Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Agar Tidak Jadi Negara Gagal

Sudah Saatnya Munculkan Figur Negarawan Visioner dari Lokal Hingga Nasional
Oleh : surya
Rabu | 23-05-2012 | 21:48 WIB
Syafii_Maarif.jpg Honda-Batam

Syafii Maarif

JAKARTA, batamtoday -Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif menyatakan, sudah saatnya memunculkan figur negarawan yang memiliki visioner dari tingkat lokal hingga nasional guna menyelamatkan Indonesia dari negara gagal. Sebab, para pendahulu negara ini adalah seorang negarawan dan intelektual kelas dunia yang paham betul masalah-masalah ke-Indonesian.

“Kalaupun ada kekurangan dari para pendahulu tersebut, hal itu terlihat pada kenyataan belum sempatnya mereka merumuskan strategi yang mantap tentang bagaimana semestinya mempercepat upaya untuk ‘saling menyapa’ antar subkultur yang jumlahnya sangat besar ini,” tandas Syafii Ma’arif dalam forum Saresehan Budaya Nasional yang diselenggarakan MPR RI di Gedung MPR/DPR RI Jakarta, Rabu (23/5/2012).

Sarasehan ini dibuka oleh Ketua MPR RI Taufiq Kiemas dan hadir sebagai pembicara antara lain Wakil Ketua MPR RI Hajrijanto Y Thohari, Lukman Hakim Saifuddin, Ketua MK Moh. Mahfudh MD, Mendiknas Muhammad Nuh, Budi Susilo Soepandji (Gubernur Lemhanas), Jacob Oetama dan Sularto (tokoh media), Letjen TNI Juniarto Haroen (Sekjen Wantanas), Abdul Hadi WM, Pataniari Siahaan, dan moderator oleh Sonny Keraf dan Soediarto.

Oleh sebab itu, lanjut Syafii, ke depan rumusan strategi kultural ini sangat perlu dilakukan untuk memperkokoh pilar-pilar keindonesiaan. Di mana dalam rumusan itu tidak ada subkultural yang dianaktirikan, semuanya diperhatikan dan dihargai secara proporsional sesuai dengan standar yang disepakati.

“Hanya dengan cara ini keanekaragaman budaya bangsa akan menjadi sumber kekuatan untuk menghadapi masa depan yang sarat dengan serba kemungkinan yang sulit diprediksi. Sehingga, mengabaikan subkultur yang lain akan mengencam keutuhan dan kelangsungan daya tahan bangsa ini dalam proses keberlangsungan sejarahnya,” kata Syafii.

Menurut Syafii, kebudayaan nasional itu telah diperkaya oleh puncak-puncak kebudayaan lokal. Seperti halnya pembentukan Indonesia sebagai bangsa belum mencapai tahap final. Demikian pula pembentukan kebudayaan nasional yang mengikuti proses pembentukan bangsa ini. “Jadi, semuanya berjalan serba dinamis dengan segala rintangan yang harus dilaluinya dalam perjalanan ‘proses menjadi’ tersebut,” tambahnya.

Untuk itu Syafii mengajak anak bangsa ini untuk sadar bahwa fakta keanekaragaman budaya, agama, bahasa dan etnis sebagai mozaik yang teramat elok adalah modal kekuatan bangsa yang harus dipelihara dengan pandai dan arif. Dengan demikian keteledoran dalam merawatnya bisa menjadi ancaman yang dapat melemahkan pilar-pilar bangunan bangsa dan negara yang masih belum mencapai proses final dalam pembentukannya ini.

“Dengan modal Pancasila dan bahasa Indonesia semua berharap bahwa keberadaan bangsa dan negara ini akan berusia panjang melebihi usia imperium-imperium yang pernah dikenal dalam sejarah nusantara,” tuturnya.

Sedangkan Ketua MPR RI Taufik Kiemas mengatakan, dalam kurun waktu 14 tahun pelaksanaan reformasi  ternyata kondisi bangsa ini masih tidak beranjak dari era Orde Baru, di mana kekerasan, kemiskinan, pengangguran, kesenjangan sosial, korupsi, nepotisme dan kolusi serta degradasi moral makin memprihatinkan.

"Oleh sebab itu untuk mengatasi persoalan tersebut, perlu adanya keputusan presiden tentang sosialisasi pelaksanaan materi 4 pilar berbangsa dan bernegara ini, sehingga menjadi budaya pengamalan nasional," kata Taufik Kiemas.