Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

ESAI AKHIR ZAMAN MUCHID ALBINTANI

DNA Setan
Oleh : Muchid Albintani
Senin | 20-04-2020 | 08:16 WIB
muchid-bw.jpg Honda-Batam
Dr. Muchid Albintani. (Foto: Ist)

DALAM esai sebelumnya, "Manusia dan Ummat", (Batamtoday, 30/3/2020), dijelaskan makna "manusia" dan makna "ummat" akhir zaman. Kemudian, esai "Teori Azab" (Batamtoday, 6/4/2020), dijelaskan berdasarkan pendekatan azab dapat mengidentifikasi "wujud dan sosok setan". Sementara esai ini berupaya mengulas-kilas hubungan antara DNA dengan setan: "DNA Setan".

DNA yang disingkat dengan asam deoksiribonukleat [deoxyribo nuleic acid] adalah asam nukleat yang menyimpan semua informasi berhubungan genetika. Secara sederhana dalam konteks ini, DNA mengelaborasi pemaknaan keterhubungan yang terkait dengan identitas [sebuah konsekuensi wujud yang sama atau identik].

Dalam wujudnya, identitas dapat diklasifikasi menjadi kesamaan ideologi [agama atau kepercayaan], kesamaan genealogi [sandaran berdasarkan kelahiran-biologis yang dibedakan sekilas dengan, perbedaan warna kulit], kesamaan budaya [etnik, bahasa, dan lainnya], dan kesamaan bersandarkan kepentingan [wujud kepentingan ekonomi, politik, hukum, atau sumberdaya].

Pada konteks identitas inilah, esai akhir zaman, "DNA Setan", berupaya menelusuri hubungan kausalitas antara ideologi dan genealogi. Hubungan dimaksudkan sebagai upaya menapak-tilas terhadap apa yang selalu diprediksi pada akhir zaman, sumber penyebab kerusakan bumi melalui: peperangan [menyosong perang dunia ke-3?].

BACA: Dajjal 'Baru'

Menapak-tilas ini dilandasai pertanyaan: Apakah terdapat hubungan DNA dengan Setan [pembisik kerusakan] yang umum dan mahfum dihubung-kaitkan dengan genealogi tertentu? Jujur, hemat saya sungguh tak perlu dijelaskan secara eksplisit genealogi bersangkutan. Semua orang pun tahu: tak perlu bersikap bak "kura-kura dalam perahu".

Hemat saya esensi menapak-tilas pada akhir zaman adalah membangun argumentasi dengan pertanyaan: Apakah DNA [genealogi] dengan Setan terdapat hubungan asimetris [berlawanan], atau simetris [sejalan], terkait kerusakan bumi?

Bersandarkan referensi Qurani diketahui jika struktur kelas manusia hanya dua: manusia kafir dan manusia beriman. Pada konteks manusia [kelompok] orang kafir yang selalu dihubungkan dengan ideologi dan genealogi, ini bersandarkan keberadaan sebuah organisasi [institusi] dunia yang disimplikasikan dengan simbol: mata? Sudah menjadi referensi umum jika organisasi Illuminati [Illu] dan atau Freemasonry [Free] lah yang selalu diidentikan penyebab huru-hara dunia pada akhir zaman.

Realitas ini mempertontonkan jika keberadaan Illu-Free seolah-olah, tak dapat dipisahkan antara agama [ideologi] dan genealogi [keturunan yakub?], dan institusi [gerakan zionis] yang saling terintegrasi, sepaket dan tak dapat dipisahkan.

Esai "DNA Setan" ini berupaya memberikan cara padang baru terkait hubungan antara DNA dan Ideologi. Menurut referensi Qurani benar keduanya tak dapat dipisahkan antara genelogi dan ideologi. Dalam penjelasan sederhana, menusia beriman yang disebut muslim, tidak lagi menyandang atribut genealoginya.

Orang beriman, Islam dan Muslim tidak dapat dipisahkan secara ideologi, genealogi, budaya bahkan kepentingannya. Semua saling terkoneksi-menyatu. Jadi, tidak ada lagi istilah China Muslim, Barat Muslim, Yahudi Muslim. Kita adalah Muslim. Muslim adalah DNA-nya orang beriman.

Secara sederhana, esai ini menyimpulkan dalam sebuah tesis: "tidak ada hubungan signifikan antara DNA dengan kerusakan dunia [hubungan asimetris]. Yang ada hanya mereka manusia [beriman atau kafir], kemudian mengikuti prilaku [jejak langkah setan] dengan istilah "DNA Setan", bukan yang lainnya?

Apakah Anda ber-DNA setan? Tepuk dada tanya selera?!

Muchid Albintani adalah guru di Program Pascasarjana Sain Politik, konsentrasi Manajemen Pemerintahan Daerah, dan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Riau.

Pernah menjadi Dekan (diperbantukan) di FISIP Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Tanjungpinang, dan Direktur Universitas Riau Press (UR Press). Meraih Master of Philosophy (M.Phil) 2004, dan Philosophy of Doctor (PhD) 2014 dari Institut Kajian Malaysia dan Antarabangsa (IKMAS), Universiti Kebangsaan Malaysia.

Selain sebagai anggota dari The Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH) Jakarta juga anggota International Political Science Association, Asosiasi Ilmu Politik Internasional (IPSA) berpusat di Montreal, Canada. ***