Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Harga Properti Indonesia Masih Termurah, Imbal Hasilnya Sangat Besar
Oleh : Redaksi/detikFinance
Jum'at | 20-01-2012 | 14:21 WIB

JAKARTA, propertinews - Harga properti di Indonesia terus naik, namun ternyata masih masuk kategori termurah jika dibandingkan sejumlah negara. Dengan harga yang murah, imbal hasil properti di Indonesia sangat lah besar.

Demikian prospek properti 2012 seperti dikutip detikFinance dari Publikasi Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia mengenai Berita Properti dan Prospek, Jumat (20/1/2012). 

Hasil studi BI tersebut memperkirakan perkembangan sektor properti Indonesia kedepan masih lebih positif. Prospek sektor properti ke depan sangat menjanjikan karena pertambahan penduduk di Indonesia yang tinggi yang menyebabkan kebutuhan hunian yang terus meningkat. 

"Properti di Indonesia sudah melewati masa siklus resesi dan beranjak pada siklus booming properti dimana harga dan pasar properti akan mengalami peningkatan, diprediksikan siklus ini akan berjalan dari 2010-2014," tulis BI dalam publikasinya. 

Setelah melewati masa booming pada tahun 2005 siklus properti berada pada fase resesi yang juga sebagai imbas dari resesi global tahun 2008 dan 2009. Setelah memasuki 2010 siklus properti yang didukung perkembangan perekonomian yang baik diprediksikan kembali memasuki fase booming properti pada tahun 2014. 

"Posisi pasar properti di Indonesia cukup menjanjikan karena ditopang oleh perekonomian yang terus tumbuh positif. Selain Indonesia di kawasan Asia, pertumbuhan properti di Hong Kong dan Jepang juga lebih baik dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat (AS)," jelas BI. 

"Harga properti di Indonesia termasuk yang paling murah, sementara imbal hasilnya sangat besar," tambah BI. 

Semakin bertumbuhnya sektor properti ditandai oleh meningkatnya nilai penjualan properti sepanjang 2010 yang tumbuh sekitar 60% dibandingkan dengan 2009. 

Sebagian besar volume transaksi tersebut berasal dari pasar sekunder 75% dan pasar primer 25%. Properti rumah tinggal masih mendominasi transaksi yakni 55%, ruko 17%, dan apartemen 15%. 

"Terjadinya krisis di belahan benua Eropa dan Amerika tampaknya tidak berimbas langsung pada perkembangan bisnis properti di Indonesia. Tingginya demand atau permintaan atas ketersediaan bangunan masih jauh lebih banyak dibanding supply atau penawaran yang disediakan oleh pengembang properti," tulis BI. 

Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya seperti China, India, dan Singapura tidak terlalu terkena imbas juga karena negara-negara tersebut memiliki prospek dan ekspektasi pasar tersendiri di Asia. 

Dari sisi harga, khususnya harga sewa kantor di Jakarta masih jauh lebih murah dibandingkan sewa kantor di kota-kota besar Asia lainnya, meskipun dari sisi kualitas tidak berbeda jauh. Demikian pula harga apartemen di Jakarta harganya masih lebih rendah dibandingkan kota-kota besar Asia lainnya. 

"Praktis harga pasaran apartmen di Jakarta akan bisa naik harganya karena permintaannya terus meningkat dalam waktu cepat. Dengan perkataan lain sektor properti di Indonesia memiliki tingkat daya saing yang cukup tinggi, dan memiliki prospek yang cukup menjanjikan ke depan," tutup BI dalam laporannya.