorientasi memperkuat stabilitas untuk pertumbuhan ekonomi berkesinambungan sebagai tantangan transformasi yang digelar di Hotel Harmoni One, Rabu 9 Februari 2011.

Dalam momen yang dihadiri sebagian pelaku usaha jasa perbankan Kepri itu, Elang menekankan optimisme BI dalam merebut peluang pertumbuhan ekonomi mencapai 6,0 persen hingga 6,5 persen pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 6,1 persen hingga 6,6 persen pada 2012.

Disisi lain, BI lanjut Elang mencermati penguatan ekonomi di tahun 2011 yang akan disertai peningkatan tekanan inflasi seperti kewaspadaan terhadap kemungkinan naiknya harga-harga yang ditetapkan pemerintah, meningkatnya ekspektasi inflasi akibat harga pangan yang berpengaruh besar terhadap pasar keuangan domestik. Untuk itu, BI telah menyiapkan strategi koordinasi intensif dengan pemerintah untuk membawa inflasi nasional pada sasarannya.

Terbukanya pasar keuangan Indonesia, menurut Elang membuka peluang risiko yang besar baik secara global maupun domestik, dimana kondisi pemulihan ekonomi global sendiri hingga kini masih belum berimbang, krisis utang di sebagian kawasan Eropa, gejala pemanasan ekonomi di negara-negara berkembang, serta perubahan iklim yang ekstrem akhir-akhir ini.

"Dampaknya ya harga pangan yang tinggi itu," katanya.

Indonesia, ungkap Elang termasuk salah satu dari negara di kawasan Asia yang secara konsisten dapat membukukan pertumbuhan ekonomi positif. Setelah tumbuh 4,5 persen ditengah krisis global tahun 2009, pada tahun 2010 lalu ekonomi Indonesia tumbuh 6,0 persen.

Kekuatan daya ta tahan perekonomian Indonesia, masih kata Elang tampaknya membangunkan nalar para pengelola portofolio global, dimana terdapat kekuatan ekonomi baru di Asia selain China dan India yang memiliki potensi pasar cukup besar dengan fundamental makro yang semakin kokoh dan menawarkan imbal hasil yang atraktif.

"Indonesia masih kuat kok," kata Elang.