Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Media Harus Audit Lembaga Survei yang Meleset
Oleh : Redaksi
Rabu | 06-03-2019 | 19:52 WIB
rizal-ramli5.jpg Honda-Batam
Rizal Ramli. (Foto; Ist)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kehadiran lembaga survei di setiap gelaran pemilu selalu menuai pro dan kontra. Sebab, terkadang hasil yang dirilis lembaga survei tersebut dikeluarkan untuk menggiring opini publik memilih calon tertentu. Terlebih lagi, kritik terhadap lembaga survei terbilang lemah.

Tokoh nasional DR Rizal Ramli menjelaskan bahwa selama ini tidak ada yang pernah membicarakan hasil jajak pendapat lembaga survei yang meleset.

"Tidak ada seorangpun yang berbicara tentang bagaimana jajak pendapat yang tidak akurat dalam pemilihan sebelumnya," terang pria yang akrab disapa RR itu dalam akun Twitter @RamliRizal sesaat lalu, Rabu (6/3/2019).

Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu menilai seharusnya media bertanggung jawab dengan melakukan audit terhadap lembaga survei yang hasilnya meleset. Sehingga, lembaga survei menjadi kredibel dan tidak menjadi alat untuk menggiring opini.

"Mungkin lebih mengganggu, ada bukti yang berkembang bahwa jajak pendapat juga dapat digunakan untuk membentuk opini publik," sambil mengicau ulang artikel berjudul 'Riding the Bandwagon Effect' yang ditulis di psikolog Romeo Vitteli.

Dalam artikel yang dunggah di laman Psychology Today, Vitteli menjabarkan mengenai kehadiran lembaga survei di tiap pemilu.

Dia pun mengambil contoh survei Gallup yang meramalkan kekalahan Harry S Truman di Pilpres AS tahun 1948. Hasil survei itu meleset.

"Yang memalukan, beberapa surat kabar mengandalkan hasil jajak pendapat untuk mencetak tajuk 'Dewey Defeats Truman' di surat kabar mereka untuk pagi hari setelah pemilihan, makalah ini akhirnya menjadi barang koleksi," tegasnya.

Vitteli menilai seiring berkembangnya waktu, jajak pendapat berubah menjadi alat untuk membentuk opini publik. Tujuannya untuk menimbulkan efek ikut-ikutan di tengah masyarakat.

Diuraikannya, jika kandidat dinyatakan menang dalam jajak pendapat sebuah lembaga survei, maka besar kemungkinan hasil itu akan dijadikan acuan.

"Ini berarti bahwa jajak pendapat dapat memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada yang disadari kebanyakan orang. Calon pemilih yang melihat calon pilihan mereka akan kalah mungkin (akan) dihalangi untuk memilih karena merasa bahwa suara mereka tidak akan menjadi masalah," tegasnya.

Menurutnya, ada yang dikenal sebagai efek ikut-ikutan. Para peneliti telah lama mengidentifikasi dampak konformitas sosial dalam membentuk cara orang berpikir dan bertindak. Efek ikut-ikutan ini juga dapat mempengaruhi bagaimana orang akan cenderung memilih pada isu-isu penting.

"Banyak pemilih sering memilih untuk tidak membuat pilihan berdasarkan informasi sebelum memilih dan hanya memilih untuk meniru perilaku pemilih lainnya," demikian Vitteli.

Sumber: RMOL
Editor: Dardani