Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Antara Covid-19 dan Ketahanan Ekonomi RI
Oleh : Opini
Selasa | 21-04-2020 | 12:59 WIB
jokowi-stok-beras.jpg Honda-Batam
Presiden Jokowi mengecek stok beras. (Foto: Ist)

Oleh Raavi Ramadhan

VIRUS Corona atau Covid-19 diyakini akan berdampak pada ketahanan ekonomi RI, karena keran ekspor dan impor dibatasi. Banyak warung terpaksa ditutup karena sepi.

Namun kita tidak boleh pesimis. Negara akan tetap kuat di bidang ekonomi karena para pengusaha tetap kreatif dalam mencari uang, dan cadangan devisa Indonesia juga masih mencukupi.

Virus corona masih belum pergi dari Indonesia. Akibatnya banyak yang terkena dampaknya, mulai dari pengemudi ojek online yang sepi orderan karena anjuran untuk di rumah saja.

Sampai pedagang jajanan yang tidak bisa berjualan di depan sekolah karena program school at home. Rakyat pun menjerit dan mencari cara untuk mendapatkan uang. Walau ada corona menghadang, namun mereka masih memutar akal dan semangat dalam mencari peluang.

Salah satu cara untuk bertahan di tengah corona adalah dengan berjualan barang-barang yang dibutuhkan ketika pandemi ini berlangsung. Misalnya masker, sabun cair untuk mencuci tangan, dan hand sanitizer.

Tentunya benda-benda itu masih diperdagangkan dengan harga wajar dan distribusinya lancar, karena pemerintah akan menindak tegas orang yang menimbunnya demi keuntungan pribadi.

Ketika masker medis dilarang untuk dijual secara bebas karena hanya boleh digunakan oleh para tenaga medis, maka para pengusaha beralih untuk berjualan masker kain. Ada berbagai macam model masker, mulai dari yang berkaret hingga yang bertali panjang.
Masker kain ini juga ada yang bisa dibuka di bagian tengahnya untuk diisi dengan filter udara atau tisu, agar lebih higienis. Banyak orang yang berminat dan memborongnya untuk persediaan. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian sebenarnya masih berjalan dan tidak terlalu terpukul karena corona.

Selain masker, maka APD alias alat perlindungan diri berupa baju hazmat (hazardous material) juga dibutuhkan oleh para tenaga medis. Ketika jumlah stok APD makin mengecil, maka para pengusaha garmen beralih. Mereka tak lagi menjahit blus, seragam, dan kebaya.

Melainkan membuat baju hazmat dan dijual dengan harga yang cukup terjangkau. Hal ini menguntungkan kedua belah pihak. Dokter bisa mendapat APD tanpa harus mengimpor dan pengusaha garmen juga mendapatkan keuntungan yang lumayan.

Para pengusaha kuliner juga makin kreatif mencari cara bagaimana agar tetap eksis, walau ada kebijakan PSBB dan larangan untuk melayani pelanggan yang akan makan di tempat.

Mereka membuka layanan take away dan delivery order sehingga masih bisa melayani pesanan dan mendapat uang.

Layanan antar ini juga bisa bekerja sama dengan fitur pemesanan makanan di aplikasi ojek online. Jadi, para sopir ojek itu mendapat orderan dan pengusaha juga dapat keuntungan.

Kebijakan untuk stay at home membuat orang banyak menyetok makanan di rumah dan tidak berani untuk berbelanja sendiri di pasar. Hal ini dimanfaatkan oleh pedagang sayur dan bahan mentah untuk memberikan layanan antar.

Para pelanggan tinggal menelepon atau mengirim pesan melalui aplikasi WA, lalu sayuran diantar dan dibayar dengan COD.

Ada pula pengusaha yang dengan kreatif memanfaatkan peluang di tengah pandemi corona. Ia membuat tempat cuci tangan yang bisa diisi ulang dengan air bersih. Walau wadahnya terbuat dari barang bekas, namun sudah dibersihkan dan dijamin higienis.

Banyak orang yang memesannya karena tempat itu dihias dengan indah dan tentu diperlukan untuk ditaruh di depan rumah, supermarket, dan tempat umum lain.

Kondisi finansial Indonesia tidak akan goyah karena corona, karena selain masyarakatnya kreatif dalam mencari celah dalam mendapatkan uang. Selain itu, pengamat juga yakin bahwa negara ini tidak akan mengalami krisis untuk kedua kalinya (setelah krisis moneter 1998), karena masih memiliki cadangan devisa lebih dari 200 milyar. Walau pertumbuhan ekonomi melambat, namun pelan-pelan akan stagnan lalu naik lagi.

Perekonomian di Indonesia tidak akan goyah dengan mudah, walau ada pandemi corona. Justru di tengah situasi ini, ada banyak peluang bisnis yang bisa meningkatkan keuntungan di sektor ekonomi.

Misalnya ada pengusaha yang berjualan masker, APD, wadah cuci tangan, dan lain-lain. Corona tidak pernah menumpas semangat para pengusaha dan mereka akan selalu berpikir positif, bahwa perekonomian negeri ini akan selalu membaik.*

Penulis adalah pengamat sosial politik, bermestautin di Tangerang