Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Umrah Gratis untuk Petambak Dorong Kelancaran Usaha Budidaya Udang
Oleh : CR-1
Rabu | 22-01-2020 | 14:52 WIB
umroh-gratis-tambak-udang.jpg Honda-Batam
Rudy Hartanto dan keluarga petambak udang yang mendapat kesempatan Umrah ke Tanah Suci tahun 2020. (Foto: Ist)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pola kerjasama perusahaan tambak udang dengan masyarakat desa sekitar yang salah satunya dengan hadiah berupa paket umrah, yang nilainya sekitar Rp 24 juta per orang.

 

Tentunya hadiah umrah berlaku untuk masyarakat yang beragama Islam dan bekerja untuk perusahaan. Bagi yang Nasrani (Kristen), perusahaan memberangkatkan (ziarah) ke Yerusalem.

Sehingga kerjasama antara pemilik lahan, perusahaan bisa berjalan lancar dan memberi hasil.

"Kebetulan, (hadiah) umrah ke Tanah Suci tahun ini, 2020 dibiayai oleh pemilik lahan, (yakni) Ibu Aminah Lamappa dan Keluarga. (Skema kerjasama) bagi hasil antara perusahaan tambak udang berkelanjutan, PT Manakara Sakti Abadi memberi kesempatan Umrah kepada seorang teknisi dan istri serta seorang mekanik,” kata Direktur Utama PT Manakara Sakti Abadi, Rudy Hartanto Wibowo.

Perusahaan membuka lahan budidaya udang sebagian di pantai-pantai Desa Randomayang, Kabupaten Pasangkayu (Sulawesi Barat), Desa Sejoli, Kabupaten Parigi Moutong (Sulawesi Tengah), Toiba Kabupaten Luwuk (Sulawesi Tengah).

Ketiga wilayah mempunya banyak pantai, bahkan berada pada ujung pulau Sulawesi. "Kami memberdayakan masyarakat di seputar pantai. Kami ajak kerjasama budidaya udang dengan skema bagi hasil. Mereka menyambut (tawaran) dengan senang," tambah Rudy Hartanto.

PT Manakara mengelola tambak udang di Sulawesi dengan dua pola kerjasama. Pertama, skema kerjasama dengan pemilik lahan. PT Manakara sebagai investor menerapkan kemitraan, sekaligus juga bapak angkat untuk petambak.

Skema kerjasama ini sudah berjalan sejak tahun 2017 sampai sekarang, dan sistem bagi untung berjalan efektif.

"Pola kedua, (yakni) tambak inti. Kami memberi rasa nyaman bagi pemilik lahan yang bekerjasam dengan kami. Sebagai bapak angkat, kami tidak akan meninggalkan petambak sampai mereka betul-betul mandiri. Perkiraan kami, antara 10-15 tahun, mereka sudah bisa dilepas," lanjut Rudy lagi.

Di sisi lain, perusahaan menilai sikap kritis konsumen di luar negeri semakin nyata terhadap produk pangan termasuk hasil perikanan dan udang. Bahkan sejumlah badan/lembaga perlindungan konsumen produksi hasil perikanan seperti di Jepang, Amerika Serika dan Uni Eropah menerbitkan peraturan sebagai persyaratan ekspor ke negaranya.

Tidak terkecuali, upaya pemenuhan sistem jaminan mutu, keamanan pangan, ramah lingkungan dan keberlanjutan dituangkan dalam peraturan.

"Kami mengikuti peraturan pemerintah untuk budidaya udang berkelanjutan. Memang, harga tanah yang mahal menjadi masalah. Tapi kami tetap mengikuti persyaratan. Mungkin ada petambak yang tidak berpikir panjang. Konsekuensinya, negara produsen udang terutama Thailand, Vietnam sampai sekarang belum bisa memperbaiki kondisi (serangan wabah penyakit). Karena mereka sempat mengabaikan persyaratan Health and Food Safety (keamanan pangan dan kesehatan),"papar Rudy.

Operasional tambak menghasilkan beban limbah yang berdampak negatif bagi lingkungan perairan. Sehingga perusahaan harus membangun instalasi pengolah air limbah (IPAL) dalam sistem budidaya superintensif.

Petak-petak tambak yang ditebari benur vannamei dibarengi dengan tandon IPAL untuk pengendapan, oksigenasi, biokonversi dan penampungan. Buangan air limbah budidaya dialirkan ke dalam IPAL sebelum dibuang ke perairan.

"Kami konsisten, sebelum terjadi (penyebaran wabah penyakit udang) baik pengolah tambak udang skala besar, kecil, sebaiknya saling membantu. Dengan bekerjasama, kita semua bisa mengatasi wabah udang seperti yang terjadi di Thailand, Vietnam. Kita membuat satu cluster (tambak). Sehingga pemilik tambak bisa mengolah limbah pada inlet dan outlet secara reguler," tegas Rudy.

Kondisi saat ini, Amerika Serikat merupakan pasar udang terbesar Indonesia. Berdasarkan data BPS, Indonesia pada tahun 2017 mengekspor udang dibekukan ke AS sebanyak 98.429,3 ton atau 68,3% dari total pengapalan ke pasar global.

Volume itu mencetak nilai penjualan 973,3 juta US Dolar atau hampir 70% dari total nilai ekspor. PT Manakara terus mengembangkan (usaha budidaya udang), sambil mencari lokasi di daerah lain.

Lokasi di Parigi dengan luas lahan mencapai sekitar 250 hektar. Infrastruktur masih dalam taraf konstruksi terutama kolam produksi, tandon air, IPAL, fasilitas seperti mess karyawan, gudang, Mushola.

"Sedangkan tambak kami yang pertama ada di daerah Kendal Jawa Tengah. Saat ini masih berproduksi dengan bekerja sama dengan Perindo / BUMN sejak tahun 2016 sampai sekarang," kata Rudy.

Editor: Dardani