Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Abdullah Nekat Hentikan Bus Berisi TKI Karena Keterlibatan Anggota Keluarga
Oleh : Nando Sirait
Rabu | 09-01-2019 | 16:29 WIB
korban-tki1.jpg Honda-Batam
Abdullah (43) warga Kavling Sambau, Kecamatan Nongsa, Batam. (Foto: Nando)

BATAMTODAY.COM, Batam - Abdullah (43), warga Kavling Sambau, Kecamatan Nongsa, Batam, mengakui nekat melakukan mengadang rombangan tenaga kerja ilegal (TKI) di kawasan tempat tinggalnya, karena gerah dengan adanya salah satu anggota keluarganya yang juga terlibat dalam kegiatan ilegal tersebut.

Kepada BATAMTODAY.COM, Abdullah mengakui bahwa anggota keluarganya tersebut merupakan adik iparnya berinisial SGY, yang sudah sebulan belakangan menjadi bagian dari kelompok yang kerap membawa para TKI ilegal masuk dan keluar dari kawasan Kavling Sambau.

"Saya bahkan sudah lihat sendiri keberadaan ipar saya itu, di lokasi kedatangan para TKI ilegal itu. Pada malam kejadian, saya lihat dia dan teman-temannya sedang mengkoordinasikan sekitar 50-60 orang TKI ilegal. Yang saya duga datang dari Malaysia, atau mungkin mereka akan pulang," ujarnya, Rabu (9/1/2019).

Abdullah juga mengakui, adanya tindakan para pelaku ini juga sudah diketahui oleh beberapa warga lainnya. Namun warga juga ketakutan untuk menghentikan kegiatan tersebut, dikarenakan adanya dugaan pembekingan yang dilakukan oleh oknum aparat.

Kembali ke malam penganiayaan, yang terjadi pada Selasa (8/1/2019) dini hari, sekitar pukul 00.00 WIB. Pria bertubuh kurus ini mengakui bahwa tindakan nekat itu dilakukannya, setelah ia sendiri memergoki iparnya. Tanpa pikir panjang, Abdullah yang baru saja pulang dengan istrinya dari kawasan Nagoya langsung saja mendatangi lokasi tersebut. Dan menabrak satu unit bus, dengan mobil yang dikendarainya.

Kepada tim liputan, Abdullah juga mengakui bahwa lokasi pengangkutan TKI ilegal tersebut juga merupakan satu-satunya akses jalan yang harus dilaluinya untuk pulang ke kediamannya. Dimana pada dini hari itu ia melihat adanya 4-5 mobil termaksud satu unit bus yang akan digunakan untuk mengangkut para TKI tersebut.

"Itu memang spontan saya lakukan, karena saya lihat keberadaan ipar saya itu di sana. Sebelumnya saya dan warga lainnya juga sudah merasa resah dengan kegiatan ini. Dan saya memang pada malam itu sudah emosi sekali dengan ipar saya itu, karena sudah dari kemarin saya minta agar dia berhenti bermain TKI. Dan memang bus yang saya tabrak itu, dalam keadaan berhenti. Kontan hal itu membuat terkejut mereka yang berada di lokasi itu," ungkapnya.

Setelah melakukan tindakannya tersebut, Abdullah juga mengakui bahwa iparnya berinisial SGY tersebut merupakan orang pertama yang mendatangi dirinya, dan berusaha menyeretnya sejauh 30 meter dari lokasi mobil yang ia kendarai.

Setelah menjauh, Abdullah mengakui bahwa ada dua orang lainnya yang diduga oknum aparat langsung melakukan penganiayaan terhadap dirinya. Tidak hanya dipukul dan ditendang, Abdullah juga mengaku bahwa dipukul menggunakan benda tumpul di bagian telinga sebelah kiri hingga mengeluarkan darah. Bahkan ia mengaku sempat mendengar adanya suara tembakan, sebelum istrinya Siti (42) berusaha menyelamatkannya.

"Karena saya tahu satu dari pelaku yang melakukan pemukulan pada Selasa dini hari lalu, sering duduk di tempat ipar saya itu. Dan beberapa anggota keluarga yang ada di sana, juga sering menyebut bahwa dia adalah aparat," lanjutnya.

Abdullah mengaku para pelaku akhirnya menghentikan tindakan penganiayaan setelah tangisan istrinya yang semakin menjadi-jadi melihat kondisinya yang sudah mengeluarkan darah, tidak hanya dari telinga, tetapi juga dari mulut dan mata.

Setelah ditinggalkan para pelaku dan iparnya tersebut, Abdullah mengaku langsung dibawa oleh istrinya menuju Rumah Sakit Elisabeth Batam Center untuk mendapatkan pengobatan. Bahkan setelah peristiwa tersebut dialaminya, ia juga mengaku ada oknum aparat yang mengunjungi dirinya ke rumah sakit dan meminta untuk memfoto KTP miliknya.

"Namun saya mengatakan tidak kepada mereka, karena saya akan melaporkan tindakan tersebut secara pribadi ke pihak kepolisian," ucapnya.

Namun saat akan membuat laporan ke Polda Kepri, Selasa (8/1/2019) sore, Abdullah mengaku, anggota SPK Ppolda Kepri meminta dirinya untuk membuat laporan di Polsek Nongsa terlebih dahulu.

"Saya ini orang awam, saya tidak sepenuhnya mengerti bagaimana prosedurnya. Karena saya merasa dianiaya oleh oknum aparat, saya inisiatif langsung datang ke Polda untuk buat laporan. Saya juga akui saya belum ke Polsek Nongsa untuk melanjutkan laporan ini, karena kondisi saya saat ini. Rencananya sore ini, saya mau ke sana," kata Abdullah.

Editor: Yudha