Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Demo Tolak Kenaikkan BBM

PBNU Minta Mahasiswa Jangan Dianggap Makar
Oleh : surya
Senin | 19-03-2012 | 07:54 WIB
Slamet_Effendi_Yusuf.jpg Honda-Batam

Ketua PBNU Slamet Effendy Yusuf

JAKARTA, batamtoday - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Slamet Effendy Yusuf berharap para mahasiswa yang melakukan demonstrasi menolak harga BBM harus tetap berpegang pada etika dan tidak berbuat anarkis. Sebaliknya, aparat kepolisian juga diminta tidak boleh sewenang-wenang melakukan pemukulan, menendang, menginjak-injak, bahkan mengejar mereka hingga Masjid tanpa melepas sepatu.

“Biarkan mahasiswa itu demo, kalau perlu secara besar-besar bersama rakyat. Tidak usah takut. Kan, mereka bukan pemberontak. Saya yakin demo mahasiswa itu untuk menyampaikan aspirasi dari hati nurani yang munri. Mereka ini mayoritas adalah anak-anak orang daerah yang tahu persis akan implikasi dan dampak dari kenaikan harga BBM itu akan menyulitkan rakyat,” kata Slamet kepada per di Jakarta kemarin.

Menurut Slamet, yang harus digarisbawahi adalah demo itu untuk menyampaikan aspirasi menolak kenaikan harga BBM. Selain berorasi, demo juga disertai tulisan yel-yel pada spanduk-spanduk, bendera dan lain-lain, tetapi tetap tidka boleh melakukan tindakan anarkis dan kekerasan. "Jadi, demo itu harus kuat pada pesannya, yaitu menolak kenaikan harga BBM,” ujar Ketua MUI Pusat ini.

Mantan Ketua Umum DPP GP Ansor ini meminta agar demo yang dilakukan para mahasiswa tidak dianggap sebagai perbuatan makar. Pemerintah, lanjjutnya, harus mendengarkan aspirasi rakyat untuk mencari solusi, dengan alasan tidak hanya untuk menyelamatkan APBN. "Kalau untuk APBN terus mengorbankan penderitaan rakyat, itu tidak perlu. Apapun alasannya kenaikan BBM ini akan berdampak luas bagi rakyat. Selain mencari solusi lain, kalau bisa kenaikan BBM ini dilakukan secara bertahap,” tambah Slamet.

Demo penolakan kenaikan harga BBM, tegas Slamet, semakin hari semakin membesar menjelang penetapan pada 1 April mendatang. Karena itu, baik mahasiswa dan aparat kepolisian harus sama-sama menjunjung tinggi etika berdemo dan etika dalam melakukan pengamanan aksi unjuk rasa. “Mahasiswa tidak anarkis, dan aparat juga tidak represif, tapi coba melakukan pendekatan secara pesuasif. Toh, kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah,” tutur Slamet.