Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kesabaran Intan, Teduhkan Hati Siswa Berkebutuhan Khusus
Oleh : Hendra
Selasa | 27-11-2018 | 11:16 WIB
guru-intan.JPG Honda-Batam
Ibu Intan bersama peserta didik di ruangan terapi pra-akademik. (Foto: Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Hari Guru Nasional tahun ini jatuh pada Minggu, 25 November 2018. Peringatan hari guru ini setiap tahun bertepatan dengan tanggal berdirinya organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang resmi berdiri pada 25 November 1945 saat kongres guru Indonesia di Surakarta.

Dalam rangka hari guru tahun ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Muhadjir Effendy menetapkan tema peringatan hari guru dengan judul "Meningkatkan Profesionalisme Guru Menuju Pendidikan Abad XXI."

Senada dengan tema tersebut, kita memahami bahwa tugas guru adalah tugas yang mulia, menuntut profesionalitas demi mencerdaskan segenap warga negara Indonesia.

Hal ini jugalah yang menjadi pedoman Intan, seorang guru sekaligus terapis pra-akademik pada Pusat Layanan Autis (PLA) yang berada di kawasan Legenda, Baloi Permai.

Setiap hari Intan harus berhadapan dengan siswa-siswanya yang memiliki latar belakang berkebutuhan khusus, autis.

Dalam bidang pekerjaannya ini, sudah tentu Intan juga memiliki job description berbeda dengan guru pada umumnya. Intin dituntut untuk harus memiliki kesabaran dan juga ketegasan dalam memahami dan membuat siswanya paham akan apa yang akan diajarkan.

Dan hal ini tidak hanya dialami oleh Intan sendiri. Karena di dalam PLA itu sendiri terdapat 11 orang guru-guru luar biasa dengan hati yang sungguh mulia. Dengan kebesaran hati, mereka berani mengambil amanah besar yang tak semua orang mau melakukan.

"Total kita memiliki 11 orang guru terapis di PLA ini," ujar Kepala Layanan Autis Batam, Riniatun, S.Pd.

Walaupun tak banyak orang yang memuji para guru untuk anak autis tersebut, mereka tetap bekerja setulus hati dengan gaji yang kabarnya berada di bawah UMK. Mereka ajarkan ketulusan kepada peserta didiknya tentang cara menjalani kehidupan yang tak banyak berpihak ini.

Intan mengatakan bahwa sedari awal dia memang telah bertekat untuk mengabdi menjadi guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut, sehingga saat kuliah dia memilih untuk mengambil jurusan pendidika guru luar biasa.

"Saya kuliah dulu memang jurusan pendidikan luar biasa. Kalau ngga salah dulu semester genap sudah turun magang kelapangan untuk langsung menangani anak berkebutuhan khusus," ujar wanita berjilbab tersebut sembari sesakali tetap memperhatikan anak didiknya.

Bagi Intan, mendidik anak berkebutuhan khusus memiliki kesenangan tersendiri, melatih kesabarannya dan sekaligus juga ketegasannya dalam menyikapi segala tingkah laku anak didiknya itu. "Misalnya ketika si anak sedang trantum kita harus sabar mendampingi dan tegas juga," ujar Intan.

Jadi, inilah bukti profesionalitas para guru-guru anak autis. Di kala anak-anak berkebutuhan khusus itu sering mendapat penolakan dari masyarakat dan lingkunganya. Mereka malah menjadi pencerah, konsultan dan pembimbing untuk masyarakat dan keluarga anak didiknya. Menjadi orang yang paling yakin, saat orang lain meragukannya.

Editor: Dardani