Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

MPR Tanamkan Nasionalisme pada Generasi Muda
Oleh : Irawan
Senin | 19-08-2019 | 15:52 WIB
idris_laena_nasionalisme.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ketua Badan Anggaran MPR Idris Laena saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar di SMAN 15, Sunter, Jakarta Utara

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) terus menggelar Sosialisasi Empat Pilar guna menanamkan rasa nasionalisme, khususnya pada generasi muda. Hal tersebut dilakukan agar anak muda Indonesia memiliki pelindung yang menangkal masuknya paham-paham yang tak sesuai dengan Pancasila.

Anggota MPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Idris Laena mengatakan, rasa nasionalisme dapat tumbuh dengan menanamkam Pancasila dalam diri masing-masing. Karena di dalam Pancasila terkandung pedoman hidup berbangsa dan bernegara bagi masyarakat Indonesia.

"Indonesia punya empat pilar, salah satunya adalah Pancasila yang menjadi dasar negara, yang membuat kita bersatu. Walau Indonesia memiliki ratusan pulau, suku, dan bahasa," ujar Idris saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di SMA 15 Jakarta, Sunter, Jakarta Utara, Senin (19/8/2019).

Ia menceritakan di hadapan siswa-siswi SMA 15 Jakarta, bahwa Pancasila sempat diperdebatkan keberadaannya oleh sejumlah orang. Namun, para pendiri bangsa mengesampingkan hal tersebut, demi terwujudnya persatuan di Indonesia.

"Kita harus jaga perasaan umat-umat lain, kita tak menuntut negara ini menjadi negara dengan sistem lain. Pancasila ini clear, tidak perlu didiskusikan lagi," ujar Idris.

Selain itu, semboyan Bhineka Tunggal Ika juga harus ditanamkan oleh masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Dengan menanamkan hal tersebut, perbedaan antara agama, suku, dan ras dapat dilupakan demi masa depan bangsa yang lebih baik.

"Inilah yang akan membuat NKRI terus bersatu. Tetapi jika masing-masing kelompok, mengutamakan kepentingan golongannya sendiri, sangat mungkin NKRI ini akan terpecah belah," ujar Idris.

Ia berharap, rasa nasionalisme di generasi muda terus ditingkatkan agar Indonesia semakin maju. Dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia, ketimbang mementingkan ego dan kepentingan sejumlah pihak saja.

"Sikap-sikap seperti ini harus senantiasa dikedepankan. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, di atas kepentingan kelompok dan golongan," ujar Idris.

Potensi perpecahan
Pada kesempatan itu, Idris Laeana yang juga Ketua Badan Anggaran MPR RI ini, menyampaikan kekagumannya terhadap kekayaan Indonesia. Disebutnya, Indonesia adalah Negera yang besar, terdiri dari 17 ribu pulau, 1.370 suku, serta 800 bahasa.

Kekayaan Indonesia, itu menurut Idris Laena, bukan hanya membanggakan tetapi juga berpotensi menyebabkan perpecahan.

Uni Soviet, kata Idris, negara adidaya itu kini telah hilang dari peta dunia. Negara itu terpecah belasan negara kecil, yang memerdekakan dirinya sendiri.

Demikian pula Yugoslavia, negara yang dulu makmur dengan angkatan perangnya yang sangat kuat, itu kini menjadi negara-negara sendiri, sesuai kelompok-kelompok yang hidup di sana.

Sedangkan Libanon, negeri nan Indah itu saat ini dilanda kecamuk perang saudara yang tak berkesudahan. Di Libanon, pertempuran bisa terjadi kapan saja, meski sebelumnya dalam kondisi damai.

"Kita harus syukuri hidup di Indonesia. Kita memang belum terlalu maju, tetapi kita hidup dengan aman dan damai. Kita bisa melakukan aktifitas, tanpa harus merasa takut dan mencekam," kata Idris Leina menambahkan.

Suasana seperti itu menurut Idris harus dipertahankan. Caranya, semua kelompok dan suku-suku yang ada di Indonesia, saling menghormati satu dengan yang lainnya. Tidak boleh ada satu kelompok pun yang merasa menang sendiri. Semua harus mau berkorban demi kepentingan bersama.

Salah satu contoh sikap toleransi dan pengorbanan yang patut di tiru oleh generasi muda, menurut Idris adalah saat umat Islam Indonesia rela menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta sehingga untuk menjadikan Pancasila seperti yang dikenal sekarang.

Saat itu, para ulama lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia, dibanding ego keagamaan. Dan dengan sukarela serta keikhlasan yang tinggi mereka memilih negara Kesatuan Republik Indonesia dibanding negara Islam.

"Sikap-sikap seperti ini harus senantiasa dikedepankan. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, di atas kepentingan kelompok dan golongan. Inilah yang akan membuat NKRI terus bersatu. Tetapi jika masing-masing kelompok, mengutamakan kepentingan golongannya sendiri, sangat mungkin NKRI ini akan terpecah belah," kata Idris Leina lagi.

Negara yang kuat menurut Idris bukan ditentukan oleh militernya. Sejarah membuktikan Uni Soviet yang ditakuti Amerika kini lenyap dari peta dunia. Tetapi, kuat lemahnya suatu negara ditentukan oleh rasa nasionalisme seluruh warganya.

Jika nasionalisme masyarakat tinggi, apapun hambatan yang dihadapi, mereka akan bersatu padu menghadapi hambatan yang menghadang. Tanpa harus menunggu militernya turun tangan.

Editor: Surya