Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penyelundupan TKI Jadi Bisnis Menjanjikan Pengusaha Abu-abu
Oleh : Romi Chandra
Senin | 18-03-2019 | 08:16 WIB
tki-peluk-anak.jpg Honda-Batam
Seorang TKI yang tengah memeluk bayinya usai diamankan Polisi di pelabuhan tikus, Tanjungsengkuang, Kota Batam. (Foto: Romi Chandra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Para pelaku penyelundupan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal benar-benar mengambil keuntungan di atas penderitaan orang lain. Penyelundupan manusia ini menjadi bisnis yang menjanjikan bagi mereka.

Tidak tanggung-tanggung, untuk biaya transportasi dari Malaysia ke Batam saja, para TKI tersebut harus merogoh kantong sekitar 1.000 Ringgit Malaysia. Uang itu, diberikan saat ingin menaiki kapal di Malaysia.

Tidak hanya itu, saat di atas kapal, nahkoda kapal kembali meminta uang para TKI tersebut mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 800 ribu.

Meski demikian, bukanlah pelayanan baik yang didapat. Melainkan, mereka harus turut ke laut dan berenang menuju kapal. Tidak ada pengecualian, anak-anak juga harus ikut terendam dan kedinginan di atas kapal.

Seperti yang diakui Marcel Nahak (43), dia harus merogoh kantong cukup banyak. Apalagi, dia juga bersama anaknya yang masih berusia 4 tahun.

Ditemui di pelabuhan tikus milik HP di Tanjungsengkuang usai penangkapan, Marcel bersama anaknya tampak kedinginan karena pakaian yang dikenakan basah.

Meski memiliki pakaian ganti di dalam koper yang dibawa, semuanya juga basah karena terendam air laut saat ingin menaiki kapal di Malaysia.

"Waktu berangkat dari Malaysia, kami harus masuk ke dalam laut dulu, karena kapal tidak berlabuh sampai ke pinggir. Mereka menunggu di tengah laut," kenangnya.

"Saya harus menggendong anak dan koper, tetapi tetap terendam. Saya pulang kampung ingin menyekolahkan anak. Istri saya masih tinggal di Malaysia," jelasnya.

Diakui, untuk bisa sampai di Batam, dia harus mengeluarkan biaya 1.000 Ringgit Malaysia. Kemudian di atas kapal kembali diminta uang.

"Pas mau berangkat kami bayar, di atas kapal kami juga bayar. Mau gimana lagi, kalau tidak begini, kami tidak bisa pulang. Apalagi paspor saya sudah mati," lanjutnya.

Hal senada juga dikatakan Ruby, perempuan asal Palembang yang pulang bersama anaknya berusia 7 bulan. Selain membayar saat hendak berangkat, di atas kapal dia juga harus membayar Rp 800 ribu.

"Anak saya juga basah karena kami harus masuk laut. Kalau dibilang sengsara, memang sengsara. Tetapi itu jadi satu-satunya pilihan agar kami bisa pilanh," akunya.

Saat beberapa orang diamankan Satreskrim Polresta Barelang yang bekerjasama dengan Tim Penindakan Imigrasi Batam, para TKI itu turut berteriak agar mereka (pebisnis TKI) dihukum berat.

"Karena mereka kami harus begini uang kami diambil banyak, padahal kami susah payah bekerja di sana. Hukum saja pak," teriak salah satu TKI.

Sementara Kasat Reskrim Polresta Barelang, AKP Andri Kurniawan, sebelumnya juga menyebutkan, pihaknya masih mendalami kasus tersebut. Meski ada beberapa orang yang diamankan, tetapi masih dalam pemeriksaan.

"Kita sudah mengamankan ratusan TKI yang baru datang dari Malaysia melalui pelabuhan tikus. Sekarangk kita masih dalami," pungkasnya.

Editor: Gokli