Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Masyarakat Tak Boleh Lengah Mewaspadai Radikalisme
Oleh : Opini
Senin | 30-03-2020 | 14:00 WIB
deradikalisasi22.jpg Honda-Batam
Ilustrasi radikalisme dan deradikalisasi. (Foto: Ist)

Oleh Hananto

RADIKALISME masih menjadi ancaman besar bagi bangsa Indonesia. Masyarakat dan Pemerintah tidak boleh lengah dalam menyikapi penyebaran radikalisme di Indonesia.

Gembar-gembor online radikalisme memang mulai terasa. Mengapa secara online? Coba lihat perkembangan dunia digital saat ini.

Cek apakah beritanya sudah seperti yang seharusnya, atau memang banyak indikasi nyeleneh yang kebanyakan hoax serta berita-berita menyesatkan. Atau coba intip sejumlah jejaring sosial yang memiliki secret group, yang booming karena banyak upaya penjejalan radikalisme yang kian memprihatinkan.

Propaganda-propaganda atas nama keagamaan digulirkan demi mendapatkan sejumlah simpatisan. Yang merasa "terketuk" hatinya mereka bakal berbondong-bondong menuju si pelaku yang merayu.

Tapi pernah ga berpikir? Jika kelompok berhaluan kiri itu musnah, atau runtuh mungkin, sama seperti ISIS yang kalah beberapa waktu lalu. Apa akibatnya? Para simpatisan ini kini gigit jari, di negara ISIS tak diakui mau pulang ke kampung sendiri tak mungkin lagi.

Lha wong sudah "terpapar" kok? Gampang banget pengen pulang. Memangnya lingkungan kampung halaman punya dia ga takut?

Belum lagi dugaan-dugaan yang dilayangkan kepada mereka (Eks Simpatisan ISIS) jika mereka akan membawa pengaruh negatif lah, atau sedang menyusun kekuatan lah atau alasan lain yang memang perlu dipertimbangkan lagi jika ingin menerima mereka.

Kenyataanya memang begitu kan? Orang yang pernah terpapar Radikalisme seolah tersisihkan. Ketakutan-ketakutan akan ikut terpapar inilah yang membuat mereka jadi seperti dikelompokkan.

Berbeda yang telah mengabdikan diri pada radikalisme. Mau bagaimanapun diedukasi, bagi mereka yang benar adalah doktrin-doktrin yang sudah masuk ke dalam kepala. Padahal doktrin-doktrin yang mengatasnamakan agama itu banyak menyimpang dari khitahnya. Lalu, masih ingin berdiam diri melihat aneka fakta yang berpotensi memecah belah negeri?

Generasi muda negeri +62 mah gitu? kecanggihan teknologi ga dipakai untuk menyaring berbagai informasi, namun untuk sekadar selfie dan ajang pamer diri. Padahal jejaring sosial kini banyak memberikan edukasi yang penting terkait radikalisme yang kian membuncah.

Kenapa kalangan muda ini dikhawatirkan terpapar? Pasalnya pengakuan atau nilai eksistensi tengah mereka kejar. Rasa bangga hingga jumawa bakal mereka sandang ketika nama mereka dielu-elukan. Namun jika esksistensi itu didapat dari sejumlah kelakuan yang menyimpang? Masih inginkah?

Parameter kemajuan bangsa tentunya berasal dari generasi mudanya. Jika Meraka sebagai garda terdepan negara saja keok sama radikalisme mau jadi apa negara ini? Maka dari itu pemerintah terus gencar melakukan upaya penanggulangan Masalah radikalisme yang berpotensi menjangkiti siapa saja.

Bahkan, aparat keamanan sekalipun. Pemerintah tak berhenti bergerak, mereka terus mensosialisasikan aneka himbauan dengan harapan mampu mengedukasi warga negara Indonesia.

Masalahnya Radikalisme ini suka sekali mencari celah untuk masuk yang kemudian menghancurkan tatanan negara perlahan-lahan. Implikasinya ialah meruntuhkan kursi kepemerintahan. Jika status quo negara didapatkan, mereka bakal berjaya. Memerintah seenaknya, lalu bagaimana nasib kita.

Tak peduli seberapa besar perjuangan pemerintah jika tak ada dukungan dari masyarakat percuma saja. Maka dari itu, perlu adanya dukungan untuk menciptakan sebuah sinergitas yang mumpuni untuk menghadapi penyebaran radikalisme ini.

Bukan hanya masyarakat sipil, namun warganet aparatur negara dan seluruh warga negara Indonesia wajib berkontribusi. Dalam menyebarkan berita-berita yang benar dan bukan hoax apalagi mengumbar kebencian.

Sudah saatnya lebih aware akan radikalisme ini. Sebab, hal-hal pemicu radikalisme begitu banyak ditemui. Misalnya saja ,sikap yang intoleran, egoistis, hingga menuduh ideologi Pancasila yang telah menaungi Indonesia puluhan tahun tak bersesuaian dengan agama.

Lebih parah lagi, radikalisme membuat pelakunya menjadi lebih ekstrimisme. Bahkan, nekat melukai orang lain jika orang lain tak sependapat dengannya, sungguh ngeri!

Berkaca dari pengalaman, Indonesia ialah negara yang besar. Tentunya akan lebih mudah menggalang kekuatan guna melawan Radikalisme. Tak peduli latar belakang, harusnya kita mampu dan bisa membantu radikalisme hingga ke akarnya. Karena radikalisme ialah musuh kita semua.

Radikalisme akan merugikan diri kita dan seluruh warga Indonesia. Radikalisme juga akan memperpendek cara berpikir kita, jangan mau dibodohi mereka (pelaku radikalisme).

Ayo, buat benteng untuk melawan penyebaran Radikalisme dengan sikap toleransi yang tinggi, juga pemahaman akan ideologi Pancasila. Agar semua lebih aman dan sejahtera Karena ketahanan nasional mampu kita jaga. *

Penulis adalah pengamat sosial politik