Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tertekan Covid-19, Laju Konsumsi Diprediksi Mandek di Kuartal II 2020
Oleh : Redaksi
Sabtu | 20-06-2020 | 10:12 WIB
sri-mulyani43.jpg Honda-Batam
Menteri Keuangan Sri Mulyani.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan tingkat belanja masyarakat Indonesia atau konsumsi rumah tangga melaju nol persen atau mandek pada kuartal II 2020. Sebab, daya beli masyarakat diperkirakan masih akan tertekan pandemi virus corona atau covid-19.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat konsumsi rumah tangga masih berada di kisaran 2,84 persen pada kuartal I 2020 atau saat pandemi corona mulai masuk ke Indonesia.

"Pada kuartal II 2020, konsumsi rumah tangga yang tadinya masih bisa tumbuh di sekitar 3 persen akan mengalami pelemahan lebih lanjut di kisaran nol persen," ungkap Ani, sapaan akrabnya, saat rapat bersama Badan Anggaran DPR, Kamis (18/6/2020).

Ia mengatakan indikator proyeksi ini berasal dari peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi rendah. Data BPS mencatat inflasi secara bulanan hanya sebesar 0,07 persen pada Mei 2020.

Bahkan, inflasi hanya mencapai 0,9 persen pada Januari-Mei 2020. Sementara inflasi tahunan sekitar 2,19 persen dari Mei 2019 sampai Mei 2020.

Inflasi rendah bisa dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan (supply) yang berlebih. Namun, bisa pula berasal dari rendahnya permintaan (demand) konsumen.

"Inflasi sekarang turun, ini disebabkan lebih karena daya beli masyarakat, terutama konsumsi rumah tangga yang mengalami pelemahan cukup drastis," katanya.

Lebih lanjut, mantan direktur pelaksana Bank Dunia mengatakan inflasi yang rendah mungkin memberikan indikasi buruk bagi konsumsi rumah tangga. Namun, bisa menjadi momentum di sektor lain, misalnya kebijakan moneter di Bank Indonesia (BI).

"Tentunya BI agak sedikit merasa nyaman bahwa inflasi sekarang turun. Inflasi tidak menjadi salah satu ancaman pada saat ini," katanya.

Ia pun meminta bank sentral nasional untuk bisa cermat menggunakan momentum ini agar mampu menciptakan kebijakan yang akomodatif dalam rangka memberi dukungan bagi pemulihan ekonomi nasional.

"Tentu kami berharap BI juga akan lebih memberikan kebijakan moneter yang lebih akomodatif. Hari ini, BI sudah menurunkan (tingkat suku bunga acuan) 25 basis poin pada angka 4,25 persen, tapi inflasi masih di bawah 3 persen," tuturnya.

Sementara Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bank sentral sejatinya akan menurunkan lagi tingkat suku bunga acuan (BI 7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) ke depan. Salah satunya karena tingkat inflasi rendah.

"Sehingga ada ruang bagi penurunan suku bunga lebih lanjut," kata Perry.

Hanya saja, BI belum bisa memberi kepastian kapan sekiranya penurunan bunga acuan akan dilakukan lagi. Sebab, BI perlu melihat lebih lanjut perkembangan berbagai indikator ekonomi global dan nasional ke depan.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha