Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hidup Sehat dengan Diet Kredit
Oleh : Redaksi
Sabtu | 29-09-2018 | 15:28 WIB
Elquino-Simanjuntak1.jpg Honda-Batam
Elquino Simanjuntak, Chief Risk Officer Akseleran. (Foto: Istimewa)

Oleh:  Elquino Simanjuntak

Walaupun artikel ini dimulai dengan judul 'Hidup Sehat' tapi bukan membicarakan cara mencapai hidup sehat melalui makanan atau gaya hidup fisik. Akan tetapi, artikel ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat terkait akan pentingnya kondisi keuangan untuk mencapai kesehatan.

Kondisi keuangan menjadi faktor pendukung penting, mendampingi pilihan makanan atau minuman dan gaya hidup fisik demi mencapai kondisi kesehatan yang menyeluruh (holistik). Dalam pilihan makanan atau minuman kita, terdapat bentuk nutrisi yang kita konsumsi untuk bertujuan memenuhi kebutuhan protein, gula, karbohidrat, vitamin & mineral yang tubuh kita butuhkan dalam mendukung kehidupan biologis, untuk menghasilkan energi dan untuk mendukung pergerakan dan pertumbuhan fisik.

Apabila Anda Google, Anda akan dapat menemukan kalkulator yang akan membantu Anda untuk menentukan bentuk makanan atau minuman yang dibutuhkan tubuh. Menggunakan diri saya sebagai contoh, dengan berat badan 79 kg, tinggi badan 173 cm dan secara harian berjalan kaki dengan rutin, makananan kebutuhan kalori saya mencapai 2995 cal (calories). Untuk mencapai jumlah kalori ini, saya dianjurkan untuk mengkonsumsi jumlah tertentu untuk karbohidrat, sayur-sayuran atau buah-buahan, serta vitamin dan mineral yang saya butuhkan.

Secara umum, berdasarkan panduan Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2013 (https://gizi.depkes.go.id), untuk pria seusia saya dengan berat badan 62 kg dan tinggi badan 168 cm, kebutuhan kalori harian adalah 2625 cal. Dalam panduan tersebut, juga diinformasikan jumlah makanan atau minuman yang dibutuhkan oleh orang-orang yang tinggal di Indonesia.

Di sisi lain, apabila kita mengkonsumsi makanan atau minuman kurang dari yang disarankan, maka kita berpotensi memiliki kesehatan yang tidak prima untuk melaksanakan kegiatan kita. Tetapi, jika kita mengkonsumsi makanan atau minuman melebihi dari yang disarankan, maka kelebihan tersebut bukan akan menjadi cadangan tetapi akan berpotensi menjadi masalah apabila kita tidak imbangi dengan kegiatan fisik yang lebih aktif agar tubuh menggunakan kelebihan tersebut. Kelebihan makanan ini apabila secara rutin terbentuk maka akan menambahkan berat badan.

Untuk sebatang coklat Mars (229 cal) akan dibutuhkan 25 menit berenang untuk menghabiskan kalorinya. Apabila tidak ada kegiatan fisik ini, maka kalori tersebut, akan bertumpuk dan menjadi pemancing naiknya berat badan. Semakin berat badan meningkat, maka berpotensi untuk membuka datangnya keluhan kesehatan mulai dari susah bergerak, gangguan pernapasan, seringnya pening di kepala, dan banyak gangguan lainnya.

Secara garis besar, melalui mekanisme yang sama, masing-masing kita memiliki ukuran yang pasti akan kebutuhan terhadap materi (barang). Jumlah materi yang kita butuhkan ini berdasarkan kebutuhan pendukung yang kita perlukan untuk kegiatan pribadi, pekerjaan dan rumah tangga. Jumlah pakaian, jumlah sepatu, jumlah tas, jumlah jam tangan, jumlah kendaraan dan sebagainya secara garis besar sudah kita ketahui jumlah yang tepat yang kita butuhkan. Akan tetapi, karena keinginan untuk tampil bergaya, trend, design terkini maka kita terdorong untuk memiliki tendensi konsumerisme, yaitu memiliki jumlah pakaian yang melebihi kapasitas lemari pakaian kita, memiliki sepatu melebihi kapasitas rak sepatu dan sebagainya.

Semua kelebihan-kelebihan ini, dalam dampak yang sama, akan berpotensi menjadi beban apabila pembelian tidak didasarkan oleh tuntutan pekerjaan atau profesi atau potensi pendapatan. Apabila berpotensi membawa pendapatan, maka biaya pembelian materi-materi ini dapat menjadi investasi. Tapi, jika motivasinya adalah supaya tidak ketinggalan zaman atau tidak ketinggalan trend, maka
pembelian-pembelian ini dilakukan menggunakan asumsi kemampuan pembayaran di masa mendatang (apabila tidak dibayar dari tabungan atau kemampuan sekarang).

Asumsi ini didasari bahwa kita akan tetap memiliki pekerjaan kita, pendapatan kita setidaknya tidak berubah, dari alokasi pendapatan kita tersebut masih tetap ada jumlah yang bisa kita gunakan untuk membayar gaya hidup konsumerisme. Dalam konteks mitigasi risiko, asumsi seperti ini adalah asumsi yang optimis atau agresif. Kenapa optimis atau agresif? Faktanya, kondisi di sekeliling kita terus berubah dan perubahan ini berpotensi untuk secara langsung berdampak kepada kemampuan keuangan kita di masa mendatang.

Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, sepertinya sangat mudah untuk mendapatkan kredit dalam melakukan pembelanjaan atau konsumsi. Akan tetapi, yang perlu diingat adalah agar setiap pembelian barang itu dilakukan berdasarkan kemampuan bayar hari ini atau sekarang dan bukan kemampuan bayar hari esok. Ini adalah prinsip utama manajemen keuangan.

Oleh karena masa depan bukan kita yang menentukan dan faktanya semakin hari semakin banyak variabel yang berada di luar kendali kita. Dalam hal ini, keamanan pekerjaan kita bukan hanya ditentukan dari kinerja kita di tempat bekerja tetapi juga oleh karena kinerja rekan kerja kita dan/atau kinerja tempat kita bekerja dan/atau masih relevannya industri tempat perusahaan kita bekerja dalam konteks kompetisi.

Setiap harinya, konsolidasi terjadi di berbagai industri dalam konteks mencari bentuk operasional yang semakin efisien. Dengan usaha semakin efisien, maka umur perusahaan atau industri tersebut bisa semakin panjang. Selain itu, seringkali efisiensi berarti proses atau organisasi yang semakin ramping atau bahwa industri yang terkonsolidasi dengan industri lainnya. Ini hanya beberapa dari banyak hal yang harus diperhatikan para anggota kelas menengah yang pada umumnya adalah pegawai atau karyawan yang menerima gaji.

Dan excitement untuk melakukan perbelanjaan atau komitmen untuk membeli barang konsumerisme yang didasari oleh kemampuan bayar di masa depan harus dilakukan secara hati-hati. Alasannya, karena setiap hal yang dilakukan melebihi kebutuhan sekarang berpotensi dengan berujung kepada tantangan atau masalah di masa depan.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa definisi sehat seseorang itu adalah sehat fisik, mental & sosial. Akan tetapi, yang sering kita lakukan adalah melakukan penekanan pada sehat fisik (makan sehat) dan sehat sosial (punya teman banyak) saja tetapi mengesampingkan kesehatan mental dengan cara membebani diri dengan kewajiban keuangan yang harus dibayar di masa mendatang. Beban keuangan ini, apabila tidak dikelola dengan baik, maka menjadi kandidat terkuat sebagai kontributor utama untuk sumber masalah kesehatan fisik dan masalah sosial (hubungan dengan teman, rekan kerja dan keluarga).

Oleh karena itu, meskipun akses untuk mendapatkan kredit atau pinjaman menjadi lebih mudah sekarang ini sebagai dampak dari kemajuan teknologi, tetapi harus selalu diingat kesehatan kita dan kebahagiaan kita bukan disebabkan karena memiliki materi atau barang yang variatif dan trendy. Melainkan, karena kita mengetahui apa yang menjadi kebutuhan kita dan juga kita mengetahui apa yang menjadi kemampuan kita sekarang.

Penulis adalah Chief Risk Officer Akseleran