Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tekong Sita HP dan Paspor

Proses Keberangkatan TKI Ilegal Diakui Mencurigakan
Oleh : Charles/Dodo
Senin | 09-01-2012 | 19:43 WIB
Sebgaiaan_TKI_Wanita_Illegal_yang_hendak_dikrim_ke_Timur_tengah,_diamanakan_Polsek_KPPP_di_Pelabuhaan_Sri_Bintan_Pura_Tanjungpinang.JPG Honda-Batam

Sebgaiaan TKI Wanita Illegal yang hendak dikrim ke Timur tengah, diamanakan Polsek KPPP di Pelabuhaan Sri Bintan Pura Tanjungpinang

TANJUNGPINANG, batamtoday - Para TKI ilegal yang diamankan aparat Polsek KPPP Tanjungpinang mengaku dari awalnya sudah curiga dengan proses keberangkatan mereka. Karena selain tidak dibekali dengan paspor saat berangkat, sejumlah handphone milik ke-12 TKI wanita itu juga disita oleh Yeni dan Wahyu, orang yang merekrut dan memberangkatkan mereka dari kampung halaman ke Jakarta hingga ke Tanjungpinang.

Demikian pengakuan Dasmin, salah seorang dari ke-12 TKI yang juga diyakan sejumlah rekanya kepada waratawan saat dikonfirmasi di Polsek KPPP Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang, Senin(9/1/2012).  

"Awal keberangaktan juga saya sudah curiga, karena waktu berangkat ke Qatar dulu, setelah semua dokumen dan pelatihan selesai, saya dipulangkan dan disuruh menunggu kabar keberangkatan saya. Tapi kalau kemarin ini, Bu Yeni hanya menyuruh kami menunggu sampai satu bulan, kemudian dipindahkan ke BLK Sahara. Tapi tidak juga diberangkatkan. Bahkan sampai saya dijemput suami saya, tetapi saat itu dilarang, dan tidak diperbolehkan pulang," jelas Dasmin. 

Dasmin mengaku, dirinya direkrut dan ditawarkan Yeni untuk bekerja di luar negeri. Karena kebetulan, suami Yeni bernama Wahyu merupakan tetangganya dan Wahyu tahu kalau dirinya baru beberapa bulan pulang dari Qatar sebagai TKI. 

Saat Dasmin mau menerima pekerjaan menjadi TKI, dia langsung dijemput dan dibawa Yeni ke BLK Pambudi di Jakarta. Di tempat itu dia disuruh menunggu hampir dua bulan. Kendati saat itu, suaminya sempat menjemputnya di BLK, karena tidak kunjung diberangkatkan, namun Yeni dan Wahyu melarang. 

Hingga akhirnya pada Minggu (8/1/2012) dirinya bersama beberapa temannya yang lain, diberangkatkan dari Jakarta menuju Tanjungpinang. Dan rencananya, dari Tanjungpinang mereka akan berangkat ke Batam dan dari Batam menuju Singapura untuk selanjutnya akan berangkat ke Abu Dhabi dan Yordania. 

"Saat hendak berangkat, kami tidak diberikan satu dokumen pun, termasuk paspor. Bahkan, semua hape milik kami yang diberangkatkan disita Yeni. Saya semakin curiga karena saat di bandara, Yeni hanya mengantar sampai ke parkiran bandara, hingga selanjutnya ada pria yang menjemput dan mengantar kami masuk ke dalam bandara," papar Dasmin.

Di dalam bandara, seorang pria lain juga telah standbay menjemput keenamnya, yang mengaku dari bagian tiketing namanya Deni. Kepada Dasmin, Deni mengaku kalau dirinya adalah langganan tetap Yeni saat membeli tiket. 

Sedangkan menurut Yati, salah seorang TKI lainnya, saat dirinya bertanya kepada Deni, orang yang menyambutnya di Bandara Soekarno Hatta,  juga mengaku curiga pada Yeni lantaran semua hape milik para TKI tersebut disita Yeni. Bahkan saat itu, kepada Yati, Deni mengaku kalau sebelumnya Yeni sering mengirim TKI tetapi tidak ada yang hapenya disita.

"Katanya saat itu dia juga merasa curiga," tutur Deni sebagaimana diungkapkan Yati. 

Bahkan, karena merasa curiga, Deni pun memberikan nomor hapenya pada Yati, agar bisa menghubunginya jika terjadi sesuatu dengan rombongan tersebut. 

"Ya bisa dibilang dia yang membantu kami, dia juga yang menginformasikan teman-teman kami berangkat dengan pesawat Sriwijaya," tuturnya. 

Yati juga mengatakan biasanya kalau melalui jalur resmi, para calon TKI sudah membawa semua dokumennya sendiri, seperti paspor, dan surat keterangan lainnya. Namun kali ini, mereka tidak hingga hal tersebut membuat kecurigaan pada mereka. Apalagi, saat di bandara seseorang ada yang menjemput mereka, namun hingga saat ini belum diamankan polisi.  

Dengan rasa menyesal, ke-12 TKI wanita asal Jawa Tengah itu akhirnya ditampung di PPTPP (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan) Provinisi Kepri, untuk bisa dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing.