Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bangun Perbatasan dengan Sampingkan Ego Sektoral
Oleh : Ali/Dodo
Sabtu | 28-01-2012 | 15:45 WIB
buralimar.gif Honda-Batam

Kepala Badan Pengelola Perbatasan (BPP) Provinsi Kepri Buralimar. 

BATAM, batamtoday - Mengurus wilayah perbatasan dibutuhkan koordinasi antar semua instansi terkait. Hambatan terbesar dalam mengurus wilayah perbatasan sampai saat ini adalah persoalan ego sektoral antar berbagai instansi. 

“Setiap rapat-rapat tidak maksimal karena ego sektoral lembaga sangat tinggi,” kata Kepala Badan Pengelola Perbatasan (BPP) Provinsi Kepri Buralimar, saat menjadi pembicara utama dalam sarasehan wawasan kebangsaan yang digelar oleh Komunitas Merah Putih, di SMK Negeri 6 Batam, Nongsa, Sabtu (28/1/2012). 

Padahal, mengurus perbatasan itu, kata Buralimar, perlu keseriusan dan dukungan dari seluruh pihak. Karena itu Buralimar berharap, dukungan semua pihak untuk mendorong kemajuan wilayah perbatasan yang maju dan berkembang dapat diwujudkan secara konkret dengan tidak mengembangkan ego sektoral. 

 Caranya adalah dengan mengajak semua isntansi yang terlibat duduk bersama membahas persoalan perbatasan. Karena membangun perbatasan, tidak bisa dari satu aspek saja, melainkan meliputi hampir seluruh aspek lain, dari mulai pendidikan, kesehatan, sampai perekonomian. 

Buralimar berpandangan, keberhasilan dan kegagalan program pengelolaan wilayah perbatasan sekaligus menjadi petunjuk bertanggungjawab atau tidaknya kita semua selaku pemegang amanah maupun abdi negara  dalam mengelola wilayah perbatasan negara. 

Saat ini, memang pemerintah pusat memberikan perhatian yang besar untuk kawasan perbatasan, termasuk di Kepri yang memiliki 19 pulau terdepan. Bentuk kepedulian pemerintah pusatitu adalah dengan mengucurkan alokasi anggaran dalam jumlah besar. Untuk saat ini, wilayah prioritas pembangunan perbatasan di Kepri difokuskan di Kabupaten Natuna, yakni Kecamatan Bunguran Timur. Alokasi anggaran yang dikucurkan mencapai Rp150 miliar. 

Namun,  anggaran sebesar itu tidak hanya dikelola oleh BPP Kepri saja, melainkan didistribusikan ke berbagai SKPD lain yang terkait dengan pembangunan kawasan Bunguran Timur tersebut. 

Selanjutnya untuk tahun 2013, lokasi prioritas akan berpindah ke Belakang Padang di Kota Batam, Bintan Pesisir di Kabupaten Bintan, Tebing di Karimun, Serasan Timur dan Pulau Laut di Natuna, serta Jemaja Timur di Kabupaten Anambas. 

Pada tahun 2014, baru berpindah lagi ke Nongsa, Bulang dan Batu Ampar di Batam, Teluk Sebong, Bintan Utara dan Tambelan di Kabupaten Bintan, Kundur, Meral, dan Moro di Kabupaten Karimun. Lalu untuk wilayah Natuna, lokasi prioritas yang akan dibangun adalah Bunguran Utara  dan Bunguran Barat serta Midai. Sementara untuk Kabupaten Anambas, akan meliputi Siantan dan Palmatak.

Dengan demikian, kata Buralimar, seluruh titik terdepan Indonesia yang ada di Kepri akan dibangun semuanya sampai 2014 mendatang. 

Dalam sarasehan yang juga dihadiri oleh Camat Nongsa Alwi AR, dan unsur Muspida setempat itu, dihadiri oleh sekitar 300 peserta. Dalam acara ini, Komunitas Merah Putih juga memberikan beasiswa kepada 20 siswa SMK Negeri 6 yang berasal dari keluarga kurang mampu. 

Ketua Komunitas Merah Putih Suprapto menjelaskan, seminar ini bertujuan untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme dan kebangsaan masyarakat yang berada di kawasan perbatasan. 

“Di pundak-pundak pemudalah saat ini, tugas dan tanggung jawab untuk menjaga NKRI itu berada. Pemasalahan perbatasan dapat kita temui dari sejumlah hal. Baik dari sisi sosial budaya, ekonomi, pendidikan, dan pertahanan. Kepri secara geografis sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Singapura, Malaysia, dan Vietnam. Karena itu, kegiatan penguatan wawasan kebangsaan perlu dicetuskan kembali sehingga masyarakat tahu jati dirinya sebagai sebuah Negara yang berdaulat, yaitu NKRI,” katanya. 

Karena itu, Suprapto berharap, bagi seluruh elemen masyarakat yang berada di perbatasan, untuk bersedia menjadi mata dan telinga bagi NKRI. Artinya, setiap menemukan permasalahan yang berkaitan dengan ancaman kedaulatan di perbatasan, msayarakat harus bersedia melaporkannya ke aparat terkait. 

Sementara itu, pembicara terakhir, Trisno Aji Putra dari Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) Tanjungpinang mengatakan bahwa tantangan terbesar bagi Kepri saat ini karena berada di sekitar perairan Laut China Selatan. “Ke depan, Laut China Selatan akan menjadi medan perebutan dua kekuasaan besar dunia, yakni Amerika dan China,” paparnya.