Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penanganan Covid-19 Makin Membaik
Oleh : Opini
Senin | 26-10-2020 | 14:20 WIB
A-RAISA_jpg2.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Dokter Reisa Broto Asmoro. (Foto: Ist)

Oleh Raditya Rahman

JUMLAH pasien corona yang sembuh makin meningkat. Hal ini membuktikan keseriusan pemerintah dalam menumpas penyakit berbahaya ini. Walau pandemi belum berakhir, namun ada harapan di masa depan sehingga corona bisa pergi secepatnya dari Indonesia.

Tak terasa lebih dari 6 bulan kita berada dalam masa pandemi covid-19. Penyakit yang hinggap di seluruh negara di dunia dibasmi dengan berbagai cara. Pemerintah melakukan banyak jurus untuk mengurangi angka mortalitas dan penularan corona. Juga meningkatkan jumlah pasien yang berhasil sembuh.

Dokter Reisa Broto Asmoro yang pernah menjabat sebagai juru bicara tim satgas covid menjelaskan, bahwa ada peningkatan persentase jumlah pasien corona yang sembuh di Indonesia. Tepatnya, dari hanya 74% lantas naik jadi lebih dari 75%. Peningkatan ini sangat baik, karena menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menanggulangi corona.

Pada awal pandemi, Presiden Jokowi dengan tegas menolak usulan untuk lockdown. Tentunya hal ini sejalan dengan pemikiran Menteri Kesehatan Dokter Terawan. Terbukti beberapa bulan setelahnya, ada berita jika negara yang melakukan lockdown terlalu ketat malah tumbang di bidang ekonomi.

Alih-alih lockdown, pemerintah memilih pencegahan corona dengan sosialisasi protokol kesehatan. Kita tentu sudah hafal, yakni pakai masker, rajin cuci tangan, dan jaga jarak. Pemerintah juga menutup sekolah dan membuat program belajar jarak jauh. Semua ini demi keselamatan para murid, terutama yang masih TK dan SD, karena mereka yang rawan tertular corona.

Untuk mencegah penyebaran virus covid-19, maka diadakan program 3T, yakni testing, tracing, and treatment. Rapid test massal kembali digalakkan dan masyarakat wajib mengikutinya, agar tahu statusnya reaktif atau tidak. Apalagi saat ini makin banyak orang tanpa gejala. Saat akan naik pesawat dan kereta api juga wajb rapid test agar makin aman.

Setelah testing beres, maka tracking dilakukan dengan menelusuri siapa saja yang pernah bersinggungan dengan pasien. Jadi mereka juga wajib dites, dan ketika hasilnya positif, akan segera dirawat di Rumah Sakit. Tahap selanjutnya adalah treatment alias pengobatan yang biayanya ditanggung pemerintah, mulai dari pembayaran kamar sampai obat-obatan.

Setelah era adaptasi kebiasaan baru, maka penanganan corona juga lebih ditingkatkan. Karena saat ini tidak ada kewajiban untuk stay at home. Selain merazia masker di jalanan, pemerintah juga membatasi jumlah penumpang di mobil. Tujuannya agar mereka tetap menjaga jarak, meskipun berada di dalam kendaraan pribadi.

Untuk kereta api dan bus juga dibatasi penumpangnya. Maksimal hanya boleh memuat 50% orang, jadi tetap menaati physical distancing. Saat naik KA, penumpang wajib pakai masker dan diberi face shield secara gratis. Pembatasan ini penting karena di dalam kendaraan umum memakai AC. Padahal virus covid-19 bisa menyebar di udara yang pengap seperti ruangan ber-AC.

Untuk pusat perbelanjaan yang dibuka kembali, selain pengunjungnya wajib pakai masker, juga diperiksa suhu badannya dengan thermo gun yang ditembakkan ke dahi. Pengunjung Mall juga dibatasi dari segi usia. Balita dan lansia sebaiknya tak memasuki wilayah sana, karena merekalah yang rentan tertular corona.

Peraturan di masyarakat ditegakkan. Masyarakat diminta bekerja sama untuk melawan corona. Pemerintah juga tak hanya diam, tapi menunggu datangnya vaksin ke Indonesia. Dokter dan nakes lain diprioritaskan untuk imunisasi. Sementara masyarakat umum yang menolak vaksin bisa didenda. Mau tak mau kaum anti-vaksin harus disuntik agar kita semua selamat dari corona.

Pemerintah berusaha keras menghalau corona dengan berbagai cara. Mulai dari testing, tracing, dan treatment. Jangan ada yang marah lalu seenaknya melepas masker, karena itu sama saja dengan menghianati usaha pemerintah. Mari kita taat peraturan dan berdoa semoga corona cepat ditumpas.*

Penulis adalah kontributor Gerakan Mahasiswa (Gema) Jakarta