Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dampak Covid-19, Okupansi Perhotelan di Batam Alami Degradasi
Oleh : Hendra
Kamis | 20-02-2020 | 19:53 WIB
mall-sepi.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Suasana lengang di salah satu mal di Batam akibat mewabahnya virus corona dan status oranye di negara Singapura. (Foto: Hendra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Mewabahnya Covid-19 atau virus corona di daratan China, hingga statusnya yang menjadi oranye di Singapura, berdampak signifikan terhadap okupansi perhotelan di Kota Batam.

Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batam, Muhammad Mansyur mengatakan, degradasi (penurunan) tersebut kini rata-rata di kisaran 30 persen hingga 40 persen.

"Jadi kalau kita berbicara tentang data real, hampir rata-rata semua menurun. Kisaran 30 persen hingga 40 persen. Kalau sebelumnya di 20 persen sampai 30 persen, saya melihat semakin hari semakin meningkat," ujarnya, Kamis (20/02/2020).

Meski begitu, dia katakan, pihaknya masih tetap optimis. Sehingga, katanya, harus ada solusi-solusi yang dicari, begitu juga dengan adanya gebrakan-gebrakan seperti pemberian insentif dari pemerintah.

"Sebelum jauh kita membahas okupansi hotel. Terlebih dahulu kita bisa melihat suasana di Pelabuhan Sekupang, Batam Center dan Harbour Bay. Dari sana bisa kita ambil gambaran akan dampak signifikannya terhadap perhotelan dan restoran di Batam," terangnya.

Lanjutnya, mengenai dampak mewabahnya virus corona ini, hingga status oranye di Singapura terhadap perhotelan atau pariwisata secara umumnya, bisa dilihat dari pernyataan Kementrian Pariwisata (Kemenpar RI). Selain Bali, katanya Batam dan Bintan juga paling banyak terdampak penurunan Wisman secara signifikan.

Meski begitu, dia katakan, segala pihak harus terus mencari terobos-terobosan tentang apa yang harus dilakukan. Karena yang disasar tidak hanya industri perhotelan.

Dampaknya ini juga menyasar industri manufaktur, yang bahan bakunya dari Cina, dan itu sekarang sedang stop pengiriman. "Nah kalau ini semuanya berjalan sampai sekian bulan. Ya gawat. Kita bisa hitung, sejak mewabahnya corona dan status Singapura yang meningkat ke oranye, itu terus terang membawa dampak yang signifikan terhadap industri perhotelan," jelasnya.

"Yang jelas terasa banget sekarang penurunannya. Tingkat hunian pasti anjlok. Sekarang, ke depannya harus survive aja yang kita pikirkan, di tengah situasi seperti ini," sambungnya lagi.

Lanjutnya lagi, "Apa orang Singapura berkunjung ke Batam? Atau Malaysia? (Bisa jadi) ada kunjungan."

Tetapi, bagi M Mansyur itu tidak signifikan. Terutama untuk masyarakat China, baik itu di Singapura bisa dikatakan mulai tidak berani bepergian keluar negeri. "Tetapi kalau kayak Melayu dan India itu masih beranilah. Itu segment yang saat ini kita coba gali," paparnya.

"Segementasi ke yang kira-kira mereka merasa amanlah dengan keadaan ini. Kita harus lakukan strategi itu, karena Singapura sendiri melarang warga negara mereka bepergian keluar Singapura. Sementara Indonesia sendiri telah bikin travel banned ke Singapura. Ini sudah ada instruksinya, kalau bisa jangan (bepergian) ke Singapura," imbuhnya.

Adanya persoalan ini, M Mansyur mewakili Insan Perhotelan dan Restoran di Batam berharap pemerintah sudah mulai menggali solusinya, baik dari Pemerintah Pusat maupun Daerah. Kalau PHRI sendiri, yang dilakukan tentu pada pengalihan market ke wisatawan lokal.

"Tetapi kita juga minta ada keringananlah sama pemerintah, dari segi tiket pesawat sehingga orang mau berkunjung ke Batam, atau kita diberi dispensasi mengenai masalah insentif pajak. Kita kan sekarang ini berpikiran bahwa harus survive, tetapi bagaimana caranya? Sementara kita juga harus dituntut dengan kewajiban kita, tetapi hak kita untuk mendapatkan revenue tidak bisa, karena situasi ini," tuturnya.

Jika hal ini terjadi terus menerus, M Mansyur mengatakan sudah tentu untuk menutup biaya operasional sehari-hari akan menjadi berat. Sehingga, jika ada insentif dari Pemerintah mengenai keringanan pajak, tentu keringanan itu akan digunakan untuk hal-hal yang lain menutupi biaya operasional.

"Sementara kita bisa lihat, untuk okupansi ini tidak hanya di hotel semata. Di restoran dan resort juga berpengaruh, karena itu saya katakan untuk survive saja kita saat ini bersyukur," tutupnya.

Editor: Gokli