Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemberlakuan New Normal Dinilai Beresiko Masifnya Penyebaran Covid-19
Oleh : Redaksi
Senin | 22-06-2020 | 08:16 WIB
new-normal12.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pemberlakuan new normal atau kenormalan baru selama pandemi virus corona (Covid-19) yang direncanakan pemerintah dinilai belum tepat. Sebab Indonesia masih belum aman dari penyebaran Covid-19.

Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dr. Iwan Ariawan menyampaikan, dengan jumlah kasus yang masih terbilang tinggi maka penerapan new normal beresiko tinggi terhadap makin masifnya penyebaran virus corona.

Hal tersebut dikatakan Iwan dalam diskusi virtual yang diadakan oleh Para Syndicate, Minggu (21/6/2020).

"Seharusnya, mengacu persyaratan WHO, kalau kondisi jumlah kasus tidak naik selama dua minggu baru bisa dilonggarkan bahkan ada beberapa negara yang menetapkan pelonggaran dilakukan kalau sudah menurun selama satu bulan. Jadi sekarang kondisi di Indonesia belum aman untuk keluar dan bergerak, risikonya masih tinggi," katanya.

Sekalipun saat ini pemerintah mulai melonggarkan sejumlah aturan, tapi Iwan menyarankan tindakan pencegahan seperti cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak harus tetap dijalankan.

"Ini pun sebenarnya tidak menjamin, karena pemahaman yang masih kurang di tengah masyarakat. Untuk sebagian besar, aturan itu hanya dianggap sebagai larangan yang kalau tidak dilakukan akan kena denda bukan risiko terinfeksi penyakit," ujar.

"Karena itu, angka kasus ini bisa naik lagi, bahkan bukan sebagai gelombang kedua," tambahnya.

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dr. Panji Fortuna Hadisoemarto juga menilai pemerintah seharusnya fokus pada menekan angka kasus virus corona dahulu ketimbang berpikir melonggarkan aturan demi ekonomi.

"Agenda pemberantasan penyakitnya tidak ada, narasi yang dibawa malah hidup berdampingan, berdamai dengan covid. Ini masalahnya kebijakan amburadul karena arahnya bukan memberantas, kalau agendanya kuat untuk memberantas Covid-19 baru kita bisa menemukan jalan," kata Panji.

Menurut Panji, perekonomian Indonesia pun akan sulit berjalan kalau wabah belum diatasi karena kesehatan masyarakat perlu diperkuat lebih dulu.

Sepakat dengan hal itu, Iwan menambahkan, pemerintah seharusnya memikirkan kesehatan masyarakat terlebih dulu ketimbang ekonomi.

"Kesehatan harus aman dulu baru ekonomi bisa tumbuh. Pedomannya itu harus aman dan produktif, jangan terbalik produktif dulu baru nanti aman," ucapnya.

Untuk itu, Panji dan Iwan sama-sama berharap agar pemerintah mengutamakan mengatasi Covid-19 secara benar. Selain itu, mereka juga meminta pemerintah berkata jujur dan transparan dengan situasi yang sebenarnya terjadi.

"Sekarang bukan saatnya menyerah, dan jangan mengubah narasi ini kalau ini baik-baik saja. Sekarang waktunya menempatkan ilmu pengetahuan sebagai nahkoda, lakukan komunikasi yang baik, dan perkuat leadership jangan hanya gunakan empati tapi jujur, tidak menutup-nutupi," kata Panji.

Kasus positif virus corona (Covid-19) hingga Minggu (21/6) mencapai 45.891 kasus. Dari jumlah itu, 18.404 orang dinyatakan sembuh dan 2.465 orang lainnya meninggal dunia.

Jumlah kumulatif kasus virus corona sudah tembus 40 ribu lebih dalam kurun waktu tiga bulan sejak kasus pertama diumumkan 2 Maret 2020. Terhitung dari 1 Juni sampai 16 Juni lalu, jumlah kasus positif virus corona bertambah 13.927 kasus.

Angka kenaikan kasus positif hingga pertengahan Juni 2020 itu hampir melampaui jumlah kasus sepanjang Mei 2020. Terhitung sejak 1 sampai 31 Mei, jumlah kasus positif mencapai 16.355 orang.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha