Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bulan Oktober 2018, Kota Tanjungpinang Alami Deflasi 0,13 Persen
Oleh : Charles Sitompul
Jum\'at | 19-10-2018 | 14:28 WIB
syahrul15.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Wali Kota Tanjungpinang, Syahrul. (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Tanjungpinang mengatakan, Inflasi Kota Tanjungpinang pada Oktober 2018 tergolong atabil dan terkendali.

"Pada bulan Oktober ini, Kota Tanjungpinang mengalami deflasi 0,13 persen. Sedangkan Batam mengalami deflasi sebesar 0,09 persen dan nasional sebesar 0,18 persen," kata Sekdako Tanjungpinang, Riono dalam rapat rutin bulanan TPID Kota Tanjungpinang, Kamis (18/10/2018).

Meskipun begitu, menurut data dari BPS perkembangan inflasi tahun kalender di Kota Tanjungpinang selama 9 bulan terakhir tahun 2018 terus berada di bawah tingkat inflasi Nasional dan Batam.

"Hal ini menunjukan bahwa indikasi tingkat inflasi di Kota Tanjungpinang relatif cukup terkendali dengan rata-rata inflasi sebesar 0,18 persen perbulan," ujarnya.

Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepri pada Oktober diperkirakan akan mengalami inflasi sebesar 0,51 persen (mtm) atau 3,11 persen (yoy). IHK Tanjungpinang pada September diperkirakan juga akan mengalami inflasi sebesar 0,35 persen (mtm) atau 2,57 persen (yoy). Sedangkan IHK Batam diperkirakan mengalami inflasi sebesar 0,54 persen (mtm) atau inflasi 3,17 persen (yoy).

"Secara triwulanan, komoditas utama penyumbang inflasi di Kepri adalah cabai merah, sedangkan komoditas utama penyumbang deflasi adalah bawang putih," sebutnya merujuk data BPS Provinsi Kepri.

BPS juga menjelaskan beberapa faktor pendorong terjadinya inflasi pada bulan Oktober 2018 seperti curah hujan dan gelombang tinggi dapat memicu kelangkaan ikan segar serta menghambat jalur distribusi bahan makanan seperti cabai merah yang pola historisnya menunjukkan peningkatan inflasi sampai akhir tahun, serta dapat juga berdampak pada produksi sayuran.

Potensi kenaikan harga cabai merah karena penurunan pasokan seiring berakhirnya masa panen dimana berdasarkan pola historis inflasi komoditas menunjukkan tren meningkat pada September hingga akhir tahun serta mulai meningkatnya harga cabai merah di salah satu sentra pemasok Kepri yaitu Sumatera Barat.

Wacana kenaikan tarif batas bawah angkutan udara oleh Pemerintah yang dapat memicu inflasi angkutan udara dan nilai tukar rupiah yang tertekan karena kondisi eksternal berpotensi memicu imported inflation.

Walikota Tanjungpinang Syahrul selaku pemimpin rapat mengatakan bahwa inflasi adalah sesuatu yang perlu kita kendalikan. Dan jika inflasi terlalu tinggi, maka daya beli masyarakat akan turun.

"Begitu pula sebaliknya, jika terlalu rendah, maka pedagang akan merugi. Oleh karena itu inflasi ini harus tetap dijaga, hingga stabil," ungkapnya.

Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa kunci dari kenaikan harga untuk Kota Tanjungpinang adalah ketersediaan stok. Jika stoknya cukup, maka harga di pasaran tidak akan ada gejolak.

Oleh karena itu, Syahrul meminta untuk rapat selanjutnya agar dapat mengundang para distributor untuk melihat kondisi stok bahan pokok yang ada pada distributor.

Dalam rapat tersebut turut hadir Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Hj.Rahma, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kepri, Gusti Raizal Eka Putra, beberapa mitra pengendali inflasi Kota Tanjungpinang seperti Bulog, BPS, BMKG, BUMD, Bea Cukai, Karantina Hewan, Dinas P3 Kota Tanjungpinang, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Sosial dan Bagian Ekonomi Setdako Tanjungpinang.

Editor: Yudha