Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sukardi Rinakit: Indonesia Sudah Mulai Oleng
Oleh : Andri Arianto
Sabtu | 29-01-2011 | 22:28 WIB
Sukardi Rinakit (1).JPG Honda-Batam

Empang Intersection - Sukardi Rinakit, Peneliti Senior Soegeng Surjadi Syndicate saat paparan di agenda Diskusi Publik " Empang Intersection"

Batam, batamtoday - Entah karena bicara di Batam, sebuah daerah kepulauan dan perairan, Sukardi menggunakan istilah oleng atas situasi politik Indonesia pada awal tahun 2011 ini.

"Indonesia sudah mulai oleng. Dalam pengertian, pemerintahnya," demikian disampaikan Peneliti Senior Soegeng Surjadi Syndicate dalam acara Diskusi Terbuka Batam Intersection (DTBI) di Bunga Seraya, Batu Ampar, Batam, Sabtu 29 Januari 2011.

Sukardi menyatakan ada 3 alasan mengapa dia menyebut keadaan saat ini sudah 'oleng'. Pertama adalah faktor yang bersifat alamih, kedua adanya kasus ikutan, dan ketiga terkait munculnya wacana capres.

Faktor alamiah dimaksud adalah cuaca ekstrem yang terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang menyebabkan melambungnya harga pangan, dan hal itu membuat masyarakat hidupnya semakin susah. Sementara pemerintah kedodoran untuk mengatasi masalah krisis pangan ini dan gagal menekan (harga) pasar.

Faktor kedua adalah adanya kasus ikutan. Kasus ikutan ini timbul karena adanya kemacetan dan kelambanan pemerintah untuk mengganti Kapolri, Jaksa Agung, Ketua KPK, dan para komisioner Komisi Yudisial.

Adapun kasus ikutanya, akibat keterlambatan tersebut, menyebut dua kasus terbesar adalah kasus Gayus Tambunan dan kasus bank Century.

Sedangkan faktor ketiga adalah mencuatnya wacana calon presiden 2014-2019, yang menurut Sukardi terlalu awal dimunculkan kalangan partai politik.

Pemunculan isu soal capres ini akan sangat menguras energi politik negeri ini ke depan, sementara lagi -lagi nasib rakyat akan terpinggirkan, sesal Sukardi.

Lalu menurut Sukardi, dalam pengamatanya ada 5 calon capres yang muncul ke permukaan, yaitu Sri Mulyani, Mahfud MD, Ani Yudhoyono, Abu Rizal Bakrie, dan Prabowo.

"Dalam konteks demokrasi kepartaian maka, kans Sri Mulyani dan Mahfud MD sangat kecil, karena mereka tidak mempunyai partai politik. Sementara partai politik lebih  mendukung ketua umumnya sendiri," jelasnya.

Sementara kans Prabowo, meski punya partai Gerindra, namun karena kekuatanya tidak terlalu besar, kansnya juga tidak terlalu besar, tambah Sukardi.

"Sehingga yang tersisa adalah dua nama yaitu, Ani Yudhoyono yang merupakan istri presiden SBY, dan Aburizal Bakrie, ketua umum Partai Golkar," tandasnya.