Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Harta Konglomerat AS Melesat Rp 14.100 T Selama Pandemi Covid-19
Oleh : Redaksi
Kamis | 10-12-2020 | 10:12 WIB
konglomerat-ilustrasi1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kekayaan konglomerat Amerika Serikat (AS) melesat lebih dari US$1 triliun atau sekitar Rp 14.100 triliun (asumsi kurs Rp14.100 per dolar AS) sejak awal pandemi Covid-19.

Hal itu berdasarkan studi Institute for Policy Studies and Americans for Tax Fairness (ATF) yang mengumpulkan data kekayaan 651 orang kaya di AS. Studi itu mencatat harta orang kaya AS meningkat dari US$2,95 triliun pada 18 Maret 2020 menjadi US$4,01 triliun pada awal pekan ini.

"Tidak pernah sebelumnya Amerika melihat akumulasi kekayaan di tangan sekelompok kecil orang," ujar Direktur Eksekutif ATF Frank Clemente dikutip dari AFP, Kamis (10/12/2020).

Lonjakan kekayaan itu, sambung Clemente, lebih besar dari nilai stimulus ekonomi yang tengah dipertimbangkan Kongres AS. Hal ini memantik perdebatan soal pengenaan pajak yang lebih tinggi untuk orang kaya.

"Profit mereka (orang kaya) selama pandemi sangat besar hingga membuat miliarder Amerika dapat membiayai bantuan besar Covid dan kekayaannya tidak berkurang dari saat sebelum pandemi," ujar Clemente.

Sebagai catatan, pekan ini, pemerintah AS meluncurkan proposal stimulus senilai US$916 miliar atau sekitar Rp 12.915 T (asumsi kurs Rp 14.100 per dolar AS).

Proposal tersebut adalah upaya terakhir pemerintah memecahkan kebuntuan pembahasan bantuan lanjutan untuk menghadapi dampak pandemi virus corona.

Pandemi virus corona memang sempat membuat pasar modal global anjlok pada Maret lalu. Namun, kenaikan sektor kesehatan dan teknologi mampu membalikkan keadaan dan membuat harta pengusaha di sektor tersebut melejit.

Studi tersebut juga mengungkap kenaikan harta kekayaan tersebut dapat digunakan untuk memberikan bantuan sebesar US$3.000 kepada 300 juta warga AS.

Sebelumya, pada Oktober lalu, UBS dan PwC juga merilis studi yang menyatakan akumulasi kekayaan konglomerat dunia menembus rekor baru US$10,2 triliun. Jumlah itu di atas rekor sebelumnya, US$8,9 miliar, yang tercatat pada 2017.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha