Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kesempatan Kerek Ekonomi Sisa Dua Pekan, Jokowi Minta Program Insentif Tunai Dipercepat
Oleh : Redaksi
Senin | 14-09-2020 | 12:52 WIB
presiden-jokowi-galang132.jpg Honda-Batam
Presiden Joko Widodo kunjungi RSKI Galang. (Dok BTD)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut kesempatan pemerintah untuk mengungkit perekonomian nasional pada kuartal III tinggal dua pekan lagi atau hanya sampai akhir September 2020. Setelah itu, periode kuartal III yang terhitung sejak Juli akan berakhir.

"Kita masih punya waktu sampai akhir September dalam meningkatkan daya ungkit ekonomi kita, meningkatkan daya beli masyarakat, meningkatkan konsumsi rumah tangga di kuartal III ini," tutur Jokowi dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/9/2020).

Dengan kesempatan yang tinggal dua pekan ini, kepala negara meminta seluruh jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju dan pemerintah daerah agar segera mempercepat penyaluran bantuan sosial (bansos) tunai ke masyarakat.

"Maka saya minta seluruh program insentif yang sifatnya cash transfer agar benar-benar diperhatikan, dipercepat," katanya.

Pada program penanganan dampak pandemi virus corona atau covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 695,2 triliun.

Dari pagu tersebut, realiasi penyaluran baru mencapai Rp 237 triliun atau 30,9 persen dari total pagu per 2 September 2020.

Secara rinci, penyaluran anggaran covid-19 dan PEN untuk sektor kesehatan baru terserap Rp 27,65 triliun atau 31,6 persen dari total alokasi Rp 87,5 triliun. Lalu, untuk sektor perlindungan sosial baru 62,8 persen dari Rp 230 trliun.

Kemudian, sektor pemda terealisasi 27,8 persen dari pagu Rp106 triliun, stimulus UMKM 91,4 persen dari Rp 123,4 triliun, korporasi dan insentif usaha masing-masing terealisasi Rp 53,5 triliun dan Rp 61 triliun.

Rencananya, pemerintah akan kembali meneruskan program PEN pada tahun depan. Saat ini, pagu yang disiapkan sebesar Rp 356,5 triliun, namun rencananya akan diubah lagi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Ani memperkirakan ekonomi nasional akan tumbuh di kisaran 0 persen hingga minus 2 persen. Apabila perekonomian RI kembali masuk di zona negatif, maka Indonesia resmi mengalami resesi ekonomi karena pertumbuhan ekonomi kuartal II sudah negatif 5,32 persen.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha