Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Barantan Tanjungpinang Gelar Rakor Pencegahan Masuknya Penyakit Jembrana ke Kepri
Oleh : Roland Aritonang
Senin | 15-04-2019 | 14:52 WIB
rakor-jembrana1.jpg Honda-Batam
Rakor pencegahan masuknya penyakit Jembrana ke Kepri. (Foto: Roland)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Balai Karantina Pertanian (Barantan) Kelas II Tanjungpinang gelar rapat koordinasi lintas instansi se-Sumatera pencegahan masuk dan tersebarnya penyakit Jembrana Sapi Bali ke Provinsi Kepri, Senin (15/4/2019) di Hotel CK Tanjungpinang.

Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewan, Agus Sunanto mengatakan pihaknya mengharapkan pencegahan penyakit Jembrana dengan uji vaksinasi. Menurutnya sapi bali yang masuk Ke Kepri masih dalam keadaan sehat.

"Kalau penyakit Jembrana ini sebenarnyakan hanya mengenai sapi Bali, kalau tidak sapi Bali tidak terkena penyakit Jembrana," katanya.

Kepala Balai Veteriner Bukit Tinggi, Krisnandana mengatakan penyakit Jembrana hanya ada pada Sapi Bali. Penyakit ini sebenarnya penyakit yang tingkat kesembuhannya tinggi tapi memang kematiannya juga tinggi.

"Ini nantinya yang kami antisipasi dalam rapat koordinasi bagaimana kita dapat mencegahnya di kepri. Karena Dari data yang ada, dari tiga tahun terakhir yang saya ambil Kepri itu unggul. Kadang positif dan negatif karena sapi yang dikirimkan ke Kepri ini adalah kebutuhan. Jadi tidak berarti untuk dibiarkan," paparnya.

Jadi pada intinya tidak berarti untuk dibiarkan, jadi saat dilakukan survei nol tetapi pada saat tidak di survei muncul. Ini yang mungkin perlu menjadi kesepakatan untuk putuskan agar Kepri dalam konteks ini bisa teramankan. Namun perlu diketahui penyakit Jembrana ini kalau sudah terkena itu 80 persen kemungkinan bakal sembuh dan 20 persen mati. Kalau sudah sembuh itu pembawa. Jadi didalamnya masi ada virus yang diperlukan vaksinasi.

"Ciri-ciri sapi terindekasi Jembrana, seperti keringat berdarah, panas badannya tinggi dan cairan tubuh berkurang sehingga menyebabkan lemas. Pencegahannya dengan penambahan vitamin dan mineral dan sebagainya. Namun perlu diantisipasi kembali tidak ada penyakit yang berdiri sendiri," ucapnya.

Sementara itu untuk efek dari penyakit untuk manusia yang mengkonsumsi tidak ada karena tidak menular. Namun di sisi perekonomian menjadi permasalahan karena pastinya asetnya akan mati dan hilang karena penyebarannya yang cepat.

"Kami tau bahwa kriteria strategis penyakit yang penyebaranya cepat ini yang menjadi perhatian pemerintah," jelasnya.

Dokter Hewan Honis Mandri dari Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepri, menjelaskan kebutuhan Kepri untuk sapi potong memang dari luar.

Oleh karena itu dengan maraknya terjadi kasus penyakit Jembrana ini dilumbung-lumbung ternak seperti terjadi di Lampung, Sumatera Barat dan Riau, pihaknya mengambil langkah-langkah memperketat masuknya lalulintas ternak itu ke Kepri.

"Dengan catatan tentunya kita minta bantuan pihak karantina. Karena kita mempersyaratkan sapi yang dari daerah asal wajib bebas dari penyakit ini salah satunya dengan pengecekan di laboratorium. Itu salah satu upaya kita kalau kita menutup keseluruhan mungkin tidak. Kepri sampai saat ini masih bebas dari penyakit itu," tutupnya.

Editor: Yudha