Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Akselerasi Investasi Batam
Oleh : Redaksi
Senin | 29-07-2019 | 17:28 WIB
edy-sutrisno-opini-1.jpg Honda-Batam
Edy Sutriono,S.E.,M.M.,M.S.E.

Oleh: Edy Sutriono,S.E.,M.M.,M.S.E.

Sejalan dengan tema fiskal 2019, "APBN Untuk Mendorong Investasi dan Daya Saing Melalui Pembangunan SDM", tantangan perekonomian Kepri yaitu meningkatkan investasi Batam untuk pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan momentum dan peluang kondisi ekonomi global.

Perekonomian dunia tahun 2019 masih dihadapkan risiko ketidakpastian dan tantangan pelambatan pertumbuhan yang menurut WEO diperkirakan sebesar 3,3 persen (yoy).

Sementara pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan 5,3 persen meskipun menghadapi tantangan yang cukup berat terutama dari sisi perdagangan internasional. Perdagangan internasional perlu kapasitas produksi yang berdaya saing ekspor ditopang dengan investasi. Relevansi dengan Kepri, Batam sebagai kawasan perdagangan bebas dan penyumbang 70 persen ekonomi Kepri diarahkan untuk mendorong investasi. Pertumbuhan ekonomi Kepri bergantung investasi dengan porsi terbesar PDRB 2014-2018 dan triwulan I-2019 pertumbuhan ekonomi pada angka 4,76 persen disumbangkan oleh investasi (PMTB) sebesar 42,45 persen dengan pertumbuhan 0,67 persen.

Kondisi ekonomi global dan perang dagang AS dengan Cina menjadi tantangan bagi BP Batam untuk dapat menghadirkan investasi (PMA/DN) ke Batam, bersaing dengan Vietnam, Thailand, Malaysia, Filipina, Taiwan dan negara sekitarnya.

Dukungan belanja pemerintah (APBN) terhadap investasi Batam ditunjukkan dengan peran APBN Badan Layanan Umum (BLU) Kawasan BP Batam sebagai badan atau instansi pemerintah yang mengusahakan pengembangan Kawasan Batam. Belanja BP Batam digunakan untuk pembangunan infrastruktur ekonomi, peningkatan efisiensi investasi melalui fasilitasi dan perlindungan investasi, promosi dan pengembangan fasilitas investasi berbasis teknologi informasi dan digital.

Dukungan fiskal terlihat dengan meningkatnya alokasi anggaran per tahun dengan rata-rata sebesar Rp1,8 triliun dalam tiga tahun terakhir. Proyek strategis BP Batam 2019 untuk mendorong investasi antara lain pengembangan parallel taxiway arah runway dan apron cargo, pembangunan jalan Kawasan Industri Kabil dan Industri Batam Center, pembangunan jalan Kawasan Industri Tanjung Uncang dan Industri Sei Lekop, peningkatan jalan dan Kawasan Industri Pelabuhan Sagulung, perbaikan underpass Pelita, perbaikan jalan Kawasan Industri Sintai,pembangunan jalan konektor dan jembatan Kawasan Industri Sekupang, revitalisasi dan pengadaan fender Dermaga Batu Ampar.

Kemudahan perizinan investasi dengan menerapkan Online Single Submission (OSS) yang sekaligus pelayanan pemberian izin penggunaan tanah dan lokasi di kawasan industri yang dituju. Insentif fiskal tambahan berupa Tax Holiday, Tax Allowance, dan fasilitas Free Trade Zone. Fasilitas perizinan ini memangkas birokrasi dan waktu penyelesaian serta memberikan kepastian.

Dukungan layanan kepada investor melalui frontliner Klinik Berusaha dan Garda. Untuk efisiensi biaya logistik, BP Batam melakukan terobosan transporter tol laut dan kerja sama dengan PLMP Fintech Singapura dan PT Central Distribusi Batam dalam mengelola logistik melalui sistem blockchain. BP Batam juga bekerja sama dengan PT Sarinah dalam sistem pengiriman, factory outlet, dan layanan ekspor.

Tantangan. Usaha mendorong investasi ke Batam belum cukup efektif menarik PMA pada periode 2015 sampai dengan 2017. Menurut data BKPM,NSWI, terlihat PMA relatif stagnan rata-rata Rp481 miliar/tahun atau tumbuh sebesar 20,7 persen, sedangkan PMDN meningkat cukup tinggi. Belum optimal masuknya PMA periode 2015 s.d 2017 disebabkan persoalan upah tenaga dan dualisme kewenangan antara BP Batam dan Pemerintah Kota Batam serta isu bentuk FTZ atau KEK. Melalui berbagai upaya dan dukungan fiskal pembiayaan APBN BLU BP Batam sepanjang tahun 2018 dan 2019 dapat meningkatkan nilai investasi triwulan I-2019 menjadi berkisar Rp1,1 triliun.

Tren positif ini dapat menaikkan angka pertumbuhan ekonomi Kepri triwulan I-2019 pada angka 4,76 persen. Investasi PMA Batam disumbangkan beberapa relokasi seperti Pegatron sebagai akibat perang dagang AS dan Cina dengan porsi distribusi usaha investasi PMA didominasi usaha berorientasi ekspor antara lain sektor industri mesin, elektronik, logam dasar dan barang logam sedangkan PMDN cenderung usaha yang memenuhi kebutuhan domestik seperti perhotelan dan restoran.

Penambahan investasi (modal) tersebut belum secara efisien meningkatkan PDRB, terlihat angka ICOR Kepri yang semakin meningkat dari sebesar 6,48 pada 2014 menjadi sebesar 9,2 pada 2018 yang artinya semakin besar investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan PDRB. Kondisi tersebut perlu dibarengi pengendalian inflasi, nilai tukar rupiah, impor bahan baku, UMR dan biaya lain yang dapat menyebabkan high cost production.

Sementara itu dampak investasi terhadap ekspor dilihat dari perbandingan ekspor dan PMTB berkisar antara 3,89 pada tahun 2014 dan 3,58 di 2018 menunjukkan satu kali penambahan investasi (PMTB) dapat menghasilkan lebih dari tiga kali lipat produk domestik termasuk untuk ekspor.

Dari ICOR dan perbandingan ekspor dan PMTB tersebut perlunya mendorong investasi, efisiensi produksi, iklim kondusif dan daya saing produk Kepulauan Riau khususnya Batam. Berdasarkan data perwakilan Bank Indonesia Prov.Kepri, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov.Kepri memperkirakan perekonomian Kepri 2019 akan menguat dibandingkan 2018 pada angka 5,12 persen didorong oleh masuknya investasi dan industri baru sebagai dampak perang dagang AS dan Cina ditopang iklim investasi semakin kondusif yang berpotensi linear meningkatkan kinerja ekspor dan konsumsi rumah tangga serta belanja pemerintah pusat dan
daerah pada akhir tahun.

Sebagai harapan, BLU BP Batam dapat meningkatkan dukungan fiskal dalam mendorong investasi melalui optimalisasi realisasi belanja modal dan upaya meningkatkan pendapatan BLU, optimalisasi OSS, promosi investasi dan menciptakan iklim investasi yang makin kondusif. Sinergi dengan stakeholders untuk mereduksi beberapa risiko yang menghambat masuknya investasi ke Batam antara lain: (i) belum optimalnya OSS; (ii) tingginya upah tenaga kerja menyebabkan high cost production; (iii) kejelasan status dan kepemimpinan BP Batam berpotensi membuat keraguan investor; (iv) rendahnya daya saing produk yang berorientasi ekspor; dan (v) kualitas sumber daya manusia dan belum link and match dengan dunia usaha/kerja.

*) Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana
penulis bekerja

Penulis merupakan ASN Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepri.