Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

DPR Dukung Pacific Exposition Gagasan Dubes Tantowi Yahya
Oleh : Irawan
Kamis | 28-02-2019 | 12:16 WIB
fahri_new_zealnd.jpg Honda-Batam
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah bertemu dengan Sir Ron Young, mantan Hakim Agung yang saat ini memimpin Parole Board saat berkunjung ke New Zaelland

BATAMTODAY.COM, Wellington - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mendukung inisiatif Kedubes RI untuk Selandia Baru, Australia, Samoa dan Tonga untuk menyelenggarakan kegiatan perdana Pacific Exposition pertengahan 2019.

Fahri Hamzah menyatakan bahwa Pasifik harus mengenal Indonesia sebagai bagian dari mereka.

"Wilayah timur Indonesia adalah jelas Pasifik. Itu kawasan maritim dan Indonesia adalah pemain utama. Gagasan Dubes harus didukung penuh," kata Fahri, Rabu (27/2/2019) dalam keterangannya.

Dalam kesempatan itu Duta Besar Indonesia Tantowi Yahya menyampaikan maksud Indonesia adalah hadir sebagai saudara untuk sekitar 18 negara di kawasan Pasifik.

"Kami akan mengadakan ekspo perdagangan selama tiga hari di Auckland, kita ajak negara-negara seperti Fiji, Samoa, Tonga dan lainnya membuka mata untuk peluang kerjasama perdagangan dan ekonomi di Indonesia," jelas Tantowi selepas pertemuan dengan delegasi DPR.

Delegasi DPR tiba di Wellington, Selandia Baru untuk muhibah selama 3 hari. Agenda utamanya adalah memberikan dukungan Pacific Exposition yang digagas Indonesia, melakukan pertemuan dengan Menteri Kehakiman Andrew Little dan pertemuan dengan Sekretariat Jendral Parlemen Selandia Baru.

Selain itu bersama delegasi DPR Nasir Djamil (FPKS), Marwan Cik Hasan (FPD), Nihayatul Wafiroh (FPKB) didampingi staff KBRI dan tenaga ahli, Fahri Hamzah bertemu dengan Sir Ron Young, mantan Hakim Agung yang saat ini memimpin Parole Board, sebuah lembaga independen yang bertugas memberikan pembebasan bersyarat untuk pelanggar hukum di New Zealand.

Pimpin tim implementasi
Pada kesempatan itu, Wakil Ketua DPR RI yang juga Pimpinan Tim Implementasi Reformasi DPR RI, Fahri Hamzah mengatakan, suatu bangsa yang demokrasinya semakin stabil biasanya ditandai dengan semakin solidnya sistem parlemen. Negara-negara yang umurnya ratusan tahun itu, biasanya parlemennya semakin stabil.

"Di New Zealand, meski pun negara kecil dengan penduduk sekitar lima jutaan, tapi anggota parlemennya cukup banyak sekitar 120 orang dan itu representatif sekali," kata Fahri.

Itu sebabnya, menurut Fahri, perlu dipikirkan satu representasi yang lebih besar bagi rakyat Indonesia yang jumlahnya 270-an juta, tetapi anggota parlemennya hanya 560 orang.

"Kalau 560 itu kan kira-kira kalau kita bandingkan dengan yang di sini (Australia), hanya bisa mewakili empat kali penduduk New Zealand. Itu adalah representasi sementara kita," ujarnya.

Namun yang terpenting, lanjut Fahri, adalah bagaimana mekanisme di dalam parlemen yang dibangun, seperti sistem, sekretariat jenderalnya, dan sistem keanggotaan yang lebih memungkinkan para anggotanya itu berpartisipasi secara maksimal.

Termasuk juga sistem pendukungya, baik itu secara intelektual maupn sistem pendukung kesekretariatan jenderal itu perlu terus menerus dibangun.

"Saya sebagai pimpinan tim implementasi reformasi DPR RI, sudah mengusulkan blue print dan sekarang kita akan mengusulkan tujuh masukan menjelang akhir masa jabat DPR preiode ini," cetus politisi dari PKS itu.

Dan apabila ini bisa diimplementasikan, Fahri meyakini akan lahir parlemen dan sistem perwakilan yang lebih modern di Indonesia. Selain tentunya bisa dilihat, space yang ada itu terlalu kecil.

"Tetapi itu sekali lagi, subjek keberanian dari keberanian pemerintah untuk investasi dalam pembangunan. Nah ini hal-hal yang nanti secara akumulatif kita akan jadikan bahan perbandingan dan pertimbangan bagi pembangunan parlemen modern Indonesia," pungkas Fahri Hamzah.

Editor: Surya