Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

BI Tambah Likuiditas Perbankan Nasional Rp 102 Triliun Lewat Pelonggaran Cadangan Kas
Oleh : Redaksi
Rabu | 15-04-2020 | 09:57 WIB
bank-indonesia11613.jpg Honda-Batam
Bank Indonesia.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan menambah likuiditas ke perbankan nasional sekitar Rp 102 triliun mulai Mei 2020. Likuiditas ditambahkan agar likuiditas bank tidak mengetat di tengah tekanan ekonomi akibat penyebaran pandemi virus corona atau covid-19.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan penambahan likuiditas dilakukan dengan pelonggaran kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) berdenominasi rupiah untuk bank umum konvensional dan syariah. Kebijakan ini membuat batas pencadangan kas bank umum konvensional di BI akan menurun sebesar 200 basis poin (bps) untuk bank umum.

Sementara batas pencadangan kas bank umum syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) di BI turun 50 bps.

"Kebijakan berlaku 1 Mei 2020. Penurunan GWM rupiah akan menambah likuiditas Rp102 triliun," ungkap Perry, Selasa (14/4/2020).

Perry mengatakan bank sentral juga tidak akan memberlakukan kewajiban tambahan giro untuk pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) kepada bank umum konvensional dan syariah. Kebijakan ini akan berlaku mulai 1 Mei 2020 juga dan berdurasi satu tahun ke depan.

"Dari kebijakan ini, akan ada tambahan likuiditas Rp15,8 triliun," ujarnya.

Kemudian, BI juga akan menaikkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 200 bps untuk bank umum konvensional. Lalu, sebesar 50 bps untuk bank umum syariah dan UUS mulai bulan depan.

"Kenaikan PLM tersebut wajib dipenuhi melalui pembelian surat utang negara atau surat berharga syariah negara yang akan diterbitkan oleh pemerintah di pasar perdana," katanya.

Tak ketinggalan, BI turut menyediakan term repo kepada bank dan korporasi dengan transaksi underlying surat utang negara dan surat berharga syariah dengan tenor sampai satu tahun.

Secara keseluruhan, Perry mengatakan intervensi BI melalui injeksi likuiditas akan mencapai Rp 420 triliun pada tahun ini. Sebelumnya, BI sudah memberikan injeksi likuiditas sekitar Rp 300 triliun.

Injeksi itu diberikan melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) yang dilepas asing sekitar Rp 163 triliun, pelonggaran GWM rupiah tahap pertama Rp51 triliun, pelonggaran GWM rupiah tahap kedua Rp 23 triliun, dan pelonggaran GWM valas US$ 3,2 miliar. Semua hal ini dilakukan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

"Kami perkirakan rupiah akan stabil dan menguat ke Rp 15 ribu per dolar AS pada akhir 2020," tuturnya.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha