Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Gesitnya Pemerintah Menangani Gempa Sulteng
Oleh : Redaksi
Rabu | 03-10-2018 | 17:16 WIB
tsunami-palu-afp.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Rumah masyarakat Palu rata dengan tanah setelah diterjang tsunami. (Foto: AFP)

Oleh Dwi Tanudi

JUM'AT, 28 September 2018 sekitar pukul 14:00 WITA, gempa telah mengguncang sebagian besar wilayah di Sulawesi Tengah. Kota-kota besar yang termasuk dalam area gempa diantaranya adalah Palu dan Donggala. Gempa tidak datang sekali, tetapi beberapa kali sampai akhirnya yang terbesar mencapai 7,7 skala richter dengan pusat gempa di jalur sesar Palu – Koro.

Gempa yang diindikasikan merupakan gempa dangkal tersebut berpotensi memicu tsunami, sehingga BMKG mengeluarkan peringatan tsunami dengan status siaga dan waspada. Potensi tsunami setinggi 0,5 – 3 meter untuk di area pantai Donggala bagian barat, sedangkan untuk bagian utara, Mamuju utara dan Palu bagian barat kurang dari 0,5 meter.

Benar saja, tidak lama setelah itu tsunami menerjang Palu dan Donggala dengan tinggi ombak sesuai perkiraan. Area pantai tersebut merupakan area yang cukup padat dengan banyak aktivitas masyarakat. 34 menit setelah dikeluarkannya peringatan Tsunami, BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami.

Berita ini dengan cepat sampai di Kepala Negara yaitu Presiden Joko Widodo (Jokowi), segera Presiden Jokowi menghubungi Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) namun gagal karena terganggunya komunikasi di tujuan.

Arahan dengan cepat dikeluarkan Presiden Jokowi kepada para Staff dan Menteri, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia (Menkopolhukam) Wiranto diinstruksikan untuk segera melakukan penanganan gempa Sulteng, kerahkan segala jajaran dibawahnya seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan TNI untuk melakukan penanganan darurat atas persitiwa ini: pencarian korban, evakuasi dan menyiapkan kebutuhan-kebutuhan dasar yang diperlukan.

Menko Polhukam Wiranto, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Menkominfo Rudiantara, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi, Kepala BNPB Laksamana Muda TNI (Purn.) Willem Rampangile, Wakapolri Komjen Pol Ari Dono Sukmanto sudah tiba Palu pada Sabtu, 29 September 2018.

Minggu, 30 September 2018, Presiden Jokowi berada di Stadion R. Maladi, Solo. Susunan acara yang awalnya jalan sehat bersama itu berganti menjadi Doa Bersama untuk korban gempa dan tsunami di Sulteng. Setiap menit, setiap jam Jokowi terus mengikuti perkembangan penanganan di lokasi bencana gempa dan tsunami.

Beliau perlu melihat langsung kondisi lapangan untuk dapat memberikan arahan lebih lanjut. Usai doa bersama Presiden Jokowi didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, Sekretaris Militer Presiden Marsda Trisno Hendradi dan Komandan Paspampres Mayjen TNI Marsekal Suhartono bergegas menuju Pangkalan TNI AU Adi Soemarmo, Surakarta untuk segera terbang menuju Palu.

Tidak menggunakan pesawat Kepresidenan RI-1, Presiden Joko Widodo menggunakan pesawat dengan ukuran yang lebih kecil, pesawat Boeing 737-400 milik TNI AU. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjelaskan, digunakannya Boeing 737-400 TNI AU tersebut dikarenakan kondisi landasan pacu Bandara Mutiara Sis Al Jufri, Palu yang ikut rusak akibat gempa.

“Landasan pacu yang bisa digunakan hanya sepanjang 2000 meter dari 2400 meter landasan pacu yang ada, dan kemarin saya bersama rombongan menggunakan jenis pesawat Boeing 737-400” jelas Hadi, seperti dalam siaran pers Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin, Minggu 30/09/2018.

Sesampainya di lokasi Presiden Jokowi langsung melakukan analisa dan pemetaan bencana, apa yang harus diutamakan dan diprioritaskan terlebih dahulu. Dari hasil peninjauan langsung keadannya berstatus kondisi darurat. Ada beberapa tempat yang masih belum bisa di evakuasi karena belum masuknya alat berat. Kemudian kesulitan logistik dan konsumsi, makanan serta air bersih karena toko-toko yang tutup.

Masalah pasokan listrik, karena dari 7 gardu yang ada, hanya 3 yang bisa di operasionalkan, hal ini ditanggulangi dengan menggunakan gardu listrik mobile agar mesin-mesin air dapat digunakan kembali. Pasokan BBM yang terhambat karena rubuhnya jembatan dan jalan tertutup longsoran akibat gempa. Perbaikan landasan pacu akan segera diperbaiki, mengingat bandara menjadi tempat utama keluar-masuk logistik.

Alat komunikasi juga belum dapat berfungsi normal dikarenakan pendistribusian sinyal yang terputus akibat gempa. Menkominfo Rudiantara sudah meminta para operator selular untuk mempercepat proses penanganan gangguan sinyal di wilayah yang terdampak bencana.

Kini semua sudah diarahkan dan mendapatkan tugas serta fungsi masing-masing untuk menanggulangi bencana yang terjadi. Respon cepat tanggap dari Presiden Jokowi sebagai Kepala Negara di apresiasi oleh semua pihak, termasuk Mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Jokowi terjun langsung di lapangan untuk dapat memastikan kondisi rakyatnya, mendengar dan merasakan langsung apa yang rakyat rasakan.

Pemerintah dan jajarannya juga berusaha semaksimal mungkin untuk mengembalika denyut nadi Sulawesi Tengah. Masyarakat tentunya juga diminta ikut serta membantu baik dalam bentuk materi ataupun doa, karena tidak ada yang lebih kuat selain doa kepada Tuhan.

Hendaknya masyarakat cerdas dalam menggunakan media sosial dengan tidak menyebarkan informasi yang belum tentu benar kepastiannya, apalagi informasi palsu yang membuat suasana semakin keruh.*

Penulis adalah Mahasiswa Universitas Serang Raya