Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Perempuan-perempuan Pelindung Tequila
Oleh : Redaksi
Sabtu | 09-03-2019 | 12:16 WIB
tequila.jpg Honda-Batam

PKP Developer

ilustrasi tequila (Foto: REUTERS/Carlos Jasso).

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Tequila, minuman beralkohol dari Meksiko ini tentu tak asing lagi. Citranya sebagai minuman beralkohol membuatnya kerap disandingkan dengan dunia kaum adam. Namun demikian, tequila tak akan ada tanpa campur tangan kaum hawa.

Tequila lahir di kota Jalisco, barat Meksiko. Tanah pegunungan vulkanis cocok bagi pertumbuhan tanaman agave, bahan utama minuman ini. Bahkan UNESCO menetapkan wilayah ini sebagai situs warisan dunia.

Demi melindungi kualitas tequila, undang-undang Meksiko menegaskan tequila hanya bisa dibuat di Jalisco dan daerah Guanajuato, Michoacan, Nayarit dan Tamaulipas.

Sebenarnya tak ada yang tahu persis kapan perempuan pertama kali menjadi bagian penting dalam penanaman agave. Namun diyakini saat petani laki-laki makan siang di bawah pohon parota, istri mereka ganti mengambil peran.

Tak bisa diremehkan sebab para wanita begitu terampil menyortir dan merawat tanaman muda. Ada yang menyebut wanita mulai turun ke ladang sejak abad 16.

Perjalanan dari tanaman agave menjadi tequila cukup panjang. Terdapat beberapa jenis tanaman agave, tetapi yang asli dari sana ialah Agave Azui Tequilana Weber atau agave biru.

Para perempuan harus melindungi wajah dari terik panas matahari. Mereka menanam biji agave yang disebut 'hijuelos' atau dalam bahasa setempat artinya 'anak kecil'.

Pada Februari hingga Juli, mulai tumbuh tunas agave. Tunas-tunas ini kemudian dipindahkan untuk perawatan lebih lanjut hingga siap untuk ditanam di ladang.

Dari agave dewasa, akan tumbuh pina (nanas) yang siap panen. Pina pun mengalami proses destilasi yakni pina dipanggang hingga mengeluarkan gula dan sari buah.

Seperti minuman beralkohol lain, tequila pun punya 'master of tequila' yang bertugas menyicip tequila dan memilah mana yang sesuai standart dan tidak.

"Ada banyak laki-laki tapi tak lebih dari 10 perempuan yang tersertifikasi sebagai 'master of tequila' di Jalisco," ujar Sonia Espinola, satu dari beberapa master of tequila dikutip dari CNN (7/3).

Ia mampu mencapai gelar ini berkat pengalamannya di industri tequila. Espinola pun mengambil kuliah penuh di universitas ternama. Kini dia bertanggungjawab akan kualitas dan rasa tequila serta kerap memberikan seminar.

Tequila untuk kesejahteraan perempuan Meksiko

Pembuatan tequila hanya memanfaatkan pina atau nanas dari tanaman agave. Sisa serat atau ampas jadi tak terpakai. Sebuah organinsasi non-profit Foundacion Beckmann menemukan cara untuk pemanfaatan tanaman dan menawarkan perempuan lokal untuk berkreasi.

Selanjutnya muncul inisiatif untuk membuat workshop kewirausahaan tentang bagaimana memanfaatkan ampas agave dan mendaur ulang botol tequila.

"Para perempuan tak hanya belajar membuat produk tetapi juga bagaimana menjual, mengatur bisnis, membuat rencana bisnis, logo dan banyak lagi," kata Espinola.

Melihat ambisi para perempuan Tequila ini, banyak hotel mendukung termasuk Hotel Solar de las Animas dan Hotel Villa Tequila yang menyediakan buku catatan dan jurnal dari kertas agave sebagai komitmen untuk mendukung produk lokal.

"Ketika puteri daya yang berusia 10 tahun membutuhkan kacamata, saya memintanya untuk membantu membuat kertas agave sehingga dia bisa mendapatkan uang tambahan. Saya merasa berguna, dan proses kreatifnya cukup membuat rileks," ujar Sandra Elizabeth Serna Caballero, salah satu perempuan yang turut mengikuti program.

Sedangkan Carolina Garcia Torres, ibu dari enam anak menghadapi trauma psikologis saat hamil kembar tiga. Ia pun memikirkan masa depan finansial keluarganya.

"Saya khawatir bagaimana suami saya, yang bekerja di penyulingan tequila, akan mendukung (keuangan) keluarga kami," kata dia.

Ia pun menemukan 'pencerahan' dengan mengikuti workshop pembuatan kaca. Torres belajar memotong kaca dari botol tequila dan gelas wine untuk membuat hiasan dekoratif seperti vas dan sendok.

Setiap hari ada pasar terbuka di mana perempuan-perempuan lokal menjual tas buatan tangan, losion, kertas, perhiasan, dan dekorasi. Pengunjung maupun wisatawan bisa memperoleh cenderamata khas kota Tequila.

Dengan begini, kunjungan ke Jalisco tak melulu soal tequila tetapi juga bagaimana kultur, tradisi dan penduduk yang terus menghidupi wilayah mereka. Bagaimanapun hampir seluruh tequila di dunia berasal dari sana. Tanpa perempuan, jelas tak akan ada tequila.

Sumber: www.cnnindonesia.com
Editor: Chandra