Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tarian Minangkabau Tampil di Lund Culture Night Swedia 2020
Oleh : Redaksi
Minggu | 20-09-2020 | 19:32 WIB
A-BULE-NARI.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Tarian Minangkabau yang ditampilkan dalam Lund Culture Night Swedia 2020. (Foto: Ist)

BATAMTODAY.COM, Stenkrossen - Organisasi Swedia-Indonesia Bagus (BAGUS) ikut meramaikan acara Lund Kulturnatten 2020 (Lund Culture Night 2020) di Teater Stenkrossen, Lund, Swedia Selatan.

Kota Lund berjarak hanya 45 menit dari Copenhagen, Denmark. Untuk Lund Kulturnatten yang pertama kali dilaksanakan secara virtual ini, Bagus menampilkan tari-tarian Minangkabau.

"Bayangkan dengan ribuan pulau yang dimiliki Indonesia, rasanya kami tidak akan kehabisan tari-tarian untuk ditampilkan," ujar Hans Hansson, Ketua Bagus tergelak.

Ini untuk kedua kalinya Bagus yang merupakan organisasi nirlaba dan berkedudukan di kota Malmö ikut meramaikan Kulturnatten.

Pada 2018 Bagus menampilkan taritarian dari Betawi, yakni Nandak Ganjen dan ondel-ondel. Bagus didirikan sejak tiga tahun lalu, yang tujuannya untuk meningkatkan relasi dan pemahaman antar Swedia-Indonesia. Meski relatif masih baru 3 tahun, Bagus terbilang cukup aktif menampilkan kebudayaan Indonesia dalam event besar yang diselenggarakan berbagai Pemda di Swedia Selatan.

Selain itu, Bagus juga ikut meramaikan acara kesenian di KBRI Swedia dan organisasi diaspora Indonesia lainnya.

Salah satu tujuan Bagus adalah melestarikan dan memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada anak-anak diaspora Indonesia. Oleh karena itu, Bagus menampilkan Tari Tempurung yang dibawakan oleh anak-anak berusia enam sampai sebelas tahun.

M. Rashya Alfarezell Sofyan (9 tahun) yang baru 5 bulan mengikuti orang tuanya ke Swedia mengatakan, ”It was great menari dengan Bagus. Saya senang karena tidak ada penonton, jadi saya tidak nervous.”

Selain anak-anak Indonesia asli yang sedang mengikuti orang tuanya bekerja di Swedia, para penari anak-anak yang lain datang dari keluarga campuran.

Tarian kedua adalah tari piring yang dibawakan oleh ibu-ibu dan mahasiswi Indonesia dan juga ibu-ibu asing.

"Saya senang ikut menari di Lund Kulturnatten karena bisa ikut menampilkan budaya Indonesia ke Swedia," ujar Karenina Shevayarra Firdaus, seorang mahasiswi pengurus PPI Swedia.

Acara Lund Kulturnatten diikuti oleh berbagai organisasi di Swedia. Biasanya dilaksanakan setiap tahun di hari sabtu ketiga bulan september, dari jam 12 siang hingga jam 12 malam.

Acara ini bukan hanya menampilkan seni tari dan musik, tapi juga teater, pembuatan keramik, science show, workshop dan lainlain.

Dalam situasi normal, rangkaian acara biasanya dilaksanakan di berbagai tempat di pusat kota Lund yang merupakan kota pelajar dan memiliki universitas tertua kedua di Swedia setelah Universitas Uppsala.

Lund juga dikenal sebagai pusat berbagai perusahaan multinasional asal Swedia. Lund kota kecil yang berpenduduk hampir 92 ribu jiwa, memiliki sejarah lebih dari 1000 tahun. Kathedral tua yang berdiri kokoh sejak abad ke-12 menjadi ikon kota ini.

Sejumlah nama-nama besar dan tokoh agama dunia pernah mengunjungi Lund. Sebut saja Paus Franciskus pada 2016 hingga Dalai Lama pada April 2011. Tak aneh, dengan universitas yang berusia ratusan tahun, Lund menjadi magnet bagi mahasiswa-mahasiswa asing, termasuk mahasiswa mahasiswa dari Indonesia.

Editor: Dardani