Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

ESAI AKHIR ZAMAN MUCHID ALBINTANI

Manusia dan Ummat
Oleh : Muchid Albintani
Senin | 30-03-2020 | 08:20 WIB
muchid-albintani1.png Honda-Batam
Dr. Muchid Albintani. (Foto: Ist)

INFO terbaru berasal dari bisik-bisik, bukan gosip apalagi ghibah. Namanya bisik-bisik, tentu saja sangat sumir tingkat akurasinya. Bisik-bisik, ikhwal asal sumber corona: infonya dampak kegagalan tipu daya manusia.

"Orang kafir bertipu daya (makar, atau saya lebih afdhol menyebutnya dengan istilah konspirasi). Allah SWT membalas tipu daya mereka. Allah SWT sebaik-baiknya pembalas tipu daya."

Esai ini, tak hendak membahas spesifik prihal makar, melainkan ikhwal akhir zaman dalam konteks konsepsinya. Kata akhir dan zaman, memberikan esensi terkait dua hal, akhir (waktu), dan zaman (ruang).

Esensi diskusi prihal konsepsi ini, bukan pada apa, yang mana atau di mana? Melainkan esensinya terletak pada pengertian antara kata 'manusia' dan kata 'ummat' di akhir zaman.

Berupaya membedakan antara manusia dan ummat (yang terkadang disatukan menjadi ummat-manusia), memunculkan kerancuan konsepsi yang berdampak pada persoalan ke-manusia-an dan ke-umat-an itu sendiri. Bersandar pada konteks akhir zaman, hemat Saya penting membedakan antara manusia (ke-manusi-an) dan umat (ke-umat-an).

Pembedaannya menjadi tantangan besar manusia dan ummat di akhir zaman, terletak pada hubungannya dengan kata ummat dan kata rasul. Bayangkan, di zaman tidak ada lagi rasul sebagai pembawa langsung risalah kebenaran (ketauhidan) yang hanya diwariskan oleh ulama (orang-orang berilmu yang umum dimaknai secara sempit sebagai pewaris rasul), merefleksikan fenomena kemanusiaan (bukan keummatan) yang muskil.

Mari sama-sama dicermati di seluruh permukaan bumi ini, perhatikan dan cermati pada struktur sosial manusia yang beragama, dipastikan para ulama (tokoh agama) menempatkan posisi tertinggi dan terunggul (bahkan, ada beberapa negara dinilai termulia).

Disengaja (by desain), atau pun tidak, realitas struktur sosial model ini merefleksikan karakter khusus akhir zaman yang tak terbantahkan (aksiomatis) seolah-olah.

Esai ini, tidak bermaksud mengkontradiksikan dalam konteks aksiomatisnya, melainkan gugatan pada konteks ke-ummat-an, bukan kemanusian (struktur sosial). Hemat saya, dalam konteks keummatan yang satu (ummatan wahidah), menjadi penting dicermati untuk didiskusikan.

Perbedaan penting antara manusia dan umat, terletak pada pengklasifiksiannya. Manusia dalam konteks ummat terbagi dua: Manusia beriman, dan manusia yang kafir.
Sederhananya, perbedaan esensi beriman dan kafir, terletak pada cara pengakuan (pengabsahan) manusia kepada penciptanya (khaliq), dan pembawa risalahnya [rasul-nabi] terakhir.

Orang beriman pikiran dan hatinya, sudah terbuka mengakui bahwa Allah Maha Esa-Tiada Tuhan Selain Allah, dan Muhammad adalah Rasul-Nabi terakhir [rasul-nabi penutup].

Sementara, manusia [orang] kafir, sebaliknya, pikiran dan hatinya belum terbuka [tertutup, ada atau terhalang cover dipikiran dan hatinya], masih mengingkari apa yang diyakini manusia beriman.

Perbedaan ini, dalam konteks aktualitas [peristiwa hangat, terbaru dalam konteks makar] menjadi penting disampaikan, agar di akhir zaman manusia akan menuju kepada ummatan wahidah. Yakni ummat manusia yang keseluruhannya, akan menjadi penghuni surga. Atau bahasa lainnya: mari kita 'mensurgakan' umat manusia?

Pertanyaannya: bagaimana realitasnya? Masih kah mereka bertipu daya? Tepuk dada tanya selera. ***

Muchid Albintani adalah guru di Program Pascasarjana Sain Politik, konsentrasi Manajemen Pemerintahan Daerah, dan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Riau.

Pernah menjadi Dekan (diperbantukan) di FISIP Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Tanjungpinang, dan Direktur Universitas Riau Press (UR Press). Meraih Master of Philosophy (M.Phil) 2004, dan Philosophy of Doctor (PhD) 2014 dari Institut Kajian Malaysia dan Antarabangsa (IKMAS), Universiti Kebangsaan Malaysia.

Selain sebagai anggota dari The Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH) Jakarta juga anggota International Political Science Association, Asosiasi Ilmu Politik Internasional (IPSA) berpusat di Montreal, Canada. ***