Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Harapan Pupus, Timnas Indonesia U-22 Harus Ikhlas Jadi Runner Up Sepak Bola SEA Games 2019
Oleh : Redaksi
Rabu | 11-12-2019 | 13:16 WIB
timnas-kalah.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Gelandang Timnas Indonesia U-22, Egy Maulana Vikri, tampak kecewa usai dikalahkan Vietnam U-22 pada laga final SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Selasa (10/12). (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Manila - Saat Evan Dimas dan kawan-kawan memasuki lapangan Stadion Rizal Memorial, Filipina, jelang final sepak bola SEA Games 2019 lawan Vietnam, Selasa (10/12), sebenarnya harapan itu masih ada. Harapan untuk mengakhiri paceklik medali emas di cabang sepak bola SEA Games.

Namun, setelah 90 menit berselang, harapan itu kembali terkubur. Seperti SEA Games-SEA Games sebelumnya sejak 1991, Indonesia kembali gagal memenangi medali emas cabang sepak bola.

Kali ini, Timnas Indonesia U-22 harus menyerah 0-3 dari Vietnam, negara yang untuk pertama kalinya meraih medali emas sepak bola sejak menggunakan format SEA Games. Sebelumnya, di fase grup, Vietnam juga berhasil mengalahkan Indonesia 2-1.

Evan Dimas sendiri bahkan harus mengakhiri mimpinya lebih awal. Di menit ke-22 dia harus ditarik keluar lantaran pelanggaran serampangan pemain Vietnam, Doan Van Hau.

Keluarnya Evan Dimas membuat permainan Timnas Indonesia U-22 tidak berkembang. Hasilnya, gol-gol dari Doan Van Hau, Do Hung Dung, dan Doan Van Nao berturut-turut mengoyak jala gawang Timnas Indonesia yang dikawal Nadeo Argawinata.

Indonesia pun masih harus menahan rindu lebih lama untuk bisa menyaksikan tim nasionalnya berjaya di ajang multicabang ini. Jika ditotal, sudah 28 tahun sejak terakhir kali Ferril Raymond Hattu dan kawan-kawan mewakili Indonesia menerima kalungan medali emas cabor paling bergengsi di SEA Games itu.

Padahal, di Rizal Memorial Stadium, sebenarnya Indonesia sudah siap berpesta. Pesta sedianya juga dipastikan akan semakin meriah, karena emas sepak bola di SEA Games 1991, juga diraih Ferril Raymond Hatta dan kawan-kawan di stadion yang sama.

Namun, tentu tidak ada perjuangan yang sia-sia. Penampilan Osvaldo Haay dan kawan-kawan sepanjang SEA Games tetap mampu membuat memincut hati publik olahraga Negeri Tercinta.

Vietnam memang berhasil dua kali membuat Timnas Indonesia U-22 KO. Namun, di luar itu, tim asuhan Indra Sjafri ini sesungguhnya mampu membuat Indonesia bangga.

Tengok saja saat Timnas Indonesia U-22 begitu perkasa menghajar juara bertahan Thailand dan Singapura 2-0. Lihat juga bagaimana pasukan Indra Sjafri melumat Brunei Darussalam 8-0, menerkam Laos 4-0. Lihat juga perjuangan luar biasa mereka demi membungkam Myanmar 4-2 di semifinal.

Indra Sjafri pun mengakui itu. "Pada pertandingan tadi, secara performa Timnas Indonesia U-22 lebih baik dari pertandingan sebelumnya," ujarnya, usai laga. 'Kami mengawali pertandingan dengan bermain terbuka, namun terjadi dua gol dari set piece. Selamat buat Vietnam."

Sesungguhnya, skuat Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2019 ini begitu spesial. Bahkan, tak berlebihan mungkin menyebut skuat ini sebagai generasi emas sepak bola Indonesia.

Lihat saja, di luar Evan Dimas dan Zulfiandi, yang masuk kategori senior, berusia 24 tahun, skuat asuhan Indra Sjafri merupakan pemain-pemain muda dengan talenta terbaik. Usia mereka rata-rata 20 tahun, sehingga kemampuan mereka masih sangat mungkin terus berkembang.

Di bawah mistar gawang, misalnya. Ada Nadeo, kiper nomor satu Borneo FC dengan atribut lengkap sebagai penjaga gawang. Postur ideal, potensial, cekatan, dan rupawan tentunya.

Deputi Nadeo adalah Muhammad Riyadi, kiper jebolan Timnas Indonesia U-19 yang punya rekam jejak mirip dengannya.

Empat pemain di depan Nadeo adalah bek dengan prospek cerah. Andy Setyo serta Bagas Adi Nugroho telah kenyang pengalaman di level kompetisi walaupun masih berusia muda.

Asnawi Mangkualam satu di antara bek kanan terbaik Indonesia saat ini. Begitu pula Firza Andika di sisi sebaliknya. Masih berusia 20 tahun, anak Medan ini sempat mampu menembus persaingan di kompetisi Eropa.

Pelapis mereka juga bukan sembarangan. Ada Nurhidayat Haji Haris, alumnus Timnas Indonesia U-19, Dodi Alekvan Djin, dan Rachmat Irianto, anak dari legenda Persebaya Surabaya, Sugiantoro.

Lini depan Timnas Indonesia U-22 tak kalah istimewa. Ada Egy Maulana Vikri, pemuda yang sempat disebut sebagai Lionel Messi-nya Tanah Air. Ada pula Saddil Ramdani, winger lincah yang mengadu nasib di Negeri Jiran. Sama-sama berkaki kidal, skill olah bola keduanya begitu memesona.

Masih ada juga Osvdo Haay, winger yang disulap Indra Sjafri menjadi penyerang tajam di SEA Games 2019. Total, dia mengoleksi delapan gol. Masih ada juga Muhammad Rafli, pemain muda yang kenyang pengalaman yang merumput di level atas kompetisi Indonesia bersama Arema FC.

Berdasar fakta-fakta di atas, mungkin sudah saatnya mereka diberi kesempatan naik kelas ke level senior. Selain untuk terus memberikan jam terbang, kehadiran Egy dan kawan-kawan mungkin juga bisa menjadi solusi mandeknya prestasi timnas di level senior.

Seperti diketahui, timnas senior Indonesia babak belur di ajang kualifikasi Piala Dunia 2022. Berada di Grup G, Tim Garuda sudah langsung masuk kotak, lantaran menderita lima kekalahan secara beruntun.

Indonesia dua kali kalah dari Malaysia (2-3 dan 0-2), ditekuk Thailand dan Vietnam (0-3 dan 1-3), serta dirontokkan Arab Saudi 0-5.

Posisi di kursi kepelatihan pun sudah berganti. Lantaran empat kekalahan awal, pelatih asal Skotlandia, Simon McMenemy, pun dilengserkan, digantikan pelatih sementara Yeyen Tumena.

Pria asal Padang ini sudah mendampingi timnas senior saat kalah 0-2 dari Malaysia, di laga kelima, 19 November lalu.

Indonesia masih memiliki tiga pertandingan yang harus dituntaskan. Terdekat, Pasukan Merah Putih harus menghadapi laga tandang lawan Thailand, 26 Maret 2020. Setelah itu, Arab Saudi dan Vietnam telah menunggu pada 31 Maret dan 4 Juni 2020.

Mengingat laga-laga itu sudah tak lagi menentukan, mungkin tidak ada salahnya jika beberapa pemain timnas Indonesia U-22 disertakan.

Sumber: Liputan6.com
Editor: Chandra