Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemerintah Bangun Barak-Barak Pengungsi Gempa dan Tsunami Sulawesi Tengah
Oleh : Nando Sirait
Sabtu | 20-10-2018 | 14:16 WIB
mensos-batam12.jpg Honda-Batam
Menteri Sosial RI Agus Gumiwang menyerahkan bantuan kepada 350 warga Batam beberapa waktu lalu. (Foto: Dok Batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Batam - Pemerintah sedikitnya sudah menyiapkan 1.200 barak sebagai hunian sementara bagi korban bencana gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah.

Ini merupakan kebijakan lanjutan atas penanganan korban bencana di sana, sembari menunggu waktu pengungsi bisa membangun hunian tetapnya, pasca terjadi gempa dan tsunami.

Menteri Sosial RI, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, dalam satu barak itu bisa menampung hingga 60 orang. Dengan taksiran satu barak menampung 12 kepala keluarga dan setiap KK terdiri dari 5 orang.

"Nanti di barak itu kita siapkan MCK (mandi, cuci, kakus), dapur dan ruang bersama," ujarnya, Jumat (19/10/2018) usai menghadiri kegiatan di Harmoni One Hotel.

Dari kumpulan barak-barak tersebut Pemerintah juga akan menyiapkan sekolah sementara bagi anak-anak usia sekolah yang menjadi korban bencana. Termasuk menyiapkan layanan rumah sakit sementara.

Sedangkan untuk pembangunan rumah tetap masyarakat, pemerintah juga akan memberikan bantuan. Saat ini kata Agus, pemerintah masih menghitung nilai bantuan yang akan diberikan kepada masyarakat untuk membangun hunian tetap mereka. Targetnya, para pengungsi bisa kembali ke daerahnya dan membangun kembali rumah tetap mereka dalam waktu 2 tahun.

Ia melanjutkan, penanganan bencana yang dilakukan pemerintah kepada korban di Palu, memang agak berbeda dengan penanganan bencana untuk Lombok, Nusa Tenggara Timur. Hal itu karena melihat jenis bencananya yang berbeda. Untuk Palu, ada kebijakan relokasi masyarakat ke daerah lain.

"Yang jadi masalah jenis bencananya berbeda. Di Palu, ada likuifaksi, mohon maaf ada daerah-daerah yang sudah hilang dimakan bumi. Bisa sampai satu RW," lanjutnya.

Karena itu, masyarakat tak bisa membangun hunian tetapnya di daerah-daerah itu lagi. Lantaran rawan terjadi likuifaksi dan sangat berbahaya.

Lebih lanjut, Agus mengatakan, untuk penanganan bencana di Palu, mendapat respon positif dari dunia internasional. Bantuan yang datang tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari NGO, dan lainnya.

Dalam waktu kurang dari 2 minggu, semua sistem dalam pengolahan bencana di sana bisa berjalan intensif. Pemerintah selain fokus pada tanggap darurat, juga secara bersamaan membuat program untuk menghidupkan kembali perekonomian di Sulawesi Tengah. Itu menjadi prioritas.

Editor: Yudha