Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Upaya Percepatan Penelitian Vaksin Covid-19
Oleh : Opini
Kamis | 22-10-2020 | 14:52 WIB
vaksin-corona1.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ilustrasi vaksin corona. (Foto: Ist)

Oleh Edi JAtmiko

PEMERINTAH saat ini sedang bekerja keras dalam meneliti dan mengembangkan Vaksin Covid-19. Kerja keras pemerintah tersebut mendapat apresiasi dari berbagai pihak baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Jagad Twitter dihebohkan dengan cuitan dari Direktur World Health Organization (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus. Cuitan tersebut bertuliskan apresiasinya terhadap langkah pemerintah Indonesia yang berupaya dalam menangani pandemi Covid-19 dengan bergabung dalam Access to Covid-19 Tools Accelerator ACT-Accelerator Facilitation Council dan mendukung fasilitas COVAX.

Hal yang menarik dari cuitan tersebut adalah, penyampaian apresiasinya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dalam cuitan tersebut bertuliskan, "Saya berdiskusi dengan @Menlu_RI Retno Marsudi dan Menteri BUMN @erickthohir mengenai #COVID19. Saya berterima kasih atas komitmen mereka untuk mengakhiri pandemi ini dengan bekerjasama dengan @WHO dan partner multilateral lainnya. Solidaritas!"

Perlu diketahui pula bahwa COVAX adalah mekanisme yang dirancang oleh WHO dalam menjamin ketersediaan vaksin Covid-19 untuk seluruh dunia secara cepat, adil dan setimpal.

Sebanyak lebih dari 75 negara yang tergabung di dalamnya juga akan membiayai vaksin dari anggaran keuangan masing-masing untuk diberikan kepada 90 negara berpenghasilan rendah dari COVAX Advance Market Commitment (AMC) Gavi.

Adapun Gavi adalah organisasi internasional yang didirikan pada Januari 2000 untuk meningkatkan akses vaksin bagi masyarakat global.

Berdasarkan data situs resmi WHO, Tedros terpiluh sebagai Direktur Jenderal WHO pada bulan Mei 2017. Dirinya berhasil menjadi orang Afrika pertama yang menempati jabatan tertinggi di WHO sejak tahun 69.

Dirinya juga menjadi Dirjen WHO pertama dengan latar belakang akademik bukan seorang dokter. Tedros terpilih sebagai Dirjen WHO tidak lama setelah wanah Ebola yang mengerikan di Afrika Barat.

Pertemuan Tedros dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir merupakan rangkaian perjuangan Indonesia dalam menyuplai kebutuhan vaksin di dalam negeri.

Retno berujar bahwa para ahli dunia akan terus berupaya dalam mendapatkan vaksin secara tepat waktu, aman dan efektif. Adaptasi dan adjustmen perlu terus dilakukan di tengah situasi yang sulit ini.

Dalam pertemuan tersebut, dirinya mengungkapkan bahwa Indonesia telah melakukan upaya dalam mengamankan komitmen penyediaan vaksin baik melalui jalur bilateral maupun multilateral serta selalu menekan pentingnya keamanan dan efikasi dari vaksin tersebut.

Dalam upaya ini, Retno bersama Erick juga menuntaskan sederet pertemuan dengan sejumlah pihak.

Sebelumnya, Presiden Jokowi telah membentuk Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Covid-19. Tim ini dibentuk demi mewujudkan ketahanan nasional dalam pengembangan vaksin.

Tim yang terbentuk tersebut telah tertulis dalam keputusan presiden (Keppres) Nomor 18 Tahun 2020 tentang Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Covid-19. Keppres ini telah ditandatangani Presiden Jokowi per tanggal 3 September 2020.

Sementara itu, Retno mengungkapkan bahwa dalam pertemuannya juga dibahas jika pengembangan vaksin merupakan proses yang rumit. Ada risiko dan ketidakpasitan dalam proses pengembangannya.

Ia juga mengatakan bahwa Indonesia dan WHO telah bersepakat untuk terus meningkatkan komunikasi dan kolaborasi dalam pengelolaan pandemi dan kerja sama strategis lainnya di bidang kesehatan.

Retno mengabarkan bahwa wakil menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin telah menemui perwakilan UNICEF untuk membahas pengadaan distribusi vaksin dari COVAX. Dibahas pula aspek-aspek krusial untuk memastikan kelancaran vaksinasi di Indonesia, yaitu infrastruktur distribusi, cold chain dan kapasitas teknis tenaga kesehatan yang kuat untuk memastikan kelancaran proses vaksinasi di Indonesia.

Perjalanan Retno dan Erick tersebut merupakan salah satu upaya dalam mengamankan komitmen vaksin baik melalui jalur bilateral maupun jalur multilateral.

Isu yang dibicarakan juga tidak hanya pengaman komitmen, tetapi juga menjalin kerjasama strategis yang bersifat lebih panjang termasuk organisasi dunia seperti WHO, GAVI, CEPI, UNICEF.

Hal ini menurut Retno adalah hal yang mungkin dilakukan oleh Indonesia, dimana Indonesia memiliki Bio Farma yang memiliki kapasitas untuk melakukan hal tersebut.

Pada kesempatan yang sama, Erick Thohir menekankan bahwa transparansi sebagai kata kunci dalam kunjungan kenegaraan kali ini. Ia juga mengatakan bahwa PT Bio Farma (persero) Tbk telah menjadi perusahaan global karena diakui kualitasnya oleh CEPI. Sebab, Bio Farma telah banyak mendistribusikan banyak vaksin.

Hal ini tentu menjadi angin segar bagi Indonesia untuk segera mengakhiri pandemi covid-19 dengan mempercepat penemuan vaksin Covid-19. *

Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini Jakarta