Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hotel dan Mal Paling Terpukul Akibat Pandemi Virus Corona
Oleh : Redaksi
Kamis | 09-04-2020 | 09:40 WIB
nagoya-hill11.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Nagoya Hill. (Foto: Hendra)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Perusahaan konsultan properti Colliers International Indonesia menyebut perhotelan dan pusat perbelanjaan (mal) paling terpukul oleh pandemi virus corona. Kondisi ini terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh negara terdampak covid-19 di dunia.

Senior Associate Director Colliers Ferry Salanto mengatakan perhotelan ada di urutan teratas yang terdampak paling parah dari seluruh sektor usaha properti. Diikuti oleh pusat perbelanjaan.

"Paling terkena dampak corona memang hotel. Kalau kami lihat secara global memang seperti itu," ujarnya dalam teleconference, seperti dilansir Antara, Rabu (8/4/2020).

Apabila tingkat penyebaran penyakit covid-19 terus meningkat dan dampaknya bagi iklim usaha masih sangat kuat, ia memperkirakan mengancam kelanjutan rencana pembukaan hotel baru pada tahun ini.

"Kira-kira berapa lama penundaannya, bergantung dari setiap developer. Ada developer yang pemulihannya bisa lebih cepat, tapi ada juga yang pemulihannya lebih lama," tutur Ferry.

Diketahui, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengungkapkan 1.266 hotel yang menjadi anggotanya memutuskan menghentikan operasional bisnis dalam rangka mengurangi tekanan bisnis akibat pandemi corona.

Hotel-hotel itu memilih untuk merumahkan sebagian besar karyawan, beberapa bahkan memutuskan PHK.

"Laporan terakhir yang dinyatakan tutup 1.266 per Senin (6/4/2020) sore. Kalau yang riil pasti lebih banyak," kata Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani.

Dari jumlah tersebut, Hariyadi memperkirakan ada lebih dari 150 ribu orang karyawan yang terdampak. Meski diakuinya angka tersebut belum pasti, karena pihaknya belum mendapatkan data yang lebih akurat.

Ada pun untuk usaha restoran, menurut Hariyadi, sudah cukup banyak yang menutup usahanya karena sejumlah mal juga ditutup.

Namun, ia mengaku data mengenai restoran memang cukup sulit didapat karena bisnis tersebut dinilai paling tak disiplin ketika dimintai data.

Sementara, untuk restoran yang melayani layanan pengantaran dan bawa pulang (take away) jumlahnya masih sangat terbatas.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha