Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Panthera Tigris Sumatrae Musnah 2022

Harimau Murka Pekerja Kebun Dimangsa
Oleh : Tunggul Naibaho
Sabtu | 05-02-2011 | 17:00 WIB
Harimau-Sumatra.jpg Honda-Batam

Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) saat ini populasinya diperkirakan hanya berjumlah 400 ekor, dan diprediksi akan musnah pada tahun 2022. (Foto: Ist).

Batam, batamtoday - Seorang pekerja perkebunan bernama Ketani, 52 tahun, tewas diterkam seekor harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) di kawasan hutan Bayung Lincir, Sumatera Selatan, Kamis 3 Februari 2011.

Korban diketahui seorang pekerja PT Pratama Orbit Century Raya perantau asal Pacitan, Jawa Timur. Korban telah dikebumikan di kampung asalnya di Desa Ketepung, Kecamatan Kebonagung, Pacitan.

Kejadian naas itu bermula ketika Kateni dan rekan-rekanya sedang bekerja tidak jauh dari lokasi kejadian. Selepas magrib, ketika para pekerja kembali ke tenda mereka, korban kebetulan keluar hendak mencuci tangan, pada saat itulah muncul seekor harimau, dan korban yang terkejut segera berteriak menyuruh kawan-kawanya untuk lari.

Namun sayang, sewaktu berlari, korban terjatuh, dan segera saja diterkam, dan tubuhnya diseret sang karnivora. Tubuh korban baru ditemukan 13 jam kemudian dalam keadaan mengenaskan, tubuh dan kepala korban terpisah.

Selanjutnya jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher, Jambi, untuk visum.

Kejadian panthera tigris sumatrae menyerang manusia selalu kembali terulang, dan ini disebabkan harimau sumatera itu terusik ruang hidupnya oleh manusia yang melakukan deforestasi, perburuan, dan juga konflik dengan manusia atas ruang hidup. terutama sejak sawit menjadi primadona ekspor, maka banyak hutan dibabat demi perluasan perkebunan sawit, terutama di daerah Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan.

World Wild Fund (WWF) Riau, pada tahun 2009 melansir 15 ekor harimau tewas di wilayah hutan Riau terhitung sejak tahun 2005-2009. Dalam konflik itu, disebutkan 5 orang tewas dan 14 mengalami luka-luka.

Dilain tempat, di  Bengkulu, persisnya di kabupaten Seluma dan Kabupaten Kaur, pada November 2009, 3 harimau Sumatera diketahui masuk ke wilayah pemukiman warga. Hal ini disebabkan semakin sempitnya ruang hidup hewan langka ini.

Kejadian serupa pada tahun yang sama, juga terjadi di kawasan perbukitan Batu Busuak, Sumatera Barat, seekor harimau masuk perangkap babi yang dipasang warga.

Pada Maret 2010, Seekor harimau Sumatera juga menyerang seorang warga bernama Darmilius, 26 tahun,  di dekat Taman Nasional  Berbak, Jambi. Korban tewas setelah berhasil melukai sang harimau yang kemudian menghilang masuk ke dalam kawasan hutan.

Lalu pada bulan September masih di tahun 2010, Seorang petani sawit, Sugianto (35), warga Dusun Air Raja, Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, juga tewas dimakan harimau.

Tragisnya, warga yang mengetahui kejadian tersebut tidak berani mengevakuasi mayat korban. Sebab, binatang buas itu terus menjaga dan menunggui mayat korban. Sang harimau seakan-akan ingin mengatakan kepada manusia, 'jika kalian mengganggu kami maka inilah akibat yang akan kalian terima'.

Tubuh korban baru bisa dievakuasi setelah datang bantuan dari pihak kepolisian.

WWF sendiri memprediksi harimau Sumatera akan musnah pada tahun 2022. 

Dan saat ini populasi harimau sumatera hanya berkisar 400 ekor.