Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cerita di Balik Lawatan Jokowi ke Kabul
Oleh : Redaksi
Sabtu | 03-02-2018 | 10:02 WIB
jokowi-disambut-peluka-hangat-persahabatan.jpg Honda-Batam
Presiden Jokowi disambut Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dalam kunjungannya baru-baru ini ke Kabul.(Sumber foto: VOA)

Di TENGAH meluasnya aksi kekerasan di Afghanistan, Presiden Joko Widodo awal pekan ini melawat ke negara itu. Surut langkahkah ia ketika menginjakkan kaki di Kabul? Apa yang membuatnya tetap datang ke negara yang sudah bertahun-tahun dikoyak perang itu?

Lawatan Presiden Jokowi ke Afghanistan tampaknya bisa terangkum dalam satu foto yang diambil Sekretaris Kabinet Pramono Anung, yang menunjukkan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden Mayjen TNI (Mar) Suhartono dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sujud syukur di lantai ketika rombongan tiba kembali di bandara dan siap menuju ke Jakarta.

Pramono Anung mencuit di Twitter "cerita lucu dan berkesan kunjungan ke Afghanistan, Pak Teten karena tegang lupa membawa baju untuk udara dingin dan memakai selimut pesawat untuk menahan rasa dingin dan dipikir ulama dari Indonesia; Bu Menlu dan Danpaspampres sujud syukur setelah memasuki pesawat." Cuitan itu ditambah tagar #AlhamdulillahSdhPulang.

Danpaspampres Mayjen TNI (Mar) Suhartono (kiri) dan Menlu Retno Marsudi (kanan) sujud syukur ketika rombongan tiba kembali di bandara dan siap kembali ke tanah air.(Sumber foto: VOA)

Diwawancarai melalui telefon tak lama setelah tiba di tanah air hari Rabu (31/1), Pramono Anung mengatakan beberapa hari sebelum berangkat ia dan Menlu Retno Marsudi sudah melaporkan situasi terakhir di negara itu dan menanyakan apakah presiden akan tetap datang ke sana.

"Saya dan Ibu Menlu yang bertanya langsung kepada Presiden, "Bapak… dengan segala aksi kekerasan ini apakah Bapak akan tetap berkunjung?" Dan beliau menjawab akan tetap berkunjung. "Bismillah saja karena saya yakin pemerintah Afghanistan akan memperlakukan dan menjaga keamanan saya dengan baik," begitu kurang lebih jawab presiden. Itu yang meyakini beliau untuk tetap berkunjung ke Afghanistan," jelas Pramono.

Tiga Serangan Terjadi Beberapa Hari sebelum Lawatan

Setidaknya tiga serangan mengoyak Kabul beberapa hari sebelum kedatangan Jokowi, yaitu serangan terhadap Hotel Intercontinental di mana terdapat kantor kelompok bantuan "Save the Children" pada 20 Januari yang menewaskan 43 orang, serangan bom bunuh diri di dekat gedung lama Kementerian Dalam Negeri pada 27 Januari yang menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai hampir 300 orang pada 28 Januari; disusul serangan terhadap akademi militer pada 29 Januari yang menewaskan sedikitnya dua orang.

Pramono menambahkan, "Ketika itu pihak intelijen dan aparat keamanan menyarankan beliau memakai rompi anti-peluru, dan sebelum turun pesawat sebenarnya semua delegasi - termasuk saya - sudah memakai rompi anti-peluru. Tetapi karena presiden tidak memakainya, maka semua akhirnya tidak jadi pakai. Alhamdulillah kunjungan itu sangat sukses, sangat baik, kita disambut luar biasa, dan menunjukkan bahwa Indonesia sangat serius mendukung proses menuju perdamaian di Afghanistan."

Lawatan Terakhir Seorang Presiden Indonesia ke Afghanistan adalah pada Tahun 1961

Meskipun penjagaan sangat ketat tampak jelas di rute-rute perjalanan presiden dan lokasi pertemuan, hal ini tidak mengurangi kehangatan lawatan pertama seorang presiden Indonesia dalam hampir enam dekade. Lawatan terakhir dilakukan oleh Presiden Sukarno pada Mei 1961.

Begitu Presiden Joko Widodo turun dari mobil, Presiden Ashraf Ghani langsung turun dari tangga Istana Agr di Kabul untuk menghampiri dan memeluknya. Hal pertama yang disampaikan dalam pertemuan itu adalah rasa belasungkawa atas jatuhnya begitu banyak korban tidak berdosa dalam serangkaian aksi kekerasan.

Presiden Jokowi mengatakan, "Saya berdoa agar para korban segera pulih dan kepada keluarga serta kerabat yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran."

Indonesia Pastikan Pembangunan Pusat Islam di Kabul

Tidak hanya menunjukkan simpati pada aksi kekerasan yang terus terjadi dan upaya perdamaian yang dilakukan, Indonesia memastikan kelanjutan pembangunan kompleks Indonesian Islamic Center IIC di Kabul, yang di dalamnya juga akan dibangun fasilitas kesehatan. Kompleks ini melengkapi Masjid As-Salam yang telah digunakan oleh warga Afghanistan sejak tahun 2015.



Presiden Jokowi juga mendorong peningkatan kerja sama ekonomi dan perdagangan karena menurutnya "tanpa perdamaian, tidak akan ada kesejahteraan. Tanpa kesejahteraan, perdamaian tidak akan lestari. Oleh karena itu kita harus bekerja sama membangun perdamaian dan secara pararel meningkatkan kerja sama ekonomi," ujar Jokowi.

Membalas kedatangan seratusan pengusaha Afghanistan di Trade Expo Indonesia 2017 yang membukukan transaksi bernilai lebih dari 1,1 juta dolar, Jokowi berjanji akan mengirim delegasi bisnis Indonesia ke Afghanistan pada triwulan pertama tahun ini.

Beberapa pejabat tinggi Indonesia ikut mendampingi Presiden Jokowi melawat ke Afghanistan; antara lain Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menlu Retno Marsudi.

Komitmen Indonesia Diharap Bisa Sadarkan Afghanistan akan Pentingnya Keutuhan Nasional

Pengamat hubungan internasional Teuku Reza Syah di Universitas Padjajaran mengatakan komitmen Indonesia yang berupaya merangkul semua pihak yang bertikai di Afghanistan berpotensi menyadarkan warga Afghanistan bahwa sengketa yang berlarut-larut akan menjauhkan mereka dari keutuhan nasional dan rentan diusik pihak luar yang ingin menguasai energi dan ekonomi negara itu.

Pramono Anung: Secara "Chemistry" Kedua Pemimpin Sangat Dekat

Persahabatan kedua pemimpin semakin terjalin ketika keduanya saling tukar cenderamata. Presiden Ashraf Ghani membantu memasangkan "longi" - topi panjang menjuntai yang jika dibentangkan mencapai tujuh meter; dan mengenakan "chapan" - jubah khas Afghanistan. Sementara Presiden Joko Widodo menghadiahkan peci berwarna hitam dengan hiasan sulam khas Indonesia.



Dalam jamuan santap siang, Presiden Joko Widodo juga dianugerahi "Medal of Ghazi Amanullah." Keduanya kemudian menunaikan salat Dzuhur berjamaah di masjid yang ada di lingkungan Istana Presiden Agr, dilanjutkan sholat jama' taqdim bagi rombongan dari Indonesia.

"Saya melihat gesture kedua pemimpin ini ada kesamaan. Chemistrynya sangat dekat," ujar Pramono.

Pramono menambahkan bahwa seluruh rombongan bersyukur semua yang direncanakan berjalan baik dan aman, dan kini tinggal menindaklanjuti dengan kerja nyata.

Sumber: VOA
Editor: Udin