Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ingin Investasi Barang Mewah? Begini Caranya
Oleh : Redaksi
Sabtu | 27-01-2018 | 12:14 WIB
barang-mewah.jpg Honda-Batam
Pilah Pilih Investasi Barang Mewah Investasi pada barang mewah (luxury goods) bukan merupakan hal baru. Peluang ini muncul karena barang mewah bisa dijual dengan harga tinggi di masa mendatang. (CNN Indonesia/Safir Makki)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Investasi pada barang mewah (luxury goods) bukan merupakan hal baru. Peluang ini muncul mengingat barang mewah bisa dijual dengan harga lebih tinggi di masa mendatang.

Tak ayal, orang rela mengeluarkan uang puluhan hingga ratusan juta untuk mendapatkan tas dan jam tangan bermerek yang diproduksi terbatas.

Kendati demikian, investasi di barang mewah berisiko tinggi. Bukan tak mungkin, harga barang yang dijual nantinya menjadi jatuh karena investor tidak bisa mendapatkan pembeli yang rela merogoh kocek lebih dalam.

Jika tak paham, investor juga bisa tertipu karena tidak bisa membedakan barang yang asli dan yang palsu.

"Kalau investasi ke reksa dana, informasinya sudah jelas, hampir semua orang bisa mengakses. Kalau investasi ke barang mewah, misalnya jam Rolex, hanya orang-orang yang hobi dan mengerti yang bisa mengetahui nilainya," ujar perencana keuangan Tatadana Consulting Tejasari Asad, Jumat (26/1).

Tejasari mengungkapkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika seseorang ingin menempatkan uangnya pada investasi barang mewah.

Pertama, perhatikan besar pendapatan dan portofolio investasi yang dimiliki. Dengan demikian, likuiditas keuangan pribadi tidak terganggu.

"Misalnya, seseorang punya aset senilai Rp200 juta tetapi semuanya dalam bentuk tas. Tentu ini akan mengganggu dari sisi likuiditas. Pada saat kita ingin menjual belum tentu ada orang yang ingin membeli," ujarnya.

Kedua, alokasikan biaya untuk perawatan dan pemeliharaan barang mewah. Hal ini dilakukan untuk menjaga nilai dari barang mewah yang dimiliki.

"Misalnya tas mewah kan harus diperhatikan penyimpanannya seperti apa, kelembapan udaranya harus berapa," jelasnya.

Ketiga, masuk ke dalam komunitas yang memang menyukai barang mewah. Menurut Tejasari, investasi barang mewah berangkat dari kesukaan atau hobi seseorang untuk memiliki barang mewah tertentuu.

Dengan masuk ke dalam komunitas, investor mengetahui minat pasar terhadap barang mewah yang dimiliki. Komunitas tersebut juga bisa menjadi calon pembeli, jika suatu saat investor ingin menjual koleksinya.

"Kalaupun kita ingin menjual, harga barang kita tidak akan jatuh karena menjual ke orang-orang yang mengerti dan menghargai barangnya," ujarnya.

Barang Koleksi jadi Investasi

Eko Endarto, pendiri Finansia Colsulting, menilai investasi dalam bentuk barang sebenarnya tidak perlu pada barang yang harganya selangit. Namun, seseorang bisa saja berinvestasi pada koleksi barang tertentu yang bernilai bagi seorang kolektor. Misalnya, koleksi komik yang dibeli sekarang bisa bernilai puluhan kali lipat bagi seorang kolektor di masa mendatang.

Untuk itu, senada dengan Tejasari, berada dalam suatu komunitas kolektor barang akan sangat bermanfaat bagi investor. Pasalnya, suatu barang yang bagi orang awam tak bernilai bisa saja bernilai tinggi di mata kolektor.

"Paling gampang untuk menekan risiko investasi adalah dengan masuk ke komunitas yang memiliki hobi dan kesenangan yang sama," jelasnya.

Eko juga mengingatkan investor jangan mudah tergoda untuk membeli barang yang dianggap bisa menjadi koleksi. Hal itu mengingat semakin banyak suatu barang beredar, nilai barang tersebut akan semakin rendah di mata kolektor.

"Ini adalah investasi dengan risiko tinggi. Jadi harus siap dengan kegagalan atau menerima risiko negatif seperti salah menentukan harga itu pasti terjadi di investasi barang mewah atau barang koleksi komunitas," pungkasnya.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Udin