Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemko Batam Ajukan Impor Beras ke Kementerian Perdagangan RI
Oleh : Irwan Hirzal
Selasa | 27-02-2018 | 16:14 WIB
amsakar15.jpg Honda-Batam
Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad. (Foto: Irwan)

BATAMTODAY.COM, Batam - Pemerintah Kota (Pemko) Batam bertindak dalam menyikapi tingginya harga beras di Batam. Karena disamping stok menipis, harga beras di Batam melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pusat.

Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad mengatakan impor beras salah satu jalan dalam kesediaan beras di Batam. Di samping itu juga dengan impor harga di pasar bisa ditekan, atau harga lebih rendah yang ditetapkan pusat.

"Pak Wali sudah meminta Kementerian Perdagangan untuk membuka impor beras. Kami sudah lakukan kordinasi, dalam proses akan mengirimkan surat pengajuan impor," ujar Amsakar, Selasa (27/2/2018).

Karena kesediaan beras distributor dan Bulog saat ini tidak menyukupi permintaan masyarakat. Dalam setiap bulannya yang hampir menyentuh 9 ribu ton, sementara kesediaan beras hanya ribu 4 ribu ton.

"Batam masih kekurangan 5 ribu ton beras. Cara yang mungkin mengatasi ini impor. Kami harapkan Bulog bisa mengambil kebijakan itu, karena mereka punya wewenang untuk itu," ujarnya.

Pemerintah Kota Batam, kata Amsakar, punya program sembako murah. Tahun ini sebanyak 128 ribu paket sembako bersubsidi digelontorkan di 64 kelurahan. Meski demikian sembako murah ini tidak serta merta dapat menekan inflasi dan penuhi kebutuhan di Batam.

"Tapi sedikit banyaknya mempengaruhi atau mengintervensi harga beras di pasar," ungkapnya.

Kepala Bank Indonesia (BI) Kepulauan Riau, Gusti Raizal Eka Putra mengatakan harga beras di Batam tinggi karena harga di daerah penghasil sudah tinggi. Kemudian ditambah ongkos trasportasi pengangkutan, menjadikannya semakin tinggi. "Impor salah satu alternatif. Tapi itu tidak mudah. Impor dilakukan secara hati-hati," kata dia.

Menurut Gusti TPID juga perlu menyusun neraca pangan yang akurat. Dengan data akurat ini, pemerintah daerah akan lebih mudah membuat kebijakan dan mengambil tindakan. "Karena volatile food menjadi faktor penyumbang inflasi pada umumnya," pungkasnya.

Editor: Yudha