Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

ESAI AKHIR ZAMAN MUCHID ALBINTANI

Paman Jo
Oleh : DR Muchid Albintani. (Foto: Ist)
Senin | 25-01-2021 | 15:36 WIB
A-HANG-MUCHID17.png Honda-Batam

PKP Developer

DR Muchid Albintani. (Foto: Ist)

Oleh DR Muchid Albintani

PAMAN Joe, bukan Paman Sam. Apalagi Paman Donald? Paman Jo (P-Jo), boleh juga dihubungkaitkan dengan J-Lo, singkatan pesohor penyanyi juga pelakon Jennifer Lopez. Ada hubungan ketika J-Lo penyanyi berusia 51 tahun tersebut membawakan lagu dari Woody Guthrie berjudul, "This Land Is Your Land" di Gedung Capitol, Washington DC pada pelantikan Paman Jo sebagai presiden ke-46 negeri adiadaya, dan super powerfull Amerika Serikat.

Sebelumnya, negeri yang diberitakan banyak media maenstream dunia hampir perang saudara ini jelang pelantikan presiden, dikenal dengan sebutan Paman Sam. Saat ini, tak keliru jika diubah-suai dengan istilah negeri Paman Jo.

Gagasan pengubahan penting dilakukan oleh karena kesiap-siagaan menjelang pelantikan yang dianggap berbahaya dari ancaman terorisme dalam negeri. Paling tidak, peristiwa pelantikan Pam Jo menunjukkan realitas sejati bahwa terorisme (ekstremis) juga ada di negeri ini.

Syabas buat Paman Jo. Belum lama dilantik, P-Jo sudah mengeluarkan tujuah belas perintah eksekutif (PE). Sungguh luar biasa. Yang amat sangat luar biasa adalah di antaranya PE terkait perang terhadap rasisme dan terorisme dalam negeri.

Dari ke-17 perintah, media menyederhanakannya menjadi tujuh lingkup besar, seperti kesetaraan, etika, lingkungan hidup, ekonomi, Covid-19, imigrasi dan regulasi.

Merespon PE Paman Jo ini, esai akhir zaman berupaya mengulas-kilas sebagai tambahan yang terlupakan. Boleh jadi Paman Jo lupa dengan tiga masalah utama yang melanda dunia pada akhir zaman yang dapat berubah menjadi zaman yang berakhir (kiamat). Ketiganya adalah, keserakahan, Riba dan "fitnah intelijen".

BACA JUGA: Kursi Peramal

(1). Keserakahan sebagai esensi kapitalisme jangan sampai dilupakan P-Jo. Sumber keserakahan bertiup dari informasi negatif yang selama ini berkembang. Info ini jika tak terkendali, tentu kan merugikan atau bahkan dapat menjatuhkan kridebilitas P-Jo yang katanya anti perang, terorisme dan rasisme.

Bukannya sudah menjadi rahasia umum jika kemenangan P-Jo didukung kuat oleh para globalis dunia. Jumlahnya sedikit, tetapi menguasai ekonomi dunia. Yang penting bukan siapa globalisnya. Namun selama ini sudah sering diungkap tidak saja medsos, buku referensi, dan jejak digital berita, bagaimana karakter para gloablis ini sangat berhubungan dengan keserakahan.

Karakter ini terpola, terstruktur pada tabiat yang tak mengenal batas negara. Mencampuri dengan mempengaruhi rekruitmen kepemimpinan sebuah negara di dunia untuk menguasai sumberdaya alamnya menjadi perkara biasa. Bahasa sederhanaya para globalis identik dengan cukong global.

(2). Anti atau perang terhadap sistem Riba (bunga pinjaman yang mencekik atau "cekik darah", istilah tempatan) tidak tersentuh PE Paman Jo. Walaupun belum ada keluhan dari pemimpin dunia ihwal kekejaman Riba, umum dimaklumi jika Riba adalah pusat kejahatan ekonomi yang mempola cara berpikir, bertindak dan berkarakter serakah.

Sudah bukan berita baru jika keberadaan lembaga keuangan dunia tidak terlepas dari peran elite global yang berkarakter "men-tuhan-kan Riba". Di bawah kepemimpinan P-Jo, tentu saja semua harapan berbagai negeri yang sedang dilanda krisis dampak Covid-19, menghendaki anti Riba. Ditunggu PE berikutnya dari P-Jo tentang meninjau dampak kekejaman sistem ekonomi dunia yang berkarakter Riba. Aksi nyata P-Jo ihwal Riba sangat ditunggu.

(3)."Fitnah intelijen". Kepemimpinan Paman Donald, tak kelihatan agresi terbuka, kecuali memanfaatkan drone untuk menyasar target tertentu. Hanya saja di banyak laporan dan ulasan dalam jejak digital menunjukan bahwa di bawah presiden asal partai demokrat mengoptimalkan lembaga intelijen mengintervensi negara lain.

Pengalaman negeri ini sejak zaman orde lama, orde baru sehingga reformasi, jatuh bangunnya rezim tak terlepas dari urun rembuk mereka. Kalau benar anggapan ini, mungkinkan di era Paman Jo, fitnah itu akan berulang kembali?

Bersandarkan ketiga tambahan, tidak salah sebagai penutup pesan khusus pada Paman Jo. Boleh jadi sedikit yang tahu. Ini berhubungan dengan calon menteri perhubungan yang menjalani uji kelayakan di senat.

Saat memperkenalkan diri, Pete Buttigieg calon menteri ini bikin kejutan. Ia terlebih dahulu memperkenalkan suaminya kepada senat. Suaminya adalah Chasten Buttigieg. Seorang lelaki juga. Menariknya senat menyutujui, Buttigieg menjadi menhub di kabinet Paman Jo (Biden-Haris).

Rupanya Paman Jo benar-benar pelangi. Bukan laskar pelangi. Situasi ini tentu saja semua berharap jika peristiwa kaum Nabi Luth di negeri Sodom, tidak berulang?!!

Wallahualam. ***

Muchid Albintani adalah Associate Professor pada Program Studi Magister Ilmu Politik, Program Pascasarjana, FISIP, Universitas Riau, Pekanbaru.