Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Melihat Refleksitas Seluk Beluk Kehidupan Manusia Dalam Pegelaran Hum(art)nity Universitas Universal
Oleh : Hendra Mahyudi
Sabtu | 01-06-2019 | 08:52 WIB
seni1.jpg Honda-Batam
Kesenian yang ditampilkan mahasiswa Universitar Universal. (Hendra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Dalam rangka Ujian Akhir Semester (UAS) Genap tahun 2019, mahasiswa semester 2 hingga 6 Universitas Universal yang menempuh mata kuliah Koreografi, Tarian Etnis Melayu, Apresiasi Seni Teater, Paket Tari Kreasi, dan Tata Rias Busana mempersembahkan tajuk kegiatan berjudul Hum(art)nity.

Kegiatan ini dengan lugas menjadikan isu kemanusiaan sebagai inspirasi dan istrument utama dalam pertunjukan yang mereka hidangkan kepada para tamu yang hadir. Hingga tajuk pagelaran Hum(art)nity ini digambarkan sebagai refleksi atas seluk beluk kehidupan manusia yang bertaut dengan jiwanya, orang lain, alam sekitar dan Tuhan yang bisa diaktualisasikan melalui media seni.

"Kita ingin menampilkan Hum(art)nity ini sebagai refleksitas akan seluk beluk kehidupan kita sebagai manusia, yang bertautan dengan jiwa kita, orang lain, alam sekitar dan Tuhan yang bisa diaktualisasikan melalui medium seni," ujar Denny Eko Wibowo (35), Dosen Seni Tari Universitas Universal beberapa, belum lama ini.

Pagelaran tari yang diadakan pada hari Sabtu (25/05/2019) tersebut, memaparkan seluruh karya para mahasiswa yang disajikan berturut-turut, lengkap dengan paparan sinopsis dan judul karya yang menjadi konsep penciptaan tarinya.

"Garapan tari kelompok yang disajikan seperti Tangisan Alam misalnya, karya tersebut berangkat dari kejadian bencana tsunami di Banten pada tanggal 22 Desember 2018, silam," lanjut Denny.

Uniknya, garapan Tangis Alam, tari berkelompok ini disajikan dengan alur dramatik yang jelas dan kian menyentuh nurani penonton. Ditambah lagi dengan sajian lainnya, yakni tari Jogi khas Batam yang tampil dinamis dan atraktif dalam komposisi penari berpasangan.

"Tarian ini menceritakan suka cita masyarakat nelayan di pesisir pulau Batam," jelas Denny.

Sementara itu Efendi Suriyanto, penggiat seni asal Padang, Sumatera Barat, menilai pertunjukan yang diadakan malam itu sangat mengesankan. Sajian-sajian komposisi kelompok yang sarat dengan nuansa ballet dan olah tubuh yang matang.

Hal-hal yang dipaparkan Efendi itulah kemudian menjadi tolak ukur sekaligus evaluasi bagi dosen dan mahasiswa dalam mengembangkan kembali kemampuan dibidang yang mereka geluti ini di masa datang.

"Secara keseluruhan, mahasiswa yang ujian pada malam ini, cukup memberikan apresiasi penonton, baik dari komposisi duet, kelompok hingga sajian monolog. Tetapi, pertunjukan tari tradisional Minang yang disajikan belum menghadirkan bungo silek pijakannya, gelek, garak, garik, pitunggua, galiek, cabiak, galatiak dengan optimal," tandasnya.

Pegelaran tari bertajuk Hum(art)nity ini turut dihadiri oleh Rektor Universitas Universal Batam, Dr. Kisdarjono yang memberikan sambutan di awal sebelum acara dimulai, dan secara keseluruhan berlangsung dengan lancar meski diselenggarakan pada bulan Ramadhan 1440 H, antusiasme masyarakat penikmat seni pertunjukan di kota Batam dan sekitarnya cukup tinggi.

Pagelaran Hum(art)nity ini pun ditutup dengan 2 karya tari kelompok berjudul The Untold Pain dan Art of Sketches yang mengangkat tema kejiwaan manusia yang mengalami depresi dan stres hingga menemukan caranya sendiri untuk bangkit dan melanjutkan kehidupannya. Puluhan penonton terkesima, saat adegan per-adegan ditarikan dengan apik.

Editor: Chandra