Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Banyak Aturan yang Tumpang Tindih

FTZ Batam Kalah Bersaing dari Malaysia, Vietnam dan Singapura
Oleh : surya
Kamis | 09-02-2012 | 15:15 WIB

JAKARTA, batamtoday-Badan Pengusahaan (BP) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam menilai stagnannya pelaksanaan free trade zone (FTZ) di Batam, selain kurang mendapat dukungan pemerintah, juga adanya ancaman perkembangan ekonomi tiga negara ASEAN, yakni Malaysia, Vietnam dan Singapura.

Demikian Analisa Swot Batam yang disampaikan Kepala BP Batam Mustafa Widjaya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR yang membidangi industri dan perdagangan di Jakarta, kemarin.

"Batam memiliki peluang untuk berkembang dengan menangkap peluang dari Singapura, meningkatnya persepsi sebagai daerah tujuan investasi yang menarik, serta keikutsertaan dalam perdagangan bebas dan regional," kata Mustafa.

Namun, kelemahan dari pelaksanaan FTZ Batam adalah produktivitas rendah dan cenderung menurun, ekonomi yang tidak terdiversivikasi dan kurangnya investor besar. Di samping itu, investor menilai banyaknya peraturan yang tumpang tindih antara kebijakan nasional dan daerah, selain masalah keterbatasan ketersediaan tanah.

"Kelemahan lainnya, rendahnya pembentukan perusahaan baru dan kurangnya inovasi serta kurangnya tenaga kerja yang terampil," katanya.

Perkembangan ekonomi di tiga negara di ASEAN, dan ketidakpastian ekonomi dunia juga menjadi faktor ancaman bagi pelaksanaan FTZ Batam. Malaysia, misalnya, juga mengembangkan kawasan sejenis seperti Kawasan Iskandar Johor. Sedangkan Vietnam, ekonominya terus mengalami peningkatan yang signifikan, sementara Indonesia dan Batam masih banyak bergantung ke Singapura.

"Tetapi Batam masih memiliki kekuatan, lokasi geografis yang strategis, memiliki hubungan komplimenter dengan Singapura, ketersediaan infrastruktur dan tenaga kerja, serta status FTZ ditetapkan dengan UU," katanya.

Karena itu, faktor penentu keberhasilan pelaksanaan FTZ Batam adalah perlunya kerjasama secara menyeluruh di antara lembaga-lembaga pemerintah dalam menciptakan iklim yang pro bisnis, serta promosi secara aktif yang terfokus sebagai lokasi tujuan investasi.

Sedangkan inddustri yang direkomendasikan di FTZ Batam difokuskan pada diversifikasi industri-industri yang ada menjadi industri baru atau industri yang berkembang seperti informasidan komunikasi, green industry, jasa penunjang (outsourcing). Sementara untuk melengkapi dan memajukan industri yang telah ada seperti elektronika dan elektrik, pariwisata, galangan kapal, pengilangan dan penyimpanan minyak dan gas perlu dibangun gateway diantara pusat produksi dan pusat kebutuhan (logistik hubungan/transhipment).

Dengan adanya fokus tersebut diharapkan target pertumbuhan PDB Batam meningkat 2 kali pada 2020 melalui investasi komulatif Rp 34,9 triliun pada 2015 menjadi Rp 91,4 triliun pada 2020, dengan nilai tambah sebesar Rp 65,3 triliun pada 2015 dan 97,3 trliun pada 97,3 trliun, sementara jumlah tenaga kerjanya dari 366.257 (2015) jadi 466.145 jiwa (2020).