Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Urgensi Pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara
Oleh : Opini
Rabu | 20-11-2019 | 14:40 WIB
agung-mahyudin.jpg Honda-Batam
Agung Wahyudin. (Foto: Ist)

Oleh Agung Wahyudin

ABISAI Rollo, salah satu dari 61 tokoh Papua yang bertemu dan berdialog dengan Presiden Jokowi pada tanggal 10 September 2019 lalu untuk mencari solusi komprehensif terkait permasalahan Papua mengajukan permintaan.

 

Yaitu, agar pemerintah membangun Asrama Nusantara di seluruh kota studi dan menjamin keamanan seluruh mahasiswa Papua, sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Papua dan membentuk karakter kebangsaan Indonesia yang kuat.

Menurut rencana pemerintah akan membangun Asrama Mahasiswa Nusantara dibangun di Manado, Makassar, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Malang.

Dalam membuat Asrama Mahasiswa Nusantara, pemerintah pada prinsipnya mempunyai niat bahwa dalam membangunnya memakai konsep. Yaitu, pertama, asrama bersifat nasional sebagai wadah mencetak para mahasiswa yang unggul intelektualitas dan memiliki karakter kebangsaan yang kuat.

Kedua, proses seleksi perekrutan dan pengelolaan program, Presiden Jokowi sudah memerintahkan kementerian terkait yang terlibat untuk merealisasikan asrama tersebut.

Ketiga, pemerintah akan berupaya kuat untuk membangun asrama yang baru, namun jika kondisi keuangan negara kurang memungkinkan akan dilakukan renovasi asrama Papua atau daerah untuk dirubah fungsinya menjadi Asrama Mahasiswa Nusantara.

Keempat, rencannya bangunan Asrama Mahasiswa Nusantara terdiri dari 4 lantai dengan kapasitas 240 kamar dan 720 mahasiswa, serta 8 lantai sesuai kesediaan lahan.

Kelima, fasilitas asrama rencananya terdiri dari kamar tidur, aula, kamar mandi, kamar mandi diffable, perpustakaan, tempat peribadatan, klinik, gedung serba guna, arena olah raga, laboratorium bahasa, ruang belajar bersama dan tempat mencuci.

Konsultan pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara dari Universitas Indonesia (UI), Gumilar mengungkapkan, kapasitas asrama yang dirancang bisa menampung 250 hingga 750 mahasiswa. Di dalam asrama tidak hanya kamar saja. Tapi juga ada perpustakaan dan ruang pembinaan.

"Kita akan rekrut dengan selektif dari berbagai daerah seluruh Indonesia, termasuk Papua, Aceh, Kalimantan, Maluku, NTT, semua, dan mencerminkan kebhinekaan Indonesia di situ, dan mereka rencananya memperoleh beasiswa," ujar Gumilar.

Keseriusan pemerintah dalam membangun asrama ini ditunjukkan beberapa pemerintahan provinsi antara lain seperti Jawa Timur yang telah menyiapkan lahan di kawasan Siwalan, Wonocolo, seluas 1,5 hektar, dan Pemprov Jawa Timur juga akan menyiapkan lahan dengan luas yang sama di Malang.

Sementara Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan anggaran Rp37 miliar itu sudah termaktub dalam Kebijakan Umum Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS).

Staf Khusus Presiden sekaligus Ketua Masyarakat Adat Tanah Papua, Lenis Kogoya, sebelumnya menyatakan mendukung terobosan pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara. Lenis juga mengatakan bahwa nantinya akan memiliki kekhususan bagi mahasiswa dari daerah tertinggal seperti Papua.

Menurutnya, jika nanti jadi dibangun, maka asrama Nusantara harus memiliki kriteria khusus yang disiapkan dan programnya haruus melengkapi kebutuhan di dalamnya. Nantinya di asrama itu juga akan dilengkapi dengan beasiswa.

Anak-anak di situ juga akan mendapatkan teknik – teknik khusus seperti pelatihan dan lainnya. Harapannya nanti ada semacam kartu non-tunai, sehingga bisa ambil beras, gula dan lain - lain, tutur Lenis.

Lenis meminta agar mahasiswa dan pelajar asal Papua tidak perlu takut belajar atau menempuh pendidikan di Jawa Timur. Menurutnya, masalah antara mahasiswa Papua dan kelompok ormas di Surabaya serta Malang beberapa hari lalu ditutup saja dan tidak perlu diperpanjang.

Lenis menegaskan, bahwa saat insiden rasial tersebut terjadi di Surabaya, polisi memang mengamankan semua Mahasiswa yang ada di asrama ke Mapolrestabes, namun malam itu juga langsung dilepaskan.

Pembangunan asrama Nusantara tentu sangatlah diperlukan, hal tersebut akan berguna bagi para Mahasiswa untuk saling mengenal satu sama lain, serta menjunjung tinggi semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Bagaimanapun juga, pembangunan asrama mahasiswa Nusantara akan menjadi “wadah” yang akan semakin mengkristalkan warga kebangsaan dan kebhinekaan Indonesia ke depan.

Sehingga anak-anak muda atau calon pemimpin bangsa tersebut tidak mudah terhasut propaganda kelompok separatis, kelompok teroris bahkan sebaliknya mereka akan memiliki karakter kebangsaan dan intelektualitas yang tidak diragukan.

Publik Indonesia mengharapkan dengan adanya pembangunan asrama mahasiswa Nusantara ini akan dapat mengikis diskriminasi ras, etnis bahkan potensi segregrasi sosial ke depan, sebab di asrama ini akan terjadi persaudaraan sebangsa yang bersifat inklusif.

Urgensi pembangunan asrama mahasiswa Nusatara adalah sebuah keniscayaan dan akan dicatat sebagai “legacy” pemerintahan Jokowi-Maruf Amin apabila mampu direalisasikan.*

Penulis adalah dosen sebuah perguruan tinggi swasta