Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pushidrosal Teliti Perubahan Kontur Kedalaman dan Geomorfologi Gunung Anak Krakatau
Oleh : Redaksi
Rabu | 06-03-2019 | 16:28 WIB
kapus-krakatau1.jpg Honda-Batam
Kapushidrosal Laksda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos.,S.H., M.H. di Gunung Anak Krakatau dengan latar belakang KRI Spica-934. (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) melakukan penelitian geomorfologi Gunung Anak Krakatau dan perairan di sekitarnya.

Riset ini bertujuan untuk meneliti sejauh mana perubahan kontur kedalaman perairan dan morfologi bentuk Gunung Anak Krakatau usai erupsi yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Penelitian Geomorfologi yang dilakukan KRI Spica-934 ini ditinjau langsung oleh Kapushidrosal Laksda TNI Harjo Susmoro yang didampingi oleh Direktur Operasi Survei dan Pemetaan (Diropssurta) Pushidrosal Kolonel Laut (KH) Haris Djoko Nugroho dan Kadishidro Pushidrosal, Letkol Laut (P) Oke Dwiyana P, Selasa (5/3/2019).

Pada kesempatan itu, Kapushidrosal melihat lebih dekat kondisi Gunung Anak Krakatau dengan meninjau langsung tepi kawah gunung tersebut. peninjauan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar perubahan peningkatan lapisan daratan akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

Kapushidrosal langsung melaksanakan kegiatan pengukuran garis pantai di dekat kaldera Gunung, juga perubahan kedalaman di perairan gunung Anak Krakatau.

Saat ini Gunung Anak Krakatau dinyatakan masih berstatus siaga dan tercatat sering menimbulkan gempa tremor dengan skala kecil.

Menurut Kapushidrosal, perairan di sekitar Gunung Anak Krakatau ini memiliki suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perairan di Selat Sunda pada umumnya. Suhu air laut tersebut naik secara signifikan di perairan yang bersinggungan langsung dengan kaldera Gunung Anak Krakatau.

Hal ini dikarenakan adanya percampuran belerang dan uap panas yang keluar secara terus menerus dari kaldera Gunung Anak Krakatau. Secara kasat mata, unsur belerang mengakibatkan perubahan warna air laut menjadi coklat pekat.

"Selain penelitian di gunung Anak Krakatau, Tim survei Pushidrosal juga melaksanakan kegiatan survei di perairan lokasi Megatras serta survei hidro oseanografi maupun penelitian di P. Sebuku," ujar Kapushidrosal melalui release yang diterima BATAMTODAY.COM.

Kegiatan penelitian yang dilakukan KRI Spica dibawah komandan Letkol Laut (P) Hengky Iriawan ini, menunjukkan bahwa Pushidrosal tidak hanya bertugas menjamin keselamatan bernavigasi di wilayah perairan Indonesia melalui peta laut dan publikasi - publikasi lainnya. Namun juga mendukung kebijakan pemerintah dan berperan aktif dalam kegiatan penelitian erupsi gunung berapi dan penyebab utama Tsunami Gunung Krakatau yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu serta perubahan-perubahan fitur-fitur morfologi di lingkungan sekitar serta bawah perairan.

Dari data hasil Operasi Survei dan Pemetaan ini akan diperoleh gambaran terkini area di sekitaran perairan Gunung Krakatau di atas dan di bawah air. Data batimetri yang dihasilkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pemasangan alat Early Warning System tsunami di Selat Sunda.

Selain itu dapat digunakan sebagai masukan dan bahan analisa lebih lanjut bagi para peneliti, akademisi serta pengambil keputusan yang berwenang dalam hal penyebab terjadinya Tsunami serta perencanaan mitigasi bencana di perairan Selat Sunda dan sekitarnya.

Editor: Yudha